Kamis, 09 Juli 2020

LAPORAN PENDAHULUAN TATA KELOLA PROGRAM LANSIA DI PUSKESMAS



LAPORAN PENDAHULUAN
TATA KELOLA PROGRAM LANSIA DI PUSKESMAS

Diajukan untuk memenuhi tugas Program Profesi Ners angkatan XV
Stase Keperawatan Komunitas, Keluarga dan Gerontik

Disusun oleh :
RISNAWATI, S.Kep
NPM : 4012200021

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhMxdhFZ_2gsz8t_rcrigDa06vAI5wnCL8iQWNM9YVdqBXS7WoiVY986TNtUE3s3F6A1vSITD1LTqvFWDZcyQj0E-MUO65WBr1Fk7bPCuAqTG9XWUP9LPk6-gcoDviYkBfbKbaUDOlXgeVf/w198-h200/Logo+Stikes+Bina+Putera.png

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BINA PUTERA BANJAR 
PROGRAM STUDI NERS ANGKATAN KE-15 
TAHUN AKADEMIK 2019-2020

Jl. Mayjen Lili Kusumah - Sumanding Wetan No. 33 Kota Banjar
Tlp (0265) 741100 Fax (0265) 744043
TATA KELOLA PROGRAM LANSIA

A.      Pengertian
a.          Lanjut Usia (Lansia)
Menurut UU No. 13 tahun 1998 tentang Kesejahteraan Lanjut Usia, pengertian lanjut usia (lansia) adalah seseorang yang telah mencapai usia 60 tahun ke atas. Keadaan ini dibagi menjadi dua, yaitu Lanjut Usia Potensial dan Lanjut Usia Tidak Potensial. Lanjut Usia Potensial adalah lanjut usia yang masih mampu melakukan pekerjaan dan atau kegiatan yang dapat menghasilkan barang dan/ jasa, sedangkan Lanjut Usia Tidak Potensial adalah lanjut usia yang tidak berdaya mencari nafkah sehingga hidupnya bergantung pada bantuan orang lain.
Sedangkan WHO menggolongkan lanjut usia menjadi empat, yaitu :
1.         Usia Pertengahan (middle age) : umur 45-59 tahun
2.         Lanjut Usia (elderly) : umur 60-74 tahun
3.         Lanjut Usia Tua (old) : umur 75-90 tahun
4.         Usia Sangat Tua (very old) : umur diatas 90 tahun
Departemen Kesehatan RI menggolongkan lanjut usia menjadi tiga kelompok, yaitu:
1.         Kelompok Lansia Dini (55-64 tahun), merupakan kelompok yang baru memasuki lansia
2.         Kelompok Lansia (65 tahun ke atas)
3.         Kelompok Lansia resiko tinggi yaitu lansia yang berusia lebih dari 70 tahun
b.          Posyandu Lansia
Posyandulansiaadalah pos pelayananterpaduuntukmasyarakatusialanjutdisuatu wilayah tertentu yang sudahdisepakati, yang digerakkan oleh masyarakatdimanamerekabisamendapatkanpelayanankesehatan (Notoatmodjo, 2009).
Posyandumerupakan salah satubentukupayakesehatanbersumberdayamasyarakat (UKBM) yang dikelola dan diselenggarakandari, oleh, untuk dan bersamamasyarakatgunamemberdayakanmasyarakatdenganmenitikberatkanpelayanan pada upayapromotif dan preventif. Pemberdayaanmasyarakatdalammenumbuhkembangkanposyandulansiamerupakanupayafasilitas agar masyarakatmengenalmasalah yang dihadapi, merencanakan dan melakukanupayapemecahannyadenganmemanfaatkanpotensisetempatsesuaisituasi, kondisikebutuhansetempat. Beberapapendekatan yang dapatdigunakandalampembentukanposyandulansia, misalnyamengembangkankelompok-kelompok yang telahadasepertikelompokarisanlansia, kelompokpengajian, kelompokjemaatgereja, kelompoksenamlansia dan lain-lain (Depkes RI,2009).
B.       Tujuan
Tujuan umum posyandu lansia adalah meningkatkan derajat kesehatan dan mutu kehidupan lansia untuk mencapai masa tua yang bahagia dan berdaya guna dalam kehidupan keluarga dan masyarakat dan Meningkatkan jangkauan pelayanan kesehatan lansia dimasyarakat, sehingga    terbentuk pelayanan kesehatan yang sesuai dengan kebutuhan lansia ( Depkes, 2006 )
C.      Sasaran
Pembinaan kesehatan lansia meliputi beberapa kelompok sasaran yaitu:
1.          Sasaran langsung
a)        Kelompok pra lansia 45-59 tahun.
b)        Kelompok lansia 60-69 tahun.
c)        Kelompok lansia risiko tinggi yaitu lansia lebih dari 70 tahun atau lansia berumur 60 tahun atau lebih dengan masalah kesehatan.
2.          Sasaran tidak langsung
a)             Keluarga di mana lansia berada. 
b)             Masyarakat di lingkungan lansia berada.
c)             Organisasi sosial yang bergerak di dalam pembinaan kesehatan lansia.
d)             Petugas kesehatan yang melayani kesehatan.
e)             Masyarakat luas (Depkes RI, 2009).
D.      Manfaat
Manfaat dari posyandu lansia adalahpengetahuan lansia menjadi meningkat, yang menjadi dasar pembentukan sikap dan dapat mendorong minat atau motivasi mereka untuk selalu mengikuti kegiatan posyandu lansia sehingga lebih percaya diri dihari tuanya.
E.       Kegiatan Posyandu Lansia
Bentuk pelayanan pada posyandu lansia meliputi pemeriksaan kesehatan fisik dan mental emosional, yang dicatat dan dipantau dengan Kartu Menuju Sehat (KMS) untuk mengetahui lebih awal penyakit yang diderita atau ancaman masalah kesehatan yang dihadapi. Jenis pelayanan kesehatan yang dapat diberikan kepada lansia adalah :
1.          Pemeriksaan aktivitas kegiatan sehari-hari (activity of daily living) meliputi kegiatan dasar dalam kehidupan, seperti makan/minum, berjalan, mandi, berpakaian, naik turun tempat tidur, buang air besar/kecil dan sebagainya.
2.          Pemeriksaan status mental.
Pemeriksaan ini berhubungan dengan mental emosional dengan menggunakan pedoman metode 2 menit (lihat KMS Usia Lanjut)
3.          Pemeriksaan status gizi melalui penimbangan berat badan dan pengukuran tinggi badan dan dicatat pada grafik indeks masa tubuh (IMT).
4.           Pengukuran tekanan darah menggunakan tensimeter dan stetoskop serta    penghitungan denyut nadi selama satu menit.
5.          Pemeriksaan hemoglobin menggunakan talquist, sahli atau cuprisulfat
6.          Pemeriksaan adanya gula dalam air seni sebagai deteksi awal adanya penyakit gula (diabetes mellitus)
7.          Pemeriksaan adanya zat putih telur (protein) dalam air seni sebagai deteksi awal adanya penyakit ginjal.
8.          Pelaksanaan rujukan ke Puskesmas bilamana ada keluhan dan atau ditemukan kelainan pada pemeriksaan butir-butir diatas.
9.          Penyuluhan Kesehatan, biasa dilakukan didalam atau diluar kelompok dalam rangka kunjungan rumah dan konseling kesehatan yang dihadapi oleh individu dan kelompok usia lanjut.
10.      Kunjungan rumah oleh kader disertai petugas bagi kelompok usia lanjut yang tidak datang, dalam rangka kegiatan perawatan kesehatan masyarakat.
Kegiatan lain yang dapat dilakukan sesuai kebutuhan dan kondisi setempat :
11.      Pemberian makanan tambahan (PMT) penyuluhan sebagai contoh menu makanan dengan memperhatikan aspek kesehatan dan gizi usia lanjut serta menggunakan bahan makanan yang berasal dari daerah tersebut.
12.      Kegiatan olahraga antara lain senam lansia, gerak jalan santai dan lain sebagainya (Kemenkes RI, 2010)
F.       Sarana dan Prasarana
Untuk kelancaran pelaksanaan kegiatan di posyandu lansia, dibutuhkan sarana dan prasarana penunjang, antara lain :
1.          Tempat kegiatan (gedung, ruangan atau tempat terbuka)
2.          Meja dan kursi
3.          Alat tulis
4.          Buku pencatatan kegiatan (buku register bantu)
5.          Kit lanjut usia yang berisi timbangan dewasa, meteran pengukuran tinggi badan, stetoskop, tensimeter, peralatan labolatorium sederhana, termometer.
6.          Kartu Menuju Sehat (KMS) Lanjut Usia
7.          Buku pedoman pemeriksaan kesehatan (BPPK) Lanjut Usia
G.      Mekanisme Pelaksanaan Kegiatan (Kemenkes RI, 2010)
Untuk memberikan pelayanan kesehatan yang prima terhadap Lanjut Usia di kelompok, mekanisme pelaksanaan, kegiatan yang sebaiknya digunakan adalah sistem 5 tahapan (5 meja) sebagai berikut :
1.          Tahap I              : Pendaftaran lansia, sebelum pelaksanaan pelayanan
2.          Tahap II             : Melakukan pencatatan kegiatan sehari-hari yang dilakukan oleh
lansia, serta penimbangan berat badan, dan tinggi badan
3.          Tahap III           : Melakukan pengukuran tekanan darah, pemeriksaan kesehatan dan
pemeriksaan status mental.
4.          Tahap IV           : Pemeriksaan air seni dan kadar darah (labolatorium sederhana)
5.          Tahap V             : Pemberian penyuluhan dan konseling.
H.      Masalah kesehatan pada Lansia
Masalah kesehatan pada lansia tentu saja berbeda dengan jenjang umur yang lain karena pada penyakit pada lansia merupakan gabungan dari kelainan-kelainan yang timbul akibat penyakit dan proses menua yaitu proses menghilangnya secara perlahan-lahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri atau mengganti sel serta mempertahankan struktur dan fungsi normalnya, sehingga tidak dapat bertahan terhadap infeksi dan memperbaiki kerusakan yang diderita.
Dr. Purma Siburian Sp PD, pemerhati masalah kesehatan pada lansia menyatakan bahwa ada 14 yang menjadi masalah kesehatan pada lansia, yaitu:
1.          Immobility (kurang bergerak), dimana meliputi gangguan fisik, jiwa dan faktor lingkungan sehingga dapat menyebabkan lansia kurang bergerak. Keadaan ini dapat disebabkan oleh gangguan tulang, sendi dan otot, gangguan saraf dan penyakit jantung.
2.          Instability (tidak stabil/ mudah jatuh), dapat disebabkan oleh faktor intrinsik (yang berkaitan dengan tubuh penderita), baik karena proses menua, penyakit maupun ekstrinsik (yang berasal dari luar tubuh) seperti obat-obatan tertentu dan faktor lingkungan. Akibatnya akan timbul rasa sakit, cedera, patah tulang yang akan membatasi pergerakan. Keadaan ini akan menyebabkan gangguan psikologik berupa hilangnya harga diri dan perasaan takut akan terjadi.
3.          Incontinence (buang air) yaitu keluarnya air seni tanpa disadari dan frekuensinya sering. Meskipun keadaan ini normal pada lansia tetapi sebenarnya tidak dikehendaki oleh lansia dan keluarganya. Hal ini akan membuat lansia mengurangi minum untuk mengurangi keluhan tersebut, sehingga dapat menyebabkan kekurangan cairan.
4.          Intellectual Impairment (gangguan intelektual/ dementia), merupakan kumpulan gejala klinik yang meliputi gangguan fungsi intelektual dan ingatan yang cukup berat sehingga menyebabkan terganggunya aktivitas kehidupan sehari-hari.
5.          Infection (infeksi), merupakan salah satu masalah kesehatan yang penting pada lansia, karena sering didapati juga dengan gejala tidak khas bahkan asimtomatik yang menyebabkan keterlambatan diagnosis dan pengobatan.
6.          Impairment of vision and hearing, taste, smell, communication, convalencence, skin integrity (gangguan panca indera, komunikasi, penyembuhan dan kulit), merupakan akibat dari proses menua dimana semua panca indera berkurang fungsinya, demikian juga pada otak, saraf dan otot-otot yang dipergunakan untuk berbicara, sedangkan kulit menjadi lebih kering, rapuh dan  mudah rusak dengan trauma yang minimal.
7.          Impaction (konstipasi=sulit buang air besar), sebagai akibat dari kurangnya gerakan, makanan yang kurang mengandung serat, kurang minum, dan lainnya.
8.          Isolation (depresi), akibat perubahan sosial, bertambahnya penyakit dan berkurangnya kemandirian sosial. Pada lansia, depresi yang muncul adalah depresi yang terselubung, dimana yang menonjol hanya gangguan fisik saja seperti sakit kepala, jantung berdebar-debar, nyeri pinggang, gangguan pecernaan, dan lain-lain.
9.          Inanition (kurang gizi), dapat disebabkan karena perubahan lingkungan maupun kondisi kesehatan. Faktor lingkungan dapat berupa ketidaktahuan untuk memilih makanan yang bergizi, isolasi sosial (terasing dari masyarakat), terutama karena kemiskinan, gangguan panca indera; sedangkan faktor kesehatan berupa penyakit fisik, mental, gangguan tidur, obat-obatan, dan lainnya.
10.      Impecunity (tidak punya uang), semakin bertambahnya usia, maka kemampuan tubuh untuk menyelesaikan suatu pekerjaan akan semaki berkurang, sehingga jika tidak dapat bekerja maka tidak akan mempunyai penghasilan.
11.      Iatrogenesis (penyakit akibat obat-obatan), sering dijumpai pada lansia yang mempunyai riwayat penyakit dan membutuhkan pengobatan dalam waktu yang lama, jika tanpa pengawasan dokter maka akan menyebabkan timbulnya penyakit akibat obat-obatan.
12.      Insomnia (gangguan tidur), sering dilaporkan oleh lansia, dimana mereka mengalami sulit untukmasuk dalam proses tidur, tidur tidak nyenyak dan mudah terbangun, tidur dengan banyak mimpi, jika terbangun susah tidur kembali, terbangun didini hari-lesu setelah bangun di pagi hari.
13.      Immune deficiency (daya tahan tubuh menurun), merupakan salah satu akibat dari prose menua, meskipun terkadang dapat pula sebagai akibat dari penyakit menahun, kurang gizi dan lainnya.
14.      Impotence (impotensi), merupakan ketidakmampuan untuk mencapai dan atau mempertahankan ereksi yang cukup untuk melakukan senggama yang memuaskan yang terjadi paling sedikit 3 (tiga) bulan. Hal ini disebabkan karena terjadi hambatan aliran darah ke dalam alat kelamin sebagai adanya kekakuan pada dinding pembuluh darah, baik karena proses menua atau penyakit
I.         Kader Posyandu
Kader posyandu, menurut Departemen Kesehatan RI (2009) adalah seseorang atau tim sebagai pelaksana posyandu yang berasal dari dan dipilih oleh masyarakat setempat yang memenuhi ketentuan dan diberikan tugas serta tanggung jawab untuk pelaksanakan, pemantauan, dan memfasilitasi kegiatan lainnya (Henniwati, 2010).
J.        Penilaian Keberhasilan Upaya Pembinaan Lansia melalui Posyandu Lansia
Menurut Henniwati (2008), penilaian keberhasilan pembinaan lansia melalui kegiatan pelayanan kesehatan di posyandu, dilakukan dengan menggunakan data pencatatan, pelaporan, pengamatan khusus dan penelitian. Keberhasilan tersebut dapat dilihat dari :
1.          Meningkatnya sosialisasi masyarakat lansia dengan berkembangnya jumlah orang masyarakat lansia dengan berbagai aktivitas pengembangannya
2.          Berkembangnya jumlah lembaga pemerintah atau swasta yang memberikan pelayanan kesehatan bagi lansia
3.          Berkembangnya jenis pelayanan konseling pada lembaga
4.          Berkembangnya jangkauan pelayanan kesehatan bagi lansia
5.          Penurunan daya kesakitan dan kematian akibat penyakit pada lansia
DAFTAR PUSTAKA
Permenkes RI Nomor 67 Tahun 2015.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

LAPORAN PENDAHULUAN SYOK

  LAPORAN PENDAHULUAN SYOK       Diajukan untuk memenuhi tugas Program Profesi Ners angkatan XV DepartemenGawatDarurat&Kri...