LAPORAN PENDAHULUAN
TATA KELOLA PROGRAM LANSIA DI
PUSKESMAS
Diajukan untuk memenuhi tugas
Program Profesi Ners angkatan XV
Stase Keperawatan Komunitas,
Keluarga dan Gerontik
Disusun oleh :
RISNAWATI, S.Kep
NPM : 4012200021
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
BINA PUTERA BANJAR
PROGRAM STUDI NERS ANGKATAN
KE-15
TAHUN AKADEMIK 2019-2020
Jl. Mayjen Lili Kusumah - Sumanding
Wetan No. 33 Kota Banjar
Tlp (0265) 741100 Fax (0265) 744043
TATA
KELOLA PROGRAM LANSIA
A.
Pengertian
a.
Lanjut
Usia (Lansia)
Menurut
UU No. 13 tahun 1998 tentang Kesejahteraan Lanjut Usia, pengertian lanjut usia
(lansia) adalah seseorang yang telah mencapai usia 60 tahun ke atas. Keadaan
ini dibagi menjadi dua, yaitu Lanjut Usia Potensial dan Lanjut Usia Tidak
Potensial. Lanjut Usia Potensial adalah lanjut usia yang masih mampu melakukan
pekerjaan dan atau kegiatan yang dapat menghasilkan barang dan/ jasa, sedangkan
Lanjut Usia Tidak Potensial adalah lanjut usia yang tidak berdaya mencari
nafkah sehingga hidupnya bergantung pada bantuan orang lain.
Sedangkan WHO
menggolongkan lanjut usia menjadi empat, yaitu :
1.
Usia Pertengahan (middle age) : umur
45-59 tahun
2.
Lanjut Usia (elderly) : umur 60-74 tahun
3.
Lanjut Usia Tua (old) : umur 75-90 tahun
4.
Usia Sangat Tua (very old) : umur diatas
90 tahun
Departemen
Kesehatan RI menggolongkan lanjut usia menjadi tiga kelompok, yaitu:
1.
Kelompok Lansia Dini (55-64 tahun),
merupakan kelompok yang baru memasuki lansia
2.
Kelompok Lansia (65 tahun ke atas)
3.
Kelompok Lansia resiko tinggi yaitu
lansia yang berusia lebih dari 70 tahun
b.
Posyandu
Lansia
Posyandulansiaadalah pos
pelayananterpaduuntukmasyarakatusialanjutdisuatu wilayah tertentu yang
sudahdisepakati, yang digerakkan oleh masyarakatdimanamerekabisamendapatkanpelayanankesehatan
(Notoatmodjo, 2009).
Posyandumerupakan salah
satubentukupayakesehatanbersumberdayamasyarakat (UKBM) yang dikelola dan
diselenggarakandari, oleh, untuk dan
bersamamasyarakatgunamemberdayakanmasyarakatdenganmenitikberatkanpelayanan pada
upayapromotif dan preventif.
Pemberdayaanmasyarakatdalammenumbuhkembangkanposyandulansiamerupakanupayafasilitas
agar masyarakatmengenalmasalah yang dihadapi, merencanakan dan melakukanupayapemecahannyadenganmemanfaatkanpotensisetempatsesuaisituasi,
kondisikebutuhansetempat. Beberapapendekatan yang
dapatdigunakandalampembentukanposyandulansia,
misalnyamengembangkankelompok-kelompok yang
telahadasepertikelompokarisanlansia, kelompokpengajian, kelompokjemaatgereja,
kelompoksenamlansia dan lain-lain (Depkes RI,2009).
B.
Tujuan
Tujuan umum posyandu lansia adalah meningkatkan derajat
kesehatan dan mutu kehidupan lansia untuk mencapai masa tua yang bahagia dan
berdaya guna dalam kehidupan keluarga dan masyarakat dan Meningkatkan jangkauan
pelayanan kesehatan lansia dimasyarakat, sehingga terbentuk
pelayanan kesehatan yang sesuai dengan kebutuhan lansia ( Depkes, 2006 )
C.
Sasaran
Pembinaan
kesehatan lansia meliputi beberapa kelompok sasaran yaitu:
1.
Sasaran
langsung
a)
Kelompok pra
lansia 45-59 tahun.
b)
Kelompok lansia
60-69 tahun.
c)
Kelompok lansia
risiko tinggi yaitu lansia lebih dari 70 tahun atau lansia berumur 60 tahun
atau lebih dengan masalah kesehatan.
2.
Sasaran tidak
langsung
a)
Keluarga di
mana lansia berada.
b)
Masyarakat di
lingkungan lansia berada.
c)
Organisasi
sosial yang bergerak di dalam pembinaan kesehatan lansia.
d)
Petugas
kesehatan yang melayani kesehatan.
e)
Masyarakat
luas (Depkes RI, 2009).
D. Manfaat
Manfaat dari
posyandu lansia adalahpengetahuan lansia menjadi meningkat, yang menjadi
dasar pembentukan sikap dan dapat mendorong minat atau motivasi mereka untuk
selalu mengikuti kegiatan posyandu lansia sehingga lebih percaya diri dihari
tuanya.
E.
Kegiatan
Posyandu Lansia
Bentuk pelayanan pada posyandu
lansia meliputi pemeriksaan kesehatan fisik dan mental emosional, yang dicatat
dan dipantau dengan Kartu Menuju Sehat (KMS) untuk mengetahui lebih awal
penyakit yang diderita atau ancaman masalah kesehatan yang dihadapi. Jenis
pelayanan kesehatan yang dapat diberikan kepada lansia adalah :
1.
Pemeriksaan aktivitas kegiatan sehari-hari (activity
of daily living) meliputi kegiatan dasar dalam kehidupan, seperti makan/minum,
berjalan, mandi, berpakaian, naik turun tempat tidur, buang air besar/kecil dan
sebagainya.
2.
Pemeriksaan status mental.
Pemeriksaan ini berhubungan dengan
mental emosional dengan menggunakan pedoman metode 2 menit (lihat KMS Usia
Lanjut)
3.
Pemeriksaan status gizi melalui penimbangan berat
badan dan pengukuran tinggi badan dan dicatat pada grafik indeks masa tubuh
(IMT).
4.
Pengukuran
tekanan darah menggunakan tensimeter dan stetoskop serta penghitungan denyut nadi selama satu menit.
5.
Pemeriksaan hemoglobin menggunakan talquist, sahli
atau cuprisulfat
6.
Pemeriksaan adanya gula dalam air seni sebagai deteksi
awal adanya penyakit gula (diabetes mellitus)
7.
Pemeriksaan adanya zat putih telur (protein) dalam air
seni sebagai deteksi awal adanya penyakit ginjal.
8.
Pelaksanaan rujukan ke Puskesmas bilamana ada keluhan
dan atau ditemukan kelainan pada pemeriksaan butir-butir diatas.
9.
Penyuluhan Kesehatan, biasa dilakukan didalam atau
diluar kelompok dalam rangka kunjungan rumah dan konseling kesehatan yang
dihadapi oleh individu dan kelompok usia lanjut.
10. Kunjungan
rumah oleh kader disertai petugas bagi kelompok usia lanjut yang tidak datang,
dalam rangka kegiatan perawatan kesehatan masyarakat.
Kegiatan lain yang dapat dilakukan
sesuai kebutuhan dan kondisi setempat :
11. Pemberian
makanan tambahan (PMT) penyuluhan sebagai contoh menu makanan dengan
memperhatikan aspek kesehatan dan gizi usia lanjut serta menggunakan bahan
makanan yang berasal dari daerah tersebut.
12. Kegiatan
olahraga antara lain senam lansia, gerak jalan santai dan lain sebagainya
(Kemenkes RI, 2010)
F. Sarana dan Prasarana
Untuk kelancaran pelaksanaan
kegiatan di posyandu lansia, dibutuhkan sarana dan prasarana penunjang, antara
lain :
1.
Tempat kegiatan (gedung, ruangan atau tempat terbuka)
2.
Meja dan kursi
3.
Alat tulis
4.
Buku pencatatan kegiatan (buku register bantu)
5.
Kit lanjut usia yang berisi timbangan dewasa, meteran
pengukuran tinggi badan, stetoskop, tensimeter, peralatan labolatorium
sederhana, termometer.
6.
Kartu Menuju Sehat (KMS) Lanjut Usia
7.
Buku pedoman pemeriksaan kesehatan (BPPK) Lanjut Usia
G.
Mekanisme
Pelaksanaan Kegiatan (Kemenkes RI, 2010)
Untuk memberikan
pelayanan kesehatan yang prima terhadap Lanjut Usia di kelompok, mekanisme
pelaksanaan, kegiatan yang sebaiknya digunakan adalah sistem 5 tahapan (5 meja)
sebagai berikut :
1.
Tahap I :
Pendaftaran lansia, sebelum pelaksanaan pelayanan
2.
Tahap II :
Melakukan pencatatan kegiatan sehari-hari yang dilakukan oleh
lansia,
serta penimbangan berat badan, dan tinggi badan
3.
Tahap III :
Melakukan pengukuran tekanan darah, pemeriksaan kesehatan dan
pemeriksaan
status mental.
4.
Tahap IV :
Pemeriksaan air seni dan kadar darah (labolatorium sederhana)
5.
Tahap V :
Pemberian penyuluhan dan konseling.
H.
Masalah
kesehatan pada Lansia
Masalah
kesehatan pada lansia tentu saja berbeda dengan jenjang umur yang lain karena
pada penyakit pada lansia merupakan gabungan dari kelainan-kelainan yang timbul
akibat penyakit dan proses menua yaitu proses menghilangnya secara
perlahan-lahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri atau mengganti sel
serta mempertahankan struktur dan fungsi normalnya, sehingga tidak dapat
bertahan terhadap infeksi dan memperbaiki kerusakan yang diderita.
Dr. Purma Siburian Sp PD, pemerhati
masalah kesehatan pada lansia menyatakan bahwa ada 14 yang menjadi masalah
kesehatan pada lansia, yaitu:
1.
Immobility (kurang bergerak), dimana
meliputi gangguan fisik, jiwa dan faktor lingkungan sehingga dapat menyebabkan
lansia kurang bergerak. Keadaan ini dapat disebabkan oleh gangguan tulang,
sendi dan otot, gangguan saraf dan penyakit jantung.
2.
Instability (tidak stabil/ mudah jatuh),
dapat disebabkan oleh faktor intrinsik (yang berkaitan dengan tubuh penderita),
baik karena proses menua, penyakit maupun ekstrinsik (yang berasal dari luar
tubuh) seperti obat-obatan tertentu dan faktor lingkungan. Akibatnya akan
timbul rasa sakit, cedera, patah tulang yang akan membatasi pergerakan. Keadaan
ini akan menyebabkan gangguan psikologik berupa hilangnya harga diri dan
perasaan takut akan terjadi.
3.
Incontinence (buang air) yaitu keluarnya
air seni tanpa disadari dan frekuensinya sering. Meskipun keadaan ini normal
pada lansia tetapi sebenarnya tidak dikehendaki oleh lansia dan keluarganya.
Hal ini akan membuat lansia mengurangi minum untuk mengurangi keluhan tersebut,
sehingga dapat menyebabkan kekurangan cairan.
4.
Intellectual Impairment (gangguan
intelektual/ dementia), merupakan kumpulan gejala klinik yang meliputi gangguan
fungsi intelektual dan ingatan yang cukup berat sehingga menyebabkan
terganggunya aktivitas kehidupan sehari-hari.
5.
Infection (infeksi), merupakan salah
satu masalah kesehatan yang penting pada lansia, karena sering didapati juga
dengan gejala tidak khas bahkan asimtomatik yang menyebabkan keterlambatan
diagnosis dan pengobatan.
6.
Impairment of vision and hearing, taste,
smell, communication, convalencence, skin integrity (gangguan panca indera,
komunikasi, penyembuhan dan kulit), merupakan akibat dari proses menua dimana
semua panca indera berkurang fungsinya, demikian juga pada otak, saraf dan
otot-otot yang dipergunakan untuk berbicara, sedangkan kulit menjadi lebih
kering, rapuh dan mudah rusak dengan
trauma yang minimal.
7.
Impaction (konstipasi=sulit buang air
besar), sebagai akibat dari kurangnya gerakan, makanan yang kurang mengandung
serat, kurang minum, dan lainnya.
8.
Isolation (depresi), akibat perubahan
sosial, bertambahnya penyakit dan berkurangnya kemandirian sosial. Pada lansia,
depresi yang muncul adalah depresi yang terselubung, dimana yang menonjol hanya
gangguan fisik saja seperti sakit kepala, jantung berdebar-debar, nyeri
pinggang, gangguan pecernaan, dan lain-lain.
9.
Inanition (kurang gizi), dapat
disebabkan karena perubahan lingkungan maupun kondisi kesehatan. Faktor
lingkungan dapat berupa ketidaktahuan untuk memilih makanan yang bergizi,
isolasi sosial (terasing dari masyarakat), terutama karena kemiskinan, gangguan
panca indera; sedangkan faktor kesehatan berupa penyakit fisik, mental,
gangguan tidur, obat-obatan, dan lainnya.
10. Impecunity
(tidak punya uang), semakin bertambahnya usia, maka kemampuan tubuh untuk
menyelesaikan suatu pekerjaan akan semaki berkurang, sehingga jika tidak dapat
bekerja maka tidak akan mempunyai penghasilan.
11. Iatrogenesis
(penyakit akibat obat-obatan), sering dijumpai pada lansia yang mempunyai
riwayat penyakit dan membutuhkan pengobatan dalam waktu yang lama, jika tanpa
pengawasan dokter maka akan menyebabkan timbulnya penyakit akibat obat-obatan.
12. Insomnia
(gangguan tidur), sering dilaporkan oleh lansia, dimana mereka mengalami sulit
untukmasuk dalam proses tidur, tidur tidak nyenyak dan mudah terbangun, tidur
dengan banyak mimpi, jika terbangun susah tidur kembali, terbangun didini
hari-lesu setelah bangun di pagi hari.
13. Immune
deficiency (daya tahan tubuh menurun), merupakan salah satu akibat dari prose
menua, meskipun terkadang dapat pula sebagai akibat dari penyakit menahun,
kurang gizi dan lainnya.
14. Impotence
(impotensi), merupakan ketidakmampuan untuk mencapai dan atau mempertahankan
ereksi yang cukup untuk melakukan senggama yang memuaskan yang terjadi paling
sedikit 3 (tiga) bulan. Hal ini disebabkan karena terjadi hambatan aliran darah
ke dalam alat kelamin sebagai adanya kekakuan pada dinding pembuluh darah, baik
karena proses menua atau penyakit
I.
Kader
Posyandu
Kader posyandu,
menurut Departemen Kesehatan RI (2009)
adalah seseorang atau tim sebagai pelaksana posyandu yang berasal dari dan
dipilih oleh masyarakat setempat yang memenuhi ketentuan dan diberikan tugas
serta tanggung jawab untuk pelaksanakan, pemantauan, dan memfasilitasi kegiatan
lainnya (Henniwati, 2010).
J.
Penilaian
Keberhasilan Upaya Pembinaan Lansia melalui Posyandu Lansia
Menurut Henniwati (2008), penilaian
keberhasilan pembinaan lansia melalui kegiatan pelayanan kesehatan di posyandu,
dilakukan dengan menggunakan data pencatatan, pelaporan, pengamatan khusus dan
penelitian. Keberhasilan tersebut dapat dilihat dari :
1.
Meningkatnya sosialisasi masyarakat
lansia dengan berkembangnya jumlah orang masyarakat lansia dengan berbagai aktivitas
pengembangannya
2.
Berkembangnya jumlah lembaga pemerintah
atau swasta yang memberikan pelayanan kesehatan bagi lansia
3.
Berkembangnya jenis pelayanan konseling
pada lembaga
4.
Berkembangnya jangkauan pelayanan
kesehatan bagi lansia
5.
Penurunan daya kesakitan dan kematian
akibat penyakit pada lansia
DAFTAR
PUSTAKA
Tidak ada komentar:
Posting Komentar