Selasa, 07 Juli 2020

LAPORAN AKHIR PRAKTEK HOME INDUSTRI KERIPIK NISA

LAPORAN AKHIR PRAKTEK
KEPERAWATAN KESEHATAN KERJA (K3)
HOME INDUSTRI KERIPIK NISA
DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS CIJULANG
KECAMATAN CIJULANG KABUPATEN PANGANDARAN
Dari tanggal 28 Juni s.d 8 Juli Tahun 2020


Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas
Departemen Keperawatan Komunitas
Program Profesi Ners



















Oleh :
Mahasiswa Program Profesi Ners A.XV

                                                                                                       

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKES)
BINA PUTERA BANJAR
TAHUN 2020

LAPORAN AKHIR PRAKTEK
KEPERAWATAN KESEHATAN KERJA (K3)
HOME INDUSTRI KERIPIK NISA
DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS CIJULANG
KECAMATAN CIJULANG KABUPATEN PANGANDARAN
Dari tanggal 28 Juni s.d 8 Juli Tahun 2020



Disusun oleh:

RISNAWATI S.Kep
HIKMAT DESFRIANSAH

Mahasiswa Program Profesi Ners Angkatan Ke- XV

Laporan ini telah diperbaiki sesuai dengan masukan pembimbing

Pada Tanggal ......, Juli 2020

Mengesahkan


Koordinator Departemen


Ns. Aneng Yuningsih, S.Kep.,M.Kep



Mengetahui,

           
STIKes Bina Putera Banjar
Ketua,





(Dr. Hj. Suriany., S.Pd., MM., M.Kes)

Pemilik Perusahaan,






(Yati Maryati)


KATA PENGANTAR

Puji dan syukur marilah kita panjatkan ke hadirat Allah swt karena kita telah diberi curahan nikmat dan kasih sayang yang berlimpah ruah. Tidak lupa shalawat serta salam semoga terlimpah curahkan kepada junjungan kita Nabi Besar Muhammad SAW, keluarganya, sahabatnya, dan kita sebagai umatnya.
Alhamdulillah akhirnya kami telah selesai menyelesaikan Laporan Asuhan Keperawatan kesehatan kerja pekerja di Home industri Keripik Nisa di dusun cikadu RT/RW 01/05 Desa Margacinta . Walaupun terdapat banyak kendala yang kami hadapi tetapi akhirnya kami bisa menyelesaikannya.
Kami menyadari bahwa, laporan ini masih banyak kekurangan baik isi maupun redaksinya. Maka dari itu kami mengharapkan kritik dan sarannya yang bersifat konstruktif kearah perbaikan selanjutnya. Dan bersama ini pula kami ucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu baik secara langsung maupun tidak langsung. Merupakan suatu harapan kami, semoga makalah ini bermanfaat bagi kami khususnya, umumnya bagi pengembangan ilmu pengetahuan.







     Penulis


DAFTAR ISI
LEMBAR JUDUL
LEMBAR PENGESAHAN ..................................................................................i
KATA PENGANTAR ..........................................................................................ii
DAFTAR ISI ........................................................................................................iii
DAFTAR BAGAN ...............................................................................................iv
DAFTAR GAMBAR.............................................................................................v
DAFTAR SINGKATAN ......................................................................................vi
DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................vii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar belakang Masalah .........................................................................9
B. Tujuan penulisan ...................................................................................12
C. Metode penulisan ..................................................................................13
D. Sistematika penulisan ...........................................................................13
BAB II TINJAUAN TEORITIS
A. Manajemen Keperawatan Okupasi .......................................................14
B. Peran perawat pada program kesehatan kerja .......................................20
BAB III TINJAUAN LAPANGAN
A. Pengkajian ............................................................................................25
B. Analisis Data dan Penegakan Diagnosa ...............................................37
BAB IV PERENCANAAN .................................................................................43
BAB V IMPLEMENTASI DAN EVALUASI ....................................................48
BAB VI RENCANA TINDAK LANJUT ............................................................50
REFERENSI
LAMPIRAN-LAMPIRAN

DAFTAR BAGAN
Tabel 3.1 Komposisi populasi pekerja 25
Tabel 3.2 Lingkar dada, perut dan kepala 26
Tabel 3.3 Kesehatan gigi, mulut, hidung, telinga, kuku 26






DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1 Implementasi UKK Home Industri Keripik Nisa 56





DAFTAR SINGKATAN
Keselamatan dan kesehatan kerja (K3) 10
Penyakit Akibat Kerja (PAK) 10
Kecelakaan Kerja (KK) 10
Hygiene Perusahaan dan Kesehatan kerja (Hyperkes) 10
Planning, organizing, actualing, controlling (POAC) 14
Sekolah Dasar (SD) 33
Alat Pelindung Diri (APD) ....................................................................................33
Infeksi Saluran Pernafasan Atas (ISPA) ...............................................................33



DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 SAP Ispa 57
Lampiran 2 SAP ASMA 65
Lampiran 3 SAP APD 77



BAB I
PENDAHULUAN
A.  Latar Belakang Masalah
Pembangunan industri telah memberikan dampak positif bagi kekuatan ekonomi nasional yang ditandai dengan semakin berkembangnya berbagai jenis industri dengan beranekaragam jenis produk. Keadaan ini memberikan lapangan pekerjaan yang semakin luas, dan diharapkan dapat meningkatkan kesejahteraan bagi para pekerja dan keluarganya.
Industri yang ada pada saat ini ditinjau dari modal kerja yang digunakan dapat dikelompokkan dalam beberapa kelompok yaitu industri besar (Industri Dasar), industri menengah (Aneka industri) dan industri kecil Industri kecil dengan teknologi sederhana/tradisional dan dengan jumlah modal yang relatif terbatas adalah merupakan industri yang banyak bergerak disektor informal. Pekerja pada kelompok ini merupakan kelompok kerja yang tergolong pada "underserved working population" dan belum mendapatkan pelayanan kesehatan kerja seperti yang diharapkan.
Permasalahan tentang keselamatan dan kesehatan kerja tidak dapat dipisahkan dari permasalahan dari dunia industri, karena keselamatan dan kesehatan kerja berkaitan erat dengan peningkatan produksi dan produktivitas. Dewasa ini umumnya keselamatan dan kesehatan kerja dalam industri dikaitkan dengan masalah lingkungan. Tetapi posisi keselamatan dan kesehatan pekerja berada di luar standar manajemen lingkungan ISO 14000. Seharusnya secara otomatis perancang-perancang ISO memasukkan keselamatan dan kesehatan pekerja ke dalam masalah-masalah lingkungan. Alasan yang mungkin mengeluarkan masalah keselamatan dan kesehatan pekerja dari masalah lingkungan karena otoritas masalah keselamatan dan kesehatan pekerja berada di bawah Departemen Tenaga Kerja.
Kondisi  keselamatan dan kesehatan kerja (K3) perusahaan di Indonesia secara umum diperkirakan termasuk rendah. Padahal kemajuan perusahaan sangat ditentukan peranan mutu tenaga kerjanya. Karena itu disamping perhatian perusahaan, pemerintah juga perlu memfasilitasi dengan peraturan atau aturan perlindungan Keselamatan dan Kesehatan Kerja. Nuansanya harus bersifat manusiawi atau bermartabat. Keselamatan kerja telah menjadi perhatian di kalangan pemerintah dan bisnis sejak lama.  Faktor keselamatan kerja menjadi penting karena sangat terkait dengan kinerja karyawan dan pada gilirannya pada kinerja perusahaan. Semakin tersedianya fasilitas keselamatan kerja semakin sedikit kemungkinan terjadinya kecelakaan kerja.
Penyakit Akibat Kerja (PAK) dan Kecelakaan Kerja (KK) di kalangan petugas kesehatan dan non kesehatan kesehatan di Indonesia belum terekam dengan baik. Sebagai faktor penyebab, sering terjadi karena kurangnya kesadaran pekerja dan kualitas serta keterampilan pekerja yang kurang memadai. Banyak pekerja yang meremehkan risiko kerja, sehingga tidak menggunakan alat-alat pengaman walaupun sudah tersedia.
Hygiene Perusahaan dan Kesehatan kerja (Hyperkes) adalah bagian dari usaha kesehatan masyarakat yang ditujukan kepada masyarakat pekerja, masyarakat sekitar perusahaan dan masyarakat umum yang menjadi konsumen dari hasil produksi perusahaan tersebut sehingga dapat terhindar dari penyakit-penyakit atau gangguan kesehatan yang diakibatkan pekerjaan dan lingkungan pekerjaan, dan dapat meningkatkan derajat kesehatan
Diperkirakan waktu yang akan datang akan terdapat 2 wajah pola penyakit di Indonesia yaitu penyakit infeksi yang memang akan terus ada dan penyakit-penyakit non infeksi yang disebabkan oleh "non-living organism" atau "non-living contaminant" seperti zat-zat kimia, debu, panas, logam-logam berat, tekanan mental, perilaku hidup tak sehat dan lain-lain. Penyakit-penyakit tersebut antara lain berupa pneumokoniosis, kanker, gangguan kardiovaskuler, keracunan zat-zat kimia/logam berat, ketulian akibat bising, kecelakaan akibat kerja dan lain-lain. Sejalan dengan era industrialisasi, penyakit non infeksi, termasuk penyakit yang berhubungan dengan pekerjaan dan penyakit akibat kerja akan meningkat sehingga perlu upaya antisipasi secara tepat waktu dan dapat mencapai seluruh sasaran.
Dalam rangka meningkatkan kesehatan kerja khususnya bagi pekerja sektor informal, Departemen Kesehatan sebagai instansi pemerintah yang berkewajiban membina kesehatan masyarakat khususnya pekerja sektor infomal menyusun petunjuk praktis tentang bagaimana cara bekerja secara baik dan benar menurut kaidah kesehatan untuk berbagai jenis pekerjaan pada aneka ragam industri.



B.       Tujuan
1.      Tujuan Umum
Tujuan umum penulisan laporan ini adalah merencanakan asuhan keperawatan komuitas dalam rentang sehat sakit pada pekerja pembuatan keripik nisa sebagai dasar dalam melaksanakan asuhan keperawatan komunitas.
2.      Tujuan Khusus
Tujuan khusus penulisan makalah ini adalah :
a.       Mengidentifikasi masalah kesehatan kerja pada pekerja sebagai dasar dalam melaksanakan asuhan keperawatan komunitas.
b.      Menyusun rencana asuhan keperawatan komunitas sebagai dasar dalam melaksanakan asuhan keperawatan komunitas.
c.       Melengkapi data asuhan keperawatan komunitas sebagai dasar dalam melaksanakan asuhan keperawatan komunitas.
d.      Mengelompokan data asuhan keperawatan komunitas sebagai dasar dalam melaksanakan asuhan keperawatan komunitas
e.       Merumuskan masalah keperawatan komunitas sebagai dasar dalam melaksanakan asuhan keperawatan komunitas
f.       Menyusun Rencana Tindakan keperawatan komunitas pada pekerja sebagai dasar dalam melaksanakan asuhan keperawatan komunitas



C.    Metode penulisan
Metode penulisan laporan ini adalah studi kepustakaan dan studi lapangan atau studi kasus di pembuatan keripik Nisa di wilayah kerja puskesmas cijulang.
D.    Sistematika penulisan
BAB I PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang Masalah
B.     Tujuan penulisan
C.     Metode penulisan
D.    Sistematika penulisan
BAB II TINJAUAN TEORITIS
A.    Manajemen Keperawatan Okupasi
B.     Peran perawat pada program kesehatan
BAB III TINJAUAN LAPANGAN
A.    Pengkajian
B.     Analisis Data dan Penegakan Diagnosa
BAB IV PERENCANAAN
BAB V IMPLEMENTASI DAN EVALUASI
BAB VI RENCANA TINDAK LANJUT
BAB VII PENUTUP
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN

BAB II
TINJAUAN TEORITIS

A. Manajemen Keperawatan Okupasi
Manajemen merupakan suatu pendekatan yang dinamis dan proaktif dalam menjalankan suatu kegiatan diorganisasi. Manajemen tersebut mencakup kegiatan planning, organizing, actualing, controlling (POAC) terhadap staf, sarana, dan prasarana dalam mencapai tujuan organisasi(Nursalam, 2013). Manajemen keperawatan adalah suatu proses bekerja melalui anggota staf keperawatan untuk memberikan asuhan keperawatan secara profesional.Proses manajemen keperawatan sejalan dengan proses keperawatan sebagai satu metode pelaksanaan asuhan keperawatan secara profesional, sehingga diharapkan keduanya dapat saling mendukung. Proses keperawatan sebagaimana manajemenkeperawatan terdiri atas pengumpulan data, identifikasi masalah, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi hasil(Nursalam, 2013).
Higiene perusahaan dan kesehatan kerja adalah bagian dari usaha kesehatan masyarakat yang ditujukan kepada masyarakat pekerja, masyarakat sekitar perusahaan dan masyarakat umum yang menjadi konsumen dari hasil produk perusahaan.
Secara filosofi, kesehatan kerja adalah upaya untuk menjamin keutuhan dan kesempurnaan, yang meliputi tenaga kerja baik jasmani maupun rohani dan hasil karya dan budaya menuju masy adil, makmur dan sejahtera. Sedangkan secara keilmuan, kesehatan kerja adalah suatu ilmu pengetahuan dan penerapannya dalam upaya mencegah kecelakaan, pencemaran dan penyakit.
Upaya kesehatan kerja adalah upaya penyerasian kapasitas kerja, beban kerja dan lingkungan kerja agar setiap pekerja dapat bekerja secara sehat tanpa membahayakan dirinya sendiri maupun lingkungan agar diperoleh produktifitas kerja yang optimal.
Keselamatan kerja adalah keselamatan yang berkaitan dengan mesin, pesawat, alat kerja, bahan dan proses pengolahannya, landasan tempat kerja dan lingkungannya serta cara-cara melakukan pekerjaan. Keselamatan kerja menyangkut segenap proses produksi dan distribusi, baik barang maupun jasa. Salah satu aspek penting sasaran keselamatan kerja, mengingat resiko  bahayanya  adalah  penerapan teknologi,  terutaman teknologi yang sudah maju dan mutakhir. Keselamatan kerja adalah tugas semua orang yang bekerja. Keselamatan kerja adalah dari dan untuk setiap tenaga kerja serta orang lainnya dan juga masyarakat pada umumnya (Su’mamur, 1981).
Faktor – faktor yg mempengaruhi kesehatan tenaga kerja, antara lain
1.      beban kerja : fisik, mental,
2.      lingkungan kerja : fisik, kimia, biologi, ergonomi, psikologi,
3.      kapasitas kerja : ketrampilan, kesegaran jasmani, status kesehatan, usia,
Kegiatan higiene yang dilakukan oleh perusahaan dalam rangka menciptakan kesehatan lingkungan kerja adalah sebagai berikut :
1.      Pencegahan dan pemberantasan penyakit dan kecelakaan akibat kerja.
2.      Maintenance and increasing kesehatan tenaga kerja.
3.      Care, efficiency increasing, dan productivity balance tenaga kerja.
4.      Pemberantasan kelelahan tenaga kerja.
5.      Meningkatkan semangat dalam bekerja.
6.      Perlindungan masyarakat kerja dari bahaya pencemaran.
7.      Perlindungan masyarakat luas.
8.      Pemeliharaan dan peningkatan higiene sanitasi perusahaan.
Pemusatan perhatian terhadap penyakit akibat kerja dan kecelakaan kerja dapat dilakukan berbagai upaya antara lain mengenal, mencegah adanya gangguan kesehatan, mendiagnosis, mengobati penyakit yang ada, dan merehabilitasi. Dari sisi lingkungan kerja, disamping penerapan ergonomi dilakukan pengontrolan, membandingkan dengan standar, pemantauan, evaluasi dan koreksi (Maurits, 2016).
Program pelayanan kesehatan dan keselamatan kerja dapat dikelompokkan dalam dua pokok pelaksanaan, yaitu :
a.       Pelayanan terhadap manusianya
b.      Pelayanan terhadap lingkungan kerjanya.
Perawat kerja mempunyai fungsi independent dalam memberikan pelayanan kesehatan. Perawat kerja disebut juga perawat industri.
1.      Pelaku OHN
Dalam menjalankan pekerjaannya, seorang perawat hiperkes harus dapat menjalin hubungan dan kerja sama yang baik dengan semua pihak.
a.       Dokter perusahaan
Perawat hiperkes perlu dan wajib mendapat bimbingan dan pengawasan dari dokter perusahaan. Adalah merupakan hukum dan etika kedokteran, bahwa dokterlah yang bertanggung-jawab atas kesehatan tenaga kerja. Bila dokter hanya part time, maka  perawat hiperkes harus merundingkan dan menjalankan pedoman pekerjaan perawat yang dibuat oleh dokter selama dokter tidak berada di tempat.
b.      Pengusaha
Dalam hal dokter perusahaan full time, perawat hiperkes dalam perusahaan bertanggung-jawab langsung kepadanya. Bila dokter hanya part time, maka perawat hiperkes melaporkan segala sesuatu persoalan kesehatan kepada dokter, dan persoalan administratif kepada pengusaha.
c.       Karyawan
Perawat hiperkes wajib setiap saat memelihara hubungan baik dan kepercayaan dari karyawan dan organisasi karyawan, dan selalu bersikap netral apabila terjadi perselisihan antara karyawan dan pengusaha.
d.      Dokter umum / Spesialis
Dalam hal perlunya pengiriman pasien kepada dokter umum/spesialis di luar perusahaan, perawat hiperkes juga harus membina hubungan yang baik dengan dokter umum atau spesialis.
e.       Fasilitas Kesehatan di luar perusahaan
Perawat hiperkes harus mengetahui fasilitas kesehatan yang ada di luar perusahaan serta memanfaatkannya. Disamping itu juga dapat mengikuti kursus-kursus yang diselenggarakan oleh Lembaga Nasional Higiene Perusahaan dan Kesehatan Kerja.
f.       Organisasi Keperawatan
Dianjurkan selalu memelihara keanggotannya  dan berpartisipasi dalam ikatan perawat yang ada.
10 pekerjaan yang berperan dalam OHN: dokter, manajer kasus, koordinator, manajer, perawat, direktur perusahaan, spesialis promosi kesehatan, pendidik, konsultan dan Peneliti.
2.      Sasaran OHN
Bagian dari usaha kesehatan masyarakat, ditujukan kepada :
-          masyarakat pekerja,
-          masyarakat sekitar perusahaan
-          masyarakat umum yg menjadi konsumen
Sehingga  terhindar dari gangguan kesehatan yang diakibatkan pekerjaan & lingkungan pekerjaan, dan dapat meningkatkan derajat kesehatan.
a.       Sifat Hygiene Perusahaan :
-          Sasarannya :  lingkungan kerja dan bersifat teknis.
b.      Sifat Kesehatan Kerja
-          Sasarannya :  manusia dan bersifat medis. Contohnya : Sasaran pembinaan upaya kesehatan kerja oleh puskesmas ditujukan kepada:
Kelompok tani, Kelompok nelayan, Kelompok industri kecil/pengrajin.
Ruang lingkup kesehatan kerja meliputi berbagai upaya penyerasian antara pekerja dengan pekerja dan lingkungan kerjanya baik secara fisik maupun psikis dalam hal cara/metoda kerja, proses kerja dan kondisi kerja yang bertujuan untuk :
a.         Memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan masyarakat pekerja di semua lapangan pekerjaan yang setinggi-tingginya baik secara fisik, mental maupun kesejahteraan sosialnya.
b.         Mencegah gangguan kesehatan masyarakat pekerja yang diakibatkan oleh keadaan/kondisi lingkungan kerjanya.
c.         Memberikan perlindungan bagi pekerja didalam pekerjaannya dari kemungkinan bahaya yang disebabkan oleh faktor-faktor yang membahayakan kesehatan.
d.        Menempatkan dan memelihara pekerja disuatu lingkungan pekerjaannya yang sesuai dengan kemampuan fisik dan psikis pekerjaannya.
Masalah kesehatan yang dapat menurunkan produktifitas antara lain:
a.       Penyakit umum pada p'ekerja antara lain kusta, TB paru, penyakit jantung, kanker, kecacatan, dan lain-lain.
b.      Penyakit yang timbul akibat kerja, misalnya pneumokoniosis dan dermatosis. Pneumokoniosis adalah penyakit yang diakibatkan oleh asbes, dengan gejala seperti batuk, sesak napas, nyeri dada, dan sianosis. Pengobatan cukup sulit dan hanya bersifat mengurangi keluhan, seperti jika infeksi diberi antibiotik, gizi ditingkatkan, juga jika kanker diberi obat sitostatika. Upaya preventif meliputO:i skrining, promosi kesehatan, penggunaan alat pelindung masker, kaca mata, substitusi untuk menyaring debu seperti cerobong asap, water spray, dan exhauster.
c.       Gizi buruk, Gizi buruk saat ini telah bermunculan hampir disemua kabupaten hal ini disebabkan:
1.  Kurangnya pengetahuan masyarakat akan kebutuhan gizi bagi anggota keluarga
2.  Ketidakmampuan keluarga dalam memenuhi kebutuhan gizi bagi anggota keluarga
3.  Pola hidup yang salah
4.  Stok bahan makanan yang tidak ada

B. Peran perawat pada program kesehatan kerja
Fungsi seorang perawat hiperkes sangat tergantung kepada kebijaksanaan perusahaan dalam hal luasnya ruang lingkup usaha kesehatan, susunan dan jumlah tenaga kesehatan yang dipekerjakan dalam perusahaan. Perawat merupakan satu-satunya tenaga kesehatan yang full time di perusahaa, maka fungsinya adalah
1.      Membantu dokter perusahaan dalam menyusun rencana kerja hiperkes di perusahaan
2.      Melaksanakan program kerja yang telah digariskan, termasuk administrasi kesehatan kerja.
3.      Memelihara dan mempertinggi mutu pelayanan perawatan dan pengobatan
4.      Memelihara alat-alat perawatan, obat-obatan dan fasilitas kesehatan perusahaan.
5.      Membantu dokter dalam pemeriksaan kesehatan sesuai cara-cara yang telah disetujui.
6.      Ikut membantu menentukan kasus-kasus penderita, serta berusaha menindak lanjuti sesuai wewenang yang diberikan kepadanya.
7.      Ikut menilai keadaan kesehatan tenaga kerja dihubungkan dengan faktor pekerjaan dan melaporkan kepada dokter perusahaan.
8.      Membantu usaha perbaikan kesehatan lingkungan dan perusahaan sesuai kemampuan yang ada.
9.      Ikut mengambil peranan dalam usaha-usaha kemasyarakatan : UKS.
10.  Membantu, merencanakan dan atau melaksanakan sendiri kunjungan rumah sebagai salah satu dari segi kegiatannya.
11.  Menyelenggarakan pendidikan hiperkes kepada tenaga kerja yang dilayani.
12.  Turut ambil bagian dalam usaha keselamatan kerja.
13.  Mengumpulkan data-data dan membuat laporan untuk statistic dan evaluasi.
14.  Turut membantu dalam usaha penyelidikan kesehatan tenaga kerja
15.  Memelihara hubungan yang harmonis dalam perusahaan
16.  Memberikan penyuluhan dalam bidang kesehatan
Bila lebih dari satu paramedis hiperkes dalam satu perusahaan, maka pimpinan paramedis hiperkes harus mengkoordinasi dan mengawasi pelaksanaan semua usaha perawatan hiperkes.
Menurut Jane A. Le R.N dalam bukunya The New Nurse in Industry, beberapa fungsi specific dari perawat hiperkes adalah :
1.      Persetujuan dan kerjasama dari pimpinan perusahaan/ industry dalam membuat program dan pengolahan pelayanan hiperkes yang mana bertujuan memberikan pemeliharaan / perawatan kesehatan yang sebaik mungkin kepada tenaga kerja
2.      Memberikan/ menyediakan primary nursing care untuk penyakit -penyakit atau korban kecelakaan baik akibat kerja maupun yang bukan akibat kerja bedasarkan petunjuk- petunjuk kesehatan yang ada.
3.      Mengawasi pengangkutan si sakit korban kecelakaan ke rumah sakit , klinik atau ke kantor dokter untuk mendapatkan perawatan / pengobatan lebih lanjut
4.      Melakukan referral kesehatan dan pencanaan kelanjutan perawatan dan follow up dengan rumah sakit atau klinik spesialis yang ada
5.      Mengembangkan dan memelihara system record dan report kesehatan dan keselamatan yang sesuai dengan prosedur yang ada di perusahaan
6.      Mengembangkan dan memperbarui policy dan prosedur servis perawatan
7.      Membantu program physical examination (pemeriksaan fisik) dapatkan data-data keterangan-keterangan mengenai kesehatan dan pekerjaan. Lakukan referral yang tepat dan berikan suatu rekomendasi mengenai hasil yang positif.
8.      Memberi nasehat pada tenaga kerja yang mendapat kesukaran dan jadilaj perantara untuk membantu menyelesaikan persoalan baik emosional maupun personal.
9.      Mengajar karyawan praktek kesehatan keselamatan kerja yang baik,dan memberikan motivasi untuk memperbaiki praktek-praktek kesehatan.
10.  Mengenai kebutuhan kesehatan yang diperlukan karyawan dengan obyektif dan menetapkan program Health Promotion, Maintenance and Restoration
11.  Kerjasama dengan tim hiperkes atau kesehatan kerja dalam mencari jalan bagaimana untuk peningkatan pengawasan terhadap lingkungan kerja dan pengawasan kesehatan yang terus menerus terhadap karyawan yang terpapar dengan bahan-bahan yang dapat membahayakan kesehatannya.
12.  Tetap waspada dan mengikuti standar-standar kesehatan dan keselamatan kerja yang ada dalam menjalankan praktek-praktek perawatan dan pengobatan dalam bidang hiperkes ini.
13.  Secara periodic untuk meninjau kembali program-program perawatan dan aktifitas perawatan lainnya demi untuk kelayakan dan memenuhi kebutuhan serta efisiensi.
Fungsi dan Tugas Perawat dalam Usaha K3 (Kesehatan dan Keselamatan Kerja) Fungsi dan tugas perawat dalam usaha K3 di Industri adalah sebagai berikut (Effendy, Nasrul, 1998) :
Fungsi
1.      Mengkaji masalah kesehatan
2.      Menyusun rencana asuhan keperawatan pekerja
3.      Melaksanakan pelayanan kesehatan dan keperawatan terhadap pekerja
4.      Penilaian











BAB III
TINJAUAN LAPANGAN
A.    Pengkajian
1.      Identitas perusahaan
Nama UKK : Home Industri Pembuatan Keripik Nisa
Alamat         : RT 01 RW 04 , Dusun Cikadu Desa Margacinta
2.      Dimensi Biofisik
1)   Komposisi populasi pekerja

Tabel 3.1 Komposisi populasi pekerja
No
Nama
Jk
Umur
Pendidikan
Agama
TB
BB
Konjungtiva
Riwayat penyakit
1.
Ny. Y
P
45
SD
Islam
155 Cm
76Kg
An anemis
-
2.
Ny. A
P
22
SMA
Islam
158 Cm
52Kg
An anemis
Asma
3.
Ny. R
P
40
SMP
Islam
155 Cm
39Kg
An anemis
-
2)   Hasil pemeriksaan kesehatan
a.    Penampilan umum
Penampilan umum karyawan kurang bersih karena bekerja ditempat pembuatan keripik.
b.   Lingkar dada, perut dan kepala
Tabel 3.2 Lingkar dada, perut dan kepala
No
Nama
LD
LP
LK
1
Ny. Y
91
83
37
2
Ny. A
85
76
36
3
Ny. R
80
72
36

c.    Kesehatan mata gigi, mulut, hidung, telinga, kuku dan status imunisasi
Tabel 3.3 Kesehatan gigi, mulut, hidung, telinga, kuku
No
Nama
Mata
Gigi
Telinga
Hidung
Kuku
1
Ny.Y
Normal
Lengkap
Bersih
Bersih
Kotor
2
Ny. A
Normal
Lengkap
Bersih
Bersih
Kotor
3.
Ny. R
Normal
Lengkap
Bersih
Bersih
Kotor

3)   Angka insiden dan prevalensi penyakit menular dan kronis
Tidak ada insiden penyakit menular pada karyawan. Namun terdapat penyakit kronis pada karyawan yaitu asma. Jika asmanya kambuh dada nya terasa sakit dan sesak, ada juga karyawan yang mengeluh batuk.
4)   Ketidakhadiran dan absensi
Pekerja hadir setiap hari untuk produksi jam 08.00 sampai produksi selsai.
5)   Jumlah dan jenis klaim kompensasi
Jumlah gaji yang diterima karyawan yaitu 50.00 perhari  setiap produksi.
6)   Imunisasi
Karyawan di pembuatan keripik sudah mendapatkan imunisasi lengkap pada saat balita.
7)   Hasil tes screening secara periodik
Pada pembuatan keripik ini belum ada tes kesehatan secara berkala, tetapi ketika ada karyawannya yang sakit langsung dilarikan ke Puskesmas terdekat.
3.      Dimensi Psikologi
1)   Waktu kerjaWaktu kerja karyawan yaitu dari biasanya dari jam 08.00- 15.00 WIB
2)   Keindahan lingkungan
Keindahan lingkungan cukup rapih dan tidak terlalu kotor.
3)   Hubungan antar karyawan
Hubungan antar karyawan terjalin dengan baik, mereka selalu saling berkomunikasi dan saling menghormati
4)   Hubungan antara karyawan dengan pihak manajemen
Hubungan antara karyawan dengan pemilik home industri dapat terjalin dengan baik, mereka selalu saling berkomunikasi
5)    Moral pekerja
Walaupun pendidikan terakhir para karyawan cukup rendah tapi mereka memiliki moral yang baik, mereka dapat beretika dan bersopan santun baik pada pemilik pabrik ataupun pada mitra lain yang membeli keripik tersebut.
6)   Gaya kepemimpinan supervaisor
Gaya kepemimpinan supervaisor/ home industri bijaksana dan beliaupun ikut bekerja sebagai karyawan juga.
7)   Praktik evaluasi karyawan
Praktik evaluasi karyawan dipantau oleh pemilik home industri
8)   Kepuasan kerja
Karyawan merasa puas dengan pekerjaannya. Mereka selalu mensyukuri dengan upah yang diterimanya
9)   Tingkat dan sumber stres ditempat kerja
Karyawan tidak merasakan tingkat kesetresan yang tinggi karena mereka bekerja sesuai dengan kemampuannya.
10)    Konflik ditempat kerja dan dirumah
Tidak terjadi konflik antar karyawan ditempat kerja karena antar karyawan dan pemilik pabrik sudah merasa seperti keluarga sendiri.
11)    Prevalensi masalah emosional pada pekerja ditempat kerja
Masalah emosional pekerja ditempat kerja tidak ada

4.      Dimesnsi fisik
1)      Perjalanan ketempat kerja
Jarak antara antara home industri dengan rumah karyawannya cukup dekat.
2)      Keamanan di area parkir
Area parkir di tempat pembuatan keripik aman.
3)      Penggunaan bahan beracun lainnya ditempat kerja.
Pada pabrik pembuatan keripik ini tidak menggunakan bahan berbahaya lainnya.
4)      Polusi ditempat kerja
Polusi ditempat kerja berasal dari pembakaran kayu (tungku) untuk pembuatan keripik dan ada juga yang menggunakan kompor gas untuk pembuatan keripik ini.
5)      Kebakaran atau keselamatan dari bahaya
Selama pembuatan keripik  ini dibangun belum pernah terjadi kebakaran.
6)      Potensi terekspose bahan berbahaya
Tidak ada potensi untuk terekspose bahan berbahaya karena tempat dekat pembuatan keripik tidak ada pabrik/ home industri lain.
7)      Penggunaan alat-alat berbahaya
Pada pembuatan keripik ini tidak menggunakan alat yang berbahaya.
8)      Tingkat paparan terhadap suhu ekstrem
Tingkat paparan terhadap suhu ekstrem sedang
9)      Potensi untuk jatuh
Tidak ada potensi untuk jatuh karena dalam pembuatan keripik ini didalam rumah.
10)  Kebutuhan untuk mengangkat barang barang atau benda yang berat
Kebutuhan berat yang diangkat seperti bahan baku pembuatan keripik yaitu singkong dan pisang .
11)  Aspek ergonomik di tempat kerja
Tidak ada Aspek ergonomik di tempat kerja
12)  Binatang atau serangga dilingkungan kerja
Tidak banyak ditemukan binatang atau serangga dilingkungan kerja pada saat pengkajian ke lokasi pembuatan keripik.
13)  Tanaman atau tumbuhan yang dapat menimbulkan alergi
Pada saat pengkajian tidak terdapat tanaman yang menimbulkan alergi
14)  Kecukupan terhadap pemanasan, pencahayaan, pendinginan, ventilasi
Pencahayaan di pembuatan keripik ini cukup bagus, ventilasi jg cukup banyak
15)  Level kebisingan
Berdasarkan hasil pengkajian level kebisingan ditempat kerja sangat rendah, karena pembuata keripik ini tidak menggunakan mesin.
16)  Sanitasi tempat untuk menyiapkan dan menyimpan makanan
Terdapat ruangan untuk menyiapkan dan menyimpan hasil keripik yang sudah siap diproduksi. Tempatnyan tertutup dan tidak bisa dijangkau oleh lalat dan serangga.
17)  Fasilitas toilet
Di home industri ini tersedia satu buah toilet yang digunakan untuk seluruh karyawan.
18)  Fasilitas untuk karyawan yang mengalami keterbatasan
Home industri tidak menyediakan fasilitas untuk karyawan yang mengalami keterbatasan dikarenakan tidak terdapat karyawan yang mengalami keterbatasan di home industri ini.
19)  Potensi terjadi bencana
Dihome industri ini tidak berpotensi terjadi bencana karena pembuatan keripik ini tidak menggunakan api yang besar
5.      Dimensi Sosial
1)        Stabilitas ekonomi perusahaan
Stabilitas pendapatan perusahan kurang stabil jika bahan baku sedang kurang maka total penghasilan keripik ini pun menurun
2)        Level penghasilan
Level penghasilan home industri ini tidak menentu, karena tergantung dari pemesanan atau di jual ke warung-warung.  Penghasilan maximal Rp. 300.000 sekali produksi
3)        Ketersediaaan terhadap pelayanan kesehatan
Di tempat kerja tidak terdapat pelayanan kesehatan.
4)        Sikap komunitas terhadap perusahaan
Sikap komunitas terhadap perusahaan baik
5)        Kriminal ditempat kerja
Selama ini belum terjadi tindakan kriminal dilokasi home industri.
6)        Potensi kekerasan ditempat kerja
Tidak ada Potensi kekerasan ditempat kerja karena karyawan disini sangat ramah dan saling bekerja sama.
7)        Ketersediaan tempat pelayanan untuk anak-anak
Di home industri ini tidak ada tempat pelayanan untuk anak-anak
8)        Kebijakan terhadap cuti
Pemilik home industri tidak memiliki kebijakan untuk cuti kepada karyawannya.
9)        Konflik antar kelompok
Tidak pernah terjadi konflik antar kelompok baik pemilik home indsutri ataupun karyawan
10)    Latar belakang budaya karyawan
Karyawan yang bekerja  yaitu suku sunda.
11)    Bahasa yang digunakan oleh karyawan
Bahasa yang digunakan oleh karyawan dan pemilik home industri adalah bahasa sunda.
12)    Level pendidikan karyawan dan tingkat pengetahuannya tentang kesehatan
Tingkat pendidikan karyawan yaitu SD sehingga tingkat pengetahuan tentang kesehatan masih rendah hal ini dibuktikan dari para karyawan tidak menggunakan APD seperti sarung tangan dan masker .
13)    Dukungan manajemen terhadap perilaku sehat
Dukungan dari pemilik home industri terhadap perilaku sehat masih rendah, karena tidak memberikan jaminan kesehatan .
14)    Implentasi terhadap peraturan dan kebijkakan untuk keamanan kerja
Tidak ada per aturan baku yang dibuat untuk keamanan di pembuatan keripik ini.
15)    Jenis pekerjaan dan efeknya terhadap pekerjan
Jenis pekerjaannya yaitu pembuatan keripik sehingga memiliki efek negatif bagi kesehatan yaitu efek nya bisa berupa ISPA dengan luka bakar pada kulit akibat percikan minyak.
16)    Tingkat pelecehan sexsual
Sampai saat ini belum pernah terjadi pelecehan sexsual.

6.      Dimensi Perilaku
1)        Pola Konsumsi
-       Kualitas makanan
Karyawan diberikan makan setiap kali kerja yaitu pada saat istirahat.
-       Status nutrisi karyawan
Status nutrisi karyawan baik tidak ada yang mengalami gizi kurang ataupun gizi lebih.
-       Kebutuhan nutrisi khusus
Tidak ada pekerja yang membutuhkan nutrisi khusus.
-       Pengetahuan tentang nutrisi
Pengetahuan karyawan tentang nutrisi masih kurang
-       Alkohol dan penggunaan obat terlarang
Tidak ada karyawan yang menggunakan alkohol ataupun penggunaan obat terlarang
-       Perilaku merokok pada karyawan dan kebijakannya tentang program berhenti merokok
Semua karyawan tidak memiliki kebiasaan merokok.
-       Penggunaan obat-obatan oleh karyawan
Tidak ada karyawan yang menggunakan obat-obatan
2)        Aktivitas waktu luang
-       Pola istirahat dan aktifitas fisik untuk karyawan
Waktu istirahat karyawan digunakan untuk solat, makan siang dan berbincang-bincang.
-       Peluang untuk melakukan aktivitas fisik
Terdapat waktu luang untuk melakukan aktivitas fisik
3)        Perilaku lainnya
-       Kebijakan dan prosedur karyawan
Home industri memberikan kebijakan, jika tidak bisa hadir karena ada urusan penting maka harus izin terlebih dahulu.
-       Penggunaan alat keamanan dan prosedurnya
Semua karyawan tidak ada yang menggunakan alat keamanan atau pelindung diri baik itu masker, kacamata pelindung, ataupun sarung tangan.

7.      Dimensi Sistem Kesehatan
1)        Pelayanan kesehatan yang ditawarkan oleh perusahaan
Home industri tidak menawarkan pelayanan kesehatan untuk karyawannya.
2)        Ketersediaan pelayanan kesehatan lainnya
Di dalam home industri tidak tersedia pelayanan kesehatan seperti poliklinik.
3)        Penggunaan pelayanan kesehatan oleh karyawan
Pelayanan kesehatan yang digunakan oleh karyawan yaitu puskesmas karena pengobatannya gratis sehingga lebih meminimalkan biaya.
4)        Pembiayaan pelayanan kesehatan
Untuk biaya pengobatan ditanggung sendiri oleh karyawan
5)        Dukungan petugas kesehatan terhadap program kesehatan perusahaan
Tidak ada dukungan dari petugas kesehatan.
6)        Sikap karyawan terhadap kesehatan dan pelayanan kesehatan
Sikap karyawan terhadap kesehatan kurang memperhatikan contohnya saja mereka tidak menggunakan alat pelindung diri seperti masker dan sarung tangan. tetapi sikap karyawan terhadap pelayanan kesehatan baik, mereka dapat memanfaatkannya.
7)        Ketersediaan program promosi kesehatan
Tidak ada program promosi kesehatan dari pihak pelayanan kesehatan terdekat.
8)        Prosedur untuk mengendalikan dan memonitor paparan terhadap bahan-bahan yang bersifat toksik
Tidak ada prosedur yang dapat mengendalikan dan memonitor paparan terhadap bahan-bahan yang bersifat toksik
8.      Dimensi Spiritual
1)        Distribusi berdasarkan keyakinan Agama
Semua Karyawan home industri beragama islam dan meraka selalu menyelangkan waktu untuk solat.
2)        Ketersediaan sarana ibadah
Terdapat ruangan yang digunakan untuk karyawan beribadah

B. Analisis Data dan Penegakan Diagnosa
1.    Analisa data
Data
Etiologi
Masalah
DS :
- Para karyawan mengatakan bahwa pihak pemilik home industri tidak menyediakan masker dan sarung tangan untuk karyawan saat bekerja
DO :
-       Dari hasil observasi didapatkan bahwa hampir semua karyawan tidak memakai pelindung pernafasan selama bekerja dan pekerja tidak menggunakan alat pelindung tangan. Saat bekerja para karyawan terkadang tidak memperdulikan kesehatan pribadi, seperti saat sedang menggoreng atau mengupas singkong, pekerja tidak dilengkapi dengan alat pelindung diri.. Para karyawan nampak antusias ingin mengetahui lebih lanjut tentang penggunaan alat pelindung diri bagi kesehatan mereka.
 Kurang pengetahuan pekerja tentang pentingnya alat pelindung diri
Perilaku kesehatan cenderung beresiko
DS :
-       Ada karyawan yang mengeluhkan mempunyai riwayat astma
-       Ada karyawan yang mengatakan sering batuk
-       Ada karyawan yang mengeluh jiga asmanya kambuh dada sering terasa sakit dan sesak
DO :             
-       Pekerja yang sering batuk karena tidak memperhatikan APD yang digunakan selama bekerja , karyawan tidak menggunkan masker. Apalagi sekarang sedang masa pandemi.


Kurang pengetahuan tentang penyakit
Ketidakefektifan pemeliharaan kesehatan
2. Penegakan Diagnosa Keperawatan
a.       Ketidakefektifan pemeliharaan kesehatan b.d Kurang pengetahuan tentang penyakit yang ditandai dengan :
DS :
- Ada karyawan yang mengeluhkan mempunyai riwayat astma.
- Ada karyawan yang mengatakan sering batuk
- Ada karyawan yang mengeluh jiga asmanya kambuh dada sering terasa sakit dan sesak
DO :
-       Pekerja yang sering batuk karena tidak memperhatikan APD yang digunakan selama bekerja , karyawan tidak menggunkan masker. Apalagi sekarang sedang masa pandemi.
b.      Perilaku kesehatan cenderung beresiko berhubungan dengan kurang pengetahuan pekerja tentang pentingnya alat pelindung diri yang ditandai dengan :
DS :
Para karyawan mengatakan bahwa pihak pemilik home industri tidak menyediakan masker dan sarung tangan untuk karyawan
DO :
Dari hasil observasi didapatkan bahwa  pekerja tidak memakai pelindung pernafasan selama bekerja dan pekerja tidak menggunakan alat pelindung tangan. Saat bekerja para karyawan terkadang tidak memperdulikan kesehatan pribadi, seperti saat sedang menggoreng atau mengupas singkong, pekerja tidak dilengkapi dengan alat pelindung diri.. Para karyawan nampak antusias ingin mengetahui lebih lanjut tentang penggunaan alat pelindung diri bagi kesehatan mereka.



















BAB IV
PERENCANAAN

No
Data
Diagnosa Keperawatan
NOC
NIC
Kode
Diagnosis
Kode
Hasil
Kode
Intervensi
1
Data Pendukung Masalah Kesehatan Kerja Dengan ISPA
·      Wawancara (DS) :
-Ada karyawan yang mengeluhkan mempunyai riwayat astma.
- Ada karyawan yang mengatakan sering batuk
-Ada karyawan yang mengeluh jiga asmanya kambuh dada sering terasa sakit dan sesak

·       (DO) :
-       -Karyawan yang sering mengeluh batuk karena tidak memperhatikan APD yang digunakan selama bekerja , karyawan tidak menggunkan masker. Apalagi sekarang sedang masa pandemi.



00031
Ketidakefektifan bersihan jalan nafas
1601
1602


1803

1805

1823
Perilaku kepatuhan
Perilaku meningkatkan kesehatan
Pengetahuan : proses penyakit
Pengetahuan : perilaku sehat
Pengetahuan : promosi kesehatan
5510
5602
Pendidikan kesehatan
Mengajarkan proses penyakit
2.
Data Pendukung Masalah Kesehatan Kerja Dengan Resiko kecelakaan kerja
·      Wawancara (DS) :
-Para karyawan mengatakan bahwa pihak pemilik home industri tidak menyediakan masker dan sarung tangan untuk karyawan

·      Pengamatan/Observasi
·      (DO) :
-Dari hasil observasi didapatkan bahwa  pekerja tidak memakai pelindung pernafasan selama bekerja dan pekerja tidak menggunakan alat pelindung tangan. Saat bekerja para karyawan terkadang tidak memperdulikan kesehatan pribadi, seperti saat sedang menggoreng atau mengupas singkong, pekerja tidak dilengkapi dengan alat pelindung diri.. Para karyawan nampak antusias ingin mengetahui lebih lanjut tentang penggunaan alat pelindung diri bagi kesehatan mereka.

000188
Perilaku Kesehatan Cenderung Beresiko

1805

1832

1854


1621

1209


1902
2006

2008
Prevensi primer
Pengetahuan: perilaku sehat
Pengetahuan: promosi kesehatan
Pengetahuan : pentingnya penggunaan APD
Kepatuhan perilaku penggunaan APD
Motivasi

Prevensi sekunder
Kontrol resiko
Status kesehatan individu
Status kenyamanan

5510
5520
5604
5618
7970


6486
6520



Prevensi primer
Pendidikan kesehatan
Memfasilitasi pembelajaran
Pengajaran kelompok
Pengajaran prosedur
Monitoring kebijakan kesehatan

Prevensi sekunder
Manajemen lingkungan : keamanan
Skrining kesehatan










BAB V
IMPLEMENTASI KEPERAWATAN

No
Diagnosa
Kep.Kom
Strategi Implementasi
Sasaran
Waktu & Tempat
Penanggung Jawab Pelaksana
1
Kode DX: 00031
Ketidakefektifan pemeliharaan kesehatan
1.      Pemeriksaan kesehatan (BB, TB, TTV)
2.      Pendidikan kesehatan tentang penyakit ispa (batuk)
3.      Pendidikan kesehatan penyakit asma
Semua karyawan home industri keripik nisa

Waktu  :
Sabtu, 28 juni 2020
Jam 09.00-12.10

Tempat : home industri keripik nisa
Risnawati, S. Kep
2


Kode DX: 00188
Perilaku kesehatan cenderung beresiko penggunaan APD

1.      Pendidikan Kesehatan tentang keselamatan dan kesehatan kerja (K3)
2.      Pendidikan kesehatan macam – macam alat pelindung diri yang dapat digunakan selama masa pandemi.


Semua karyawan home industri keripik nisa

Waktu
Sabtu, 28 juni 2020
Jam 09.00-12.10


Tempat
Tempat home industri keripik nisa
Hikmat Desfriansah, S. Kep

BAB VI
EVALUASI DAN RENCANA TINDAK LANJUT

No
Diagnosa  keperawatan
Evaluasi
Rencana tindak lanjut


Formatif
Sumatif

1.
Ketidakefektifan pemeliharaan kesehatan
Berdasarkan hasil evaluasi setelah diberikan penyuluhan :
-Adanya peningkatan pengetahuan pada karyawan home industri keripik nisa tentang penyakit batuk
-Adanya peningkatan pengetahuan pada karyawan home industri keripik nisa tentang penyakit asma

S :-Karyawan home industri mengatakan sudah paham dan mengerti tentang penyakit akibat kerja, seperti ispa
-Karyawan home industri mengatakan sudah paham dan mengerti tentang penyakit asma
O: Dibuktikan pada saat diberikan pertanyaan karyawan bisa menjawab pertanyaan yang diajukan pemateri.
A: Masalah Ketidakefektifan pemeliharaan kesehatan teratasi
P : Intervensi dihentikan.
Diperlukannya monitoring dengan pihak Puseksmas dan pemerintah setempat untuk pemeriksaan kesehatan secara berkala dan untuk meningkatkan keselamatan dan kesehatan para pekerja home industri yang ada dimasyarakat setempat.
2.
Perilaku kesehatan cenderung beresiko penggunaan APD
Berdasarkan hasil evaluasi setelah diberikan penyuluhan :
-adanya peningkatan pengetahuan tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) bagi karyawan home industri keripik nisa
- adanya  peningkatan pengetahuan tentang macam-macam APD yang bisa digunakan selama produksi.

S : karyawan home industri mengatakan sudah paham tentang K3 dan alat pelindung diri pada saat produksi.
O : Dibuktikan pada saat diberikan pertanyaan karyawan bisa menjawab pertanyaan yang diajukan pemateri.
A : Masalah Perilaku kesehatan cenderung beresiko teratasi
P : Intervensi dihentikan
Diperlukannya monitoring dengan pihak Puseksmas dan pemerintah setempat untuk pemeriksaan kesehatan secara berkala dan untuk meningkatkan keselamatan dan kesehatan para pekerja home industri yang ada dimasyarakat setempat.

BAB VII
PENUTUP
A.    Kesimpulan
Dari hasil pengkajian terhadap pabrik pembuatan home industri keripik nisa dapat disimpulkan bahwa :
1.      Selama proses pengkajian dapat dilakukan bersama-sama dengan cara observasi, wawancara dan pemeriksaan fisik secara langsung terhadap karyawan.
2.      Perencanaan dapat dilakukan untuk menentukan rencana dan mencari alternative pemecahan masalah.
3.      Implementasi yang sudah dilaksanakan  adalah sebagai berikut:
-       Melakukan penyuluhan tentang penyakit akibat kerja ( Ispa & Asma)
-       Menyebarkan liflet penyakit akibat kerja ( Ispa & Asma)
-       Melakukan penyuluhan tentang APD (pengertian, tujuan/manfaat, macam-macam ADP)
-       Menyebarkan leaflet tentang APD
-       Melakukan penyuluhan tentang kerawanan kecelakaan kerja
-       Menyebarkan leaflet tentang kerawanan kecelakaan kerja.
4.      Proses evaluasi terhadap proses dan hasil dapat dilakukan untuk tujuan yang dapat dicapai.



B.     Saran
1.         Kepada Karyawan Home industri Pembuatan Keripik Nisa
Diharapkan untuk lebih memperhatikan kesehatan dirinya saat bekerja yaitu menggunakan APD pada saat bekerja. Apalagi sekarang sedang masa pandemi jadi perlindungan selama bekerja harus bisa lebih diperhatikan.
2.         Kepada Pemilik Perusahaan
Diharapkan untuk tetap mamantau kesehatan karyawanya dengan menyediakan APD, terutama masker, agar karwayan terbebas dari penyakit akibat kerja seperti ispa dan asma.













DAFTAR PUSTAKA

















GAMBAR

Gambar 1.1 Implementasi UKK Home Industri Keripik Nisa
instagrid_202062855432874.jpg





LAMPIRAN 1
SAP ISPA

SATUAN ACARA PENYULUHAN
ATUAN ACARA PENYULUHAN ISPA


Hari/tanggal           : Sabtu, 28 juni 2020
Jam/waktu              Jam 09.00-12.10 WIB
Pokok Bahasan      : Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA)      
  Sub Bahasan          :Mengenali tanda dan gejala serta upaya pencegahan  pengobatan ISPA
                                      Sasaran                  : Karyawan Home Industri Keripik Nisa
                                      Penyuluh               : Risnawati, S. Kep
                                      Tempat                  : Home Industri Keripik Nisa

A.   Tujuan Instruksional Umum (TIU)
Setelah mengikuti penyuluhan ini, diharapkan masyarakat mengetahui dan memahami kondisi lingkungan polusi yang tercemar agar tidak terserang ISPA, dan bisa mencegah dari penyakit tersebut dengan upaya kuratif dan preventif agar masyarakat sehat sejahtera.

B.   Tujuan Instruksional Khusus (TIK)
Setelah mengikuti penyuluhan masyarakat dapat :
1. Mampu menyebutkan pengertian dari infeksi saluran pernapasan akut.
2. Mengetahui dan memahami penyebab dari infeksi saluran pernapasan akut.
3. Mengetahui dan memahami tanda dan gejala dari seseorang yang terinfeksi saluran pernapasannya  akut dan dapat menyebutkan upaya pencegahan dari infeksi saluran pernapasan akut.
4.  Mengetahui kegunaan dari masker dan cara serta waktu menggunakannya.

C.      Garis-Garis Besar Materi
1.    Pengertian Infeksi Saluran Pernapasan Akut .
2.    Penyebab Infeksi Saluran Pernapasan Akut.
3.    Tanda dan Gejala Infeksi Saluran Pernapasan Akut.
4.    Upaya Pencegahan Infeksi Saluran Pernapasan Akut.
5.    Penatalaksanaan ISPA.

D.      KegiatanBelajarMengajar
1.      Metode
a.    Ceramah
b.    Tanya jawab
2.      Media dan Alat Peraga
       Leaflet
3.      StrategiPelaksanaan
No
Waktu
KegiatanPenyuluhan
Respon
1
5 menit
Pendahuluan :
a.       Menyampaikan salam
b.      Menjelaskan tujuan
c.       Kontrak waktu
d.      Tes awal

a.       Membalas salam
b.      Mendengarkan
c.       Memberi respon
d.      Menjawab
2
20 Menit
Inti :
a.       Menjelaskan pengertin dan penyebab dari infeksi saluran pernapasan, tanda dan gejala dari infeksi saluran pernapasan, upaya pencegahan dan pengobatan dari infeksi saluran pernapasan.
b.      Memberikankesempatanbertanya
c.       Menjawabpertanyaan

a.       Mendengarkan
b.      dan menyimak
c.       Mengajukanpertanyaan
d.      Mendengarkan
3
5 Menit
Penutup :
a.   Tes akhir
b.   Menyimpulkan hasil penyuluhan
c.   Memberi salam penutup

a.       Menjawab
b.      Aktif bersama
c.       Menyimpulkan
d.      Membalas salam

E.     Evaluasi
1.      Evaluasi Persiapan
a.       Materisudahsiap dan dipelajari 1 harisebelumpenyuluhan.
b.      Media sudahsiap 1 harisebelumpenyuluhan.
c.       SAP sudahsiap 1 harisebelumpenyuluhan.
2.      Evaluasi Proses
Masyarakat memperhatikanpenjelasanpenyaji.
a.       Masyarakat aktif  bertanya.
b.      Media dapatdigunakansecaraefektif.
3.      Evaluasi Hasil
a.       Menyebutkankembali  pengertian Infeksi Saluran Pernapasan Akut.
b.      Menyebutkankembali penyebab Infeksi Saluran Pernapasan Akut.
c.       Menyebutkankembali tanda dan gejala Infeksi Saluran Pernapasan Akut.
d.      Menyebutkankembali upaya pencegahan Infeksi Saluran Pernapasan Akut.
e.       Menyebutkankembali penatalaksanaan ISPA.

F.     Materi
Terlampir






MATERI PENYULUHAN


A.   Pengertian
ISPA merupakan penyakit infeksi akut yang melibatkan salah satu atau lebih dari organ saluran pernapasan, hidung, sinus, faring dan laring. ISPA mencakup: tonsilitis (amandel), sinusitis, rhinitis, laringitis, faringitis. Infeksi ini biasa terjadi sampai 14 hari lamanya. ISPA seringkali menjangkit dan rentan kepada anak-anak, lanjut usia serta ibu hamil karena daya tahan tubuh yang memang sudah rendah terutama anak balita.

B.   Penyebab
ISPA lebih dari 300 jenis bakteri, virus, dan jamur. Mayoritas penyebab ISPA adalah virus dengan frekuensi lebih dari 90% untuk ISPA bagian atas, sedangkan ISPA untuk bagian bawah frekuensinya lebih kecil (WHO, 1995). Dalam Harrison’s Principle of Internal Medicine di sebutkan bahwa penyakit infeksi saluran nafas akut bagian atas mulai dari hidung, nasofaring, sinus paranasalis sampai dengan laring hampir 90% disebabkan oleh viral, sedangkan infeksi akut saluran nafas bagian bawah hamper 50 % diakibatkan oleh bakteri streptococcus pneumonia adalah yang bertanggung jawab untuk kurang lebih 70-90%, sedangkan stafilococcus aureus dan H influenza sekitar 10-20%.
 Saat ini telah diketahui bahwa infeksi saluran pernapasan akut ini melibatkan lebih dari 300 tipe antigen dari bakteri maupun virus tersebut (WHO, 1995). Beberapa faktor lain yang diperkirakan berkontribusi terhadap kejadian ISPA pada anak adalah rendahnya asupan antioksidan, status gizi kurang, dan buruknya sanitasi lingkungan.

C.   Tanda dan Gejala
Badan pegal (myalgia), batuk, sakit kepala, sakit tenggorokan, beringus, demam ringan, tekanan di muka, bersin. Gejala biasanya tampak setelah 1-3 hari setelah terpapar patogen microbial. Penyakit ini biasa berlangsung selama 7-10 hari.
Gejala ISPA yang disebabkan oleh streptpcoccus adalah sakit leher tiba-tiba, sakit saat menelan dan demam tanpa diikuti hidung beringus, suara berubah atau batuk. Kadang kala, gejala ISPA dibarengi sakit dan tekanan di kuping yang disebabkan oleh infeksi telinga tengah (otitis media) dan mata merah disebabkan oleh virus conjuvitis.
D.   Terapi
2.      Pada bayi / anak dilakukan imunisasi.
3.      Selalu menjaga kebersihan baik kebersihan pribadi maupun lingkungantempat tinggal.
4.      Mencegah anak agar tidak berhubungan dengan penderita ISPA.
Upaya pengobatan dan perawatan ISPA:
1.      Jika terserang penyakit ISPA harus banyak istirahat.
2.      Meningkatkan asupan makanan bergizi.
3.      Jika demam beri kompres hangat dan banyak minum (pada bayi ASI tetap diteruskan) gunakan pakaian yang cukup tipis tidak terlalu ketat, bila perlu diberikan parasetamol.
4.      Bila hidung tersumbat karena pilek bersihkan lubang hidung dengan tisu, kemudian tisu dibuang ke tempat sampah.
5.      Jika batuk dianjurkan memberi obat batuk yang aman yaitu ramuan tradisional misalnya :
a.       Herbal jeruk nipis, caranya 1 buah jeruk nipis diambil airnya dan tambahkan 2 sendok makan madu. Kemudian aduk hingga rata. Ramuan ini diminum 2 kali sehari.
b.      Herbal belimbing wuluh, caranya 10 buah belimbing wuluh, dicuci, kemudian dihaluskan. Tambahkan 1 cangkir air masak dan sedikit garam. Peras dan saring. Ramuan ini diminum 2 kali sehari.





DAFTAR PUSTAKA

Prawirohardjo,Sarwono.2016.Ilmu Kebidanan.Jakarta:PT. Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo,DepKes RI.1992. Pedoman Pemberantasan Penyakit Infeksi Saluran Pernafasan







LAMPIRAN 2
SAP ASMA
SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)

Pokok Bahasan        : Perawatan Asma di Rumah
Sasaran                     : Karyawan keripik nisa
Waktu                      : 1 x pertemuan (25 menit)
Hari/tanggal             : Sabtu, 28 juni 2020Jam 09.00-12.10
Tempat                    : home industri keripik nisa
Penyuluh                 : Risnawati, S. Kep


A.    TUJUAN INSTITUSIONAL (TI)
Menjadi rumah sakit yang prima dalam pelayanan, pendidikan dan penelitian dibidang kesehatan tingkat regional pada tahun 2011. 
B.     TUJUAN INSTRUKSIONAL UMUM (TIU)
Setelah mengikuti penyuluhan tentang perawatan asma di rumah, maka diharapkan klien dan keluarga mampu memahami dan mempraktikkan perawatan asma di rumah.
C.    KARAKTERISTIK/PRASYARAT PESERTA DIDIK
Klien dan keluarga yang menderita asma
D.    ANALISA TUGAS
Know   :
1.       Definisi asma
2.       Tanda dan gejala asma
3.       Faktor pencetus asma
4.       Perawatan asma di rumah
Do     :Dapat melakukan perawatan asma di rumah
Show   :Memperhatikan penjelasan dan menunjukkan kemauan untuk melakukan perawatan asma di rumah.

E.     TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS (TIK)
Setelah mengikuti penyuluhan ini, klien dan keluarga mampu :
1.    Menyebutkan pengertian asma
2.    Menyebutkan tanda dan gejala asma
3.    Menyebutkan faktor pencetus asma
4.    Melakukan perawatan asma di rumah

F.     POKOK  BAHASAN
Perawatan Asma di Rumah
G.    SUB POKOK BAHASAN
a.     Definisi asma
b.     Tanda dan gejala asma
c.     Faktor pencetus asma
d.     Perawatan asma di rumah 

H.    MATERI PENGAJARAN
Terlampir
I.       ALOKASI WAKTU
Apersepsi/set                      : 5 menit
Penjelasan/uraian materi     : 15 menit
Rangkuman/penutup          : 5 menit

J.      STRATEGI INSTRUKSIONAL
  1. Menjelaskan materi-materi penyuluhan :
  2. Pengertian asma : dengan tanya jawab dan menjelaskan pengertian asma
  3. Tanda dan gejala asma : dengan tanya jawab dan menjelaskan tanda dan gejala asma
  4. Faktor pencetus : dengan tanya jawab dan menjelaskan faktor pencetus
  5. Perawatan asma di rumah : dengan tanya jawab dan mempraktikan perawatan asma di rumah. (Memberikan kesempatan bertanya kepada klien dan keluarga)
  6. Mengadakan tanya jawab untuk mengetahui sejauhmana pemahaman klien dan keluarga

K.    KEGIATAN BELAJAR MENGAJAR
Tahap
Kegiatan Pendidik
Kegiatan Peserta
Metode
Pra
Menyiapkan materi dan lingkungan


Kegiatan Membuka
· Memberikan salam
· Melakukan perkenalan
· Menjelaskan tujuan pembelajaran
· Menjelaskan cakupan materi yang akan dibahas
·Memperhatikan
· Memperhatikan

· Memperhatikan

· Memperhatikan
·       Ceramah
·       Ceramah

·       Ceramah

·       Ceramah
Uraian Materi
· Menanyakan pengertian asma
· Menjelaskan pengertian asma
· Menanyakan tanda dan gejala asma
· Menjelaskan tanda dan gejala asma
· Menanyakan faktor pencetus asma
· Menjelaskan faktor pencetus asma
· Menanyakan tentang perawatan asma di rumah
· Menjelaskan tentang perawatan asma di rumah
· Mempraktikan perawatan asma di rumah
· Memberi kesempatan kepada klien dan keluarga untuk bertanya
· Menjawab pertanyaan yang belum dimengerti oleh klien dan keluarga
· Mengutarakan pendapat

· Memperhatikan


· Mengutarakan pendapat

·  Memperhatikan

·  Mengutarakan pendapat


·  Memperhatikan

·  Mengutarakan pendapat



·  Memperhatikan


· Memperhatikan


· Mengutarakan pendapat



·  Memperhatikan


·       Tanya jawab

·       Ceramah

·       Tanya jawab

·       Ceramah

·       Tanya Jawab

·       Ceramah

·       Tanya Jawab


·       Ceramah


·       Demonstrasi


·       Tanya Jawab



·       Ceramah
Kegiatan Menutup
·Melakukan evaluasi dengan memberikan pertanyaan langsung
· Menyimpulkan materi yang telah disampaikan
· Mengucapkan salam
·  Menjawabpertanyaan

· Memperhatikan

 · Membalas salam
·       Tanya jawab


·       Ceramah

L.     MEDIA PENGAJARAN
Leaflet
M.   METODE PENGAJARAN
Ceramah, tanya jawab

N.    EVALUASI
Materi penilaian/tes :
1.      Sebutkan pengertian asma ?
2.      Sebutkan tanda dan gejala asma ?
3.      Sebutkan faktor pencetus asma ?
4.      Peragakan cara perawatan asma di rumah?








DAFTAR PUSTAKA
Sumantri. 2018. Asuhan Keperawatan Pada Pasien dengan Gangguan Sistem Pernafasan. Jakarta. Salemba Medika












LAMPIRAN MATERI
ASMA


A.    Definisi
Suatu gangguan pada saluran bronchial dengan ciri bronchospasme periodik (kontraksi spasme pada saluran nafas). Asma merupakan penyakit komplek yang dapat diakibatkan oleh faktor biokimia, endokrin, infeksi, otonomik, dan psikologi.
B.     Tanda dan Gejala
·       Pernafasan terasa sesak dan sulit
·       Pada bagian tekak terasa tertekan
·       Ruang dada agak mengembung
·       Terdengar bunyi mengi (wheezing) saat mengeluarkan nafas
·       Badan terasa lemah dan kadang-kadang wajahnya kebiruan

C.    Faktor Pencetus
·       Debu rumah
·       Bulu-bulu binatang, tungau
·       Serbuk bunga
·       Asap rokok/ asap pabrik atau kendaraan
·       Makanan dan minuman tertentu
·       Udara dingin
·       Stress

D.    Perawatan di Rumah
·       Jauhkan dari faktor pencetus
·       Sirkulasi lingkungan rumah baik
·       Melatih pernafasan
·       Berjemur diri pada pagi hari dan mandi dengan air hangat
·       Batasi aktivitas
·       Kenakan baju hangat dan tebal bila cuaca dingin
·       Kompres air panas di dada & Penghirupan uap air
steam-therapy0a641ade39b5379e30a5c68fef54be7314fa2ca2 



KOMPRES DENGAN AIR PANAS
1.      Bahan :
a)     Botol kosong yang tahan panas, misalnya botol bekas sirup, lengkap dengan tutupnya
b)     Air mendidih secukupnya
c)     Karet gelang dan plastik pembungkus secukupnya
d)     Kain pembungkus secukupnya
2.      Pemakaian
a)    Penuhi botol dengan air mendidih kemudian tutup rapat-rapat.
b)    Bungkuslah mulut botol yang telah ditutup tersebut dengan lembaran plastik lalu ikat dengan karet gelang.
c)     Kemudian bungkuslah botol yang berisi air panas tersebut seluruhnya dengan kain pembungkus beberapa lapis.
d)    Ukur temperatur panas botol tidak lebih tinggi dari temperatur badan manusia agar terasa nyaman, tidak perlu terlalu panas.
e)     Pergunakan botol panas yang telah dilapisi kain tersebut untuk menghangatkan badan penderita, terutama bagian dada dan punggungnya. Bila panas botol mulai berkurang kain pembungkusnya bisa dibuka selapis demi selapis hingga tinggal botol telanjang
f)     Menurut pengalaman, biasanya botol yang isinya 650 cc dapat dipakai untuk menghangatkan tubuh penderita antara 7 – 10 jam.

PENGHIRUPAN UAP AIR/INHALASI SEDERHANA
1.    Peralatan dan air:
a.    Botol kosong yang tahan panas, misalnya botol bekas sirup
b.    Kertas karton ± 30 cm
c.    Karet gelang
d.   Kain pembungkus
e.    Baskom kecil
f.     Sendok teh
g.    Corong kecil
h.    Balsem, minyak kayu putih, atau sejenisnya
i.      Air mendidih secukupnya
          Pemakaian
a.     Tuangkan air mendidih sebanyak volume botol yang tersedia kedalam baskom, kemudian ambil balsem seujung sendok teh atau secukupnya dan campurkan ke dalam air mendidih lalu aduk sampai larut.
b.     Masukan air ke dalam botol dengan menggunakan corong.
c.     Gulung kertas karton sebesar ujung botol lalu masukan ujung botol ke dalam gulungan kertas ± 10 cm lalu ikat dengan karet gelang.
d.     Bungkus botol dengan kain pembungkus.
e.     Hisaplah uap air yang keluar dari ujung kertas sampai terasa hangat.









LAMPIRAN 3
SAP APD

SATUAN ACARA PENYULUHAN
ALAT PELINDUNG DIRI

Pokok Bahasan           : Usaha Kesehatan Kerja
Sub Pokok Bahasan    : Penggunaan Alat Pelindungan Diri
Topik                           : Alat Pelindung Diri
Sasaran                        : Karyawan Home Industri Keripik Nisa
Hari/ Tanggal              : Sabtu, 28 juni 2020
Tempat                        : Home Industri Keripik Nisa
Waktu                                     : 30 Menit
Penyaji                        : Hikmat Desfriansah, S. Kep, S. Kep


       I.            TUJUAN
A.       Tujuan Instruksional Umum (TIU)
Setelah mendapatkan penyuluhan selama 1 x 30 menit, peserta mampu memahami penggunaan alat pelindung diri
B.       Tujuan Instruksional Khusus (TIK)
Setelah mendapatkan penyuluhan, peserta mampu ;
a.         Menyebutkan pengertian alat pelindung diri
b.        Menyebutkan jenis alat-alat pelindung diri
c.         Menyebutkan fungsi alat pelindung diri
d.        Menyebutkan Standar Kriteria Alat Perlindungan Diri

    II.            MATERI PENYULUHAN
a.       Pengertian alat pelindung diri
b.      Jenis alat-alat pelindung diri
c.       Fungsi alat pelindung diri
d.      Standar Kriteria Alat Perlindungan Diri

 III.            METODE
a.       Ceramah
b.       Danya jawab dan diskusi
 IV.            MEDIA
a.       Leaflet
b.      Masker

    V.            KEGIATAN
No
Waktu
Kegiatan Penyuluhan
Kegiatan
1
5 menit
Pembukaan

1. Memberikan salam
2. Memperkenalkan diri
3. Menjelaskantujuan dan tema
     Penyuluhan
4. Menanyakan persiapan peserta


Menjawab salam
Mendengarkan
Mendengarkan

Mendengarkan

2
20 menit
Penatalaksanaan

1. Menjelaskan materi penyuluhan yaitu:
a. Pengertian alat pelindung diri
b. Jenis alat-alat pelindung diri
c. Fungsi alat pelindung diri
d. Standar Kriteria Alat Perlindungan
    Diri

2. Tanya jawab
     a. Memberikan kesempatan kepada
         peserta untu bertanya tentang materi
         yang telah di sampaikan oleh perawat
    b. Menjawab pertanyaan peserta



Menyimak
Dan
Mendengarkan



Bertanya

Menyimak

3
5 menit
Evaluasi

Meminta peserta untuk menjelaskan kembali atau menyebutkan salah satu dari materi yang telah di sampaikan yaitu
a.    Pengertian alat pelindung diri
b.    Jenis alat-alat pelindung diri
c.    Fungsi alat pelindung diri
d.   Standar Kriteria Alat Perlindungan Diri


Menjelaskan
Memperhatikan
4
5 menit
Penutup

1.      Menutup pertemuan dengan menyimpulkan materi yang telah di sampaikan /yang telah dibahas
2.      Memberikan salam penutup


Mendengarkan


Menjawabsalam

 VI.            EVALUASI
1.      Peserta mampu menyebutkan / mengulangi dari salah satu materi yang telah di sampaikan yaitu
a.       Menyebutkan pengertiaan alat pelindung diri
b.      Menyebutkan peralatan perlindungan diri
c.       Menyebutkan fungsi alat perlindungan diri
2.      Peserta mampu menjawab pertanyaan yang telah di ajukan oleh perawat

VII.            REFERENSI
·           Alfrida, netty. 2016. Faktor-faktor yang berhubungan dengan penggunaan alat pelindung diri (APD) pada pekerja dibagian produksi packing PT KCI (Kangar Consolidated Industries) Jakarta tahun 2006. Skripsi Program Sarjana Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia.
·           Notoatmodjo, Soekidjo. 2015. Promosi Kesehatan Teori dan Aplikasi. Penerbit PT Rineka Cipta. Jakarta.

VIII.            MATERI
Lembar ( Terlampir)




Lampiran Materi

ALAT PERLINDUNGAN DIRI

A.    Pengertian
Alat Pelindung Diri adalah alat-alat yang mampu memberikan perlindungan terhadap bahaya-bahaya kecelakaan (Suma’mur, 2015).
Alat perlindungan diri adalah alat yang memberi perlindungan pada tubuh agar mengurangi segala macam cedera dan mengurangi resiko gangguan pernafasan
Alat Pelindung Diri harus mampu melindungi pemakainya dari bahaya-bahaya kecelakaan yang mungkin ditimbulkan, oleh karena itu, APD dipilih secara hati-hati agar dapat memenuhi beberapa ketentuan yang diperlukan

B.     Peralatan / alat Perlindungan Diri
1.      Alat pelindung kepala
2.      Alat pelindungan mata
3.      Alat pelindungan telinga
4.      Alat pelingdung pernafasan
5.      Alat pelindung tangan
6.      Alat pelindung kaki
7.      Pakaian pelindung
8.      Tali dan sabuk pengaman
a.       Alat Pelindungan Diri
1.      Alat pelindung kepala
                  BAHAN :            Plastik
         Fiber glass
         Campuran plastik dan fiber glass
     BENTUK :           Safety helmet
         Hood
         Hair cap (hair guard)
            2.      Alat Pelindungan Mata
      BENTUK:            Kaca mata dengan/tanpa pelindung samping
         Tameng muka (Face Shield/Face Screen)
3.      Alat Pelindungan Telinga
         Ear plug (sumbat telinga)
                    Ear muff (tutup telinga)
      BAHAN: kapas, wax, plastik, karet.
4.      Alat Pelingdung Pernafasan
Air Purifying Respirator
         melindungi dari debu, gas, mist, uap, fume, asap
         toksisitas dan kadar zat kimia rendah
         cara kerja filtrasi, absorbsi dan adsorbs
Air Supplied Respirator: Untuk kontaminan yang toksik atau kekurangan oksigen, dilengkapi dengan suplay udara/oksigen. Filter dan adsorben (-).
Masker : Untuk melindungi dari debu, gas, uap
5.      Alat Pelindung Tangan
Bentuknya :              Sarung tangan biasa
         Gountles/dilapisi plat logam
         Mitts: ke empat jari menjadi satu, kecuali ibu jari
6.      Alat Pelindung Kaki
         Foundry Leggins à dari kulit dilapisi kroom/asbes (untuk pengecoran
       baja).
         Sepatu karet anti elektrostatik
         Sepatu pengaman pekerja bangunan à kulit dilapisi baja pada ujung
       depan.
7.      Pakaian Pelindung
      Melindungi dari percikan bahan kimia dan bahan berbahaya lain.
8.      Tali dan Sabuk Pengaman
         Untuk menolong korban kecelakaan pada kapal kapal, sumur/tangki.
         Untuk pekerjaan mendaki, memanjat dan kontruksi bangunan.

C.    Fungsi Alat Pelindung Diri
1.    Alat Pelindung Kepala
Mencegah rambut terjerat mesin, melindungi dari benturan/kejatuhan benda tajam/keras, radiasi, percikan bahan korosif

2.    Alat Pelindung Mata
Melindungi mata dari percikan bahan korosif, debu/partikel, gas/uap, radiasi, benturan/pukulan benda
3.    Alat Pelindung Telinga
Penghalang sumber kebisingan dan telinga dalam, melindungi dari percikan api/logam panas
4.    Alat Pelindung Pernafasan
Melindungi dari debu, gas, mist, uap, fume, asap, Toksisitas dan kadar zat kimia rendah.
5.    Alat Pelindung Tangan
Sifat kontaminan (korosif, panas, dingin, dll) à bahaya pemaparannya, daya tahan terhadap bahan kimia, kepekaan yang perlu dalam melakukan pekerjaan, bagian tangan yang harus dilindungi.
6.    Alat Pelindung Kaki
Melindungi kaki dari kejatuhan benda, percikan cairan/asam, tertusuk benda tajam.
7.    Pakaian Pelindung
Melindungi dari percikan bahan kimia dan bahan berbahaya lain.
Jenis :   - Apron à dada sampai lutut
- Overalls à seluruh bagian tubuh
       8. Tali dan Sabuk Pengaman
Untuk menolong korban kecelakaan pada kalpa kapal, sumur/tangki, untuk pekerjaan mendaki, memanjat dan kontruksi bangunan.

D.    Standar Kriteria Alat Perlindungan Diri
         Memberi perlindungan yang adekuat
         Ringan, nyaman dan fleksibel
         Awet, tidak mudah rusak, bentuk menarik
         Tidak menimbulkan bahaya tambahan
         Memenuhi standar, suku cadang mudah diperoleh
         Tidak membatasi gerak dan persepsi sensoris



Tidak ada komentar:

Posting Komentar

LAPORAN PENDAHULUAN SYOK

  LAPORAN PENDAHULUAN SYOK       Diajukan untuk memenuhi tugas Program Profesi Ners angkatan XV DepartemenGawatDarurat&Kri...