KONSEP DASAR
KEPERAWATAN GERONTIK
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas
Departemen Keperawatan Komunitas Keluarga dan
Gerontik
Program Profesi Ners A.XV
Disusun
Oleh :
RISNAWATI,
S.Kep
NIM
: 4012200021
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BINA
PUTERABANJAR
PROGRAM STUDI NERS ANGKATAN KE-15
TAHUN AKADEMIK 2019-2020
Jl. MayjenLiliKusumah-Sumanding
Wetan No. 33
Kota Banjar
Tlp (0265) 741100 Fax (0265)
744043
LAPORAN
PENDAHULUAN GERONTIK
A. Pengertian lanjut Usia
Departemen
Kesehatan Republik Indonesia menyatakan bahwa lansia adalahseseorang yang
berusia 60 tahun atau lebih, baik secara fisik masih berkemampuan untuk
melakukan aktivitas sehari-harimaupun yang karena masalah kesehatannya tidak
lagi mampu melakukan aktivitas sehari-hari, sehingga tidak lagi berperan dalam
pembangunan pada umumnya.
Dalam UU No. 13 tahun 1998 pasal 1 ayat (2) menyatakan bahwa lansia adalah
seseorang yang telah mencapai usia 60 tahun ke atas (Depkes RI, 2011).
Proses menua merupakan suatu yang
fisiologis, yang akan dialami oleh setiap orang. Batasan orang dikatakan lanjut
usia berdasarkan UU No 13 tahun 1998
adalah 60 tahun.
Proses penuaan dipandang sebagai sebuah proses total
dan sudah dimulai saat masa konsepsi. Meskipun penuaan adalah sebuah proses
berkelanjutan, belum tentu seseorang meninggal hanya karena usia tua. Sebab individu memiliki perbedaan yang unik
terhadap genetik, sosial, psikologik, dan faktor-faktor ekonomi yang saling
terjalin dalam kehidupannya menyebabkan peristiwa menua berbeda pada setiap
orang. Dalam sepanjang kehidupannya,
seseorang mengalami pengalaman traumatik baik fisik maupun emosional yang bisa melemahkan kemampuan seseorang untuk
memperbaiki atau mempertahankan dirinya.
Akhirnya periode akhir dari hidup yang disebut senescence terjadi saat
organisme biologik tidak dapat menyeimbangkan lagi mekanisme “Pengrusakan dan
Perbaikan”.
B.
Batasaan
umur lanjut usia
Menurut organisasi kesehatan dunia (WHO) menguraikan
tentang batasan-batasan lansia yaitu meliputi :
·
Usia pertengahan (midle age), yaitu kelompok usia 45 sampai 59 tahun
·
Lansia (elderly,, yaitu antara
60-74 tahun .
·
Lansia tua (old), yaitu antara 75-90 tahun,
·
Usia sangat tua (very old), yaitu diatas 90 tahun.
C. Teori tentang Proses menua
a.
Teori Biologik
Menurut Mary
Ann Christ et al. (1993), penuaan merupakan proses yang secara berangsur
mengakibatkan perubahan yang kumulatif dan mengakibatkan perubahan di dalam
yang berakhir dengan kematian. Penuaan juga menyangkut perubahan sel, akibat
interaksi sel dengan lingkungannya, yang pada akhirnya menimbulkan perubahan
degeneratif.
Teori
biologis tentang proses penuaan dapat dibagi menjadi teori intrinsik dan
ekstrinsik. Intrinsik berarti perubahan
yang berkaitan dengan usia, timbul akibat penyebab di dalam sel sendiri,
sedangkan teori ekstrinsik menjelaskan bahwa perubahan yang terjadi diakibatkan oleh pengaruh lingkungan.
Faktor
intrinsik, peranan enzym seperti DNA polymerase yang berperan besar pada
penggandaan dan perbaikan DNA, serta enzym proteolytik yang dapat menemukan sel
yang mengalami degradasi protein sangat penting. Sedangkan pada faktor
ekstrinsik yang penting dikemukakan adalah radikal bebas, fungsi kekebalan seluler dan humoral,
oksidasi stress, cross link serta mekanisme “dipakai dan aus” sangat menentukan
dalam proses penuaan yang terjadi .
Adanya faktor
pengaruh intrinsik dan ekstrinsik tadi
pada akhirnya akan mempengaruhi tingkat perubahan pada sel otak dan saraf,
gangguan otak , serta jaringan tubuh lainnya.
a.
Teori
Genetik dan Mutasi, Genetic Clock
Menua terjadi sebagai akibat
dari perubahan biokimia yang deprogram oleh molekul /DNA dan setiap sel pada saatnya akan mengalami mutasi.
Teori ini menyatakan bahwa
proses menua terjadi akibat adanya
program jam genetik didalam nuklei. Jam ini akan berputar dalam jangka waktu tertentu dan jika jam ini sudah habis
putarannya maka, akan menyebabkan
berhentinya proses mitosis. Hal ini ditunjukkan oleh hasil penelitian
Haiflick, (1980) dikutif Darmojo dan Martono (1999) dari teori itu dinyatakan
adanya hubungan antara kemampuan membelah sel dalam kultur dengan umur spesies
Mutasisomatik (teori error catastrophe) hal penting lainnya yang perlu
diperhatikan dalam menganalisis faktor-aktor penyebab terjadinya proses menua
adalah faktor lingkungan yang menyebabkan terjadinya mutasi somatik. Sekarang
sudah umum diketahui bahwa radiasi dan zat kimia dapat memperpendek umur.
Menurut teori ini terjadinya mutasi yang progresif pada DNA sel somatik, akan
menyebabkan terjadinya penurunan kemampuan fungsional
sel tersebut.
b.
Teori ERROR
Salah satu hipotesis yang berhubungan
dengan mutasi sel somatik adalah hipotesis "Error Castastrophe"
(Darmojo dan Martono, 1999). Menurut teori tersebut menua diakibatkan oleh menumpuknya berbagai macam
kesalahan sepanjang kehidupan manusia.
Akibat kesalahan tersebut akan berakibat kesalahan metabolisme yang dapat
mengakibatkan kerusakan sel dan fungsi sel secara perlahan.
c.
Pemakaian
dan Rusak, wear and tear theory
Kelebihan usaha dan stres
menyebabkan sel-sel tubuh lelah
d.
Autoimune
Pada proses metabolisme tubuh
, suatu saat diproduksi suatu zat khusus. Saat jaringan tubuh tertentu yang tidak tahan
terhadap zat tersebut sehingga jaringan tubuh menjadi lemah dan mati.
Proses menua dapat terjadi akibat perubahan protein pasca
tranlasi yang dapat mengakibatkan berkurangnya kemampuan sistem imun tubuh
mengenali dirinya sendiri (Self
recognition). Jika mutasi somatik menyebabkan terjadinya kelainan pada
permukaan sel, maka hal ini akan mengakibatkan
sistem imun tubuh menganggap sel yang mengalami perubahan tersebut
sebagai sel asing dan menghancurkannya Goldstein(1989) dikutip dari Azis
(1994). Hal ini dibuktikan dengan makin bertambahnya prevalensi auto antibodi
pada lansia (Brocklehurst,1987 dikutif dari Darmojo dan Martono, 1999). Dipihak
lain sistem imun tubuh sendiri daya pertahanannya
mengalami penurunan pada proses menua,
daya serangnya terhadap antigen menjadi menurun, sehingga sel-sel
patologis meningkat sesuai dengan menigkatnya umur (Suhana,1994 dikutif dari
Nuryati, 1994)
e.
Teori Stres
Menua terjadi akibat hilangnya
sel-sel yang biasa digunakan. Regenerasi
jaringan tidak dapat mempertahankan kestabilan lingkungan internal dan
stres menyebabkan sel-sel tubuh lelah
dipakai.
f.
Teori
Radikal Bebas
Tidak stabilnya redikal bebas
mengakibatkan oksidasi-oksidasi bahan bahan organik seperti karbohidrat dan
protein .radikal ini menyebabkan sel-sel tidak dapat regenerasi.
Penuaan dapat
terjadi akibat interaksi dari komponen radikal bebas dalam tubuh manusia.
Radikal bebas dapat berupa : superoksida
(O2), Radikal Hidroksil (OH) dan Peroksida Hidrogen (H2O2). Radikal bebas
sangat merusak karena sangat reaktif , sehingga dapat bereaksi dengan DNA,
protein, dan asam lemak tak jenuh. Menurut Oen (1993) yang dikutif dari Darmojo
dan Martono (1999) menyatakan bahwa makin tua umur makin banyak terbentuk radikal bebas, sehingga poses pengrusakan
terus terjadi , kerusakan organel sel makin banyak akhirnya sel mati.
g.
Teori Kolagen
Peningkatan jumlah kolagen dalam jaringan menyebabkan
kecepatan kerusakan jaringan dan melambatnya perbaikan sel jaringan.
b.
Teori Sosial
a.
Teori
Aktifitas
Lanjut usia yang sukses adalah
mereka yang aktif dan ikut banyak dalam kegiatan sosial
b.
Teori
Pembebasan
Dengan bertambahnya usia,
seseorang secara berangsur angsur mulai melepaskan diri dari kehidupan sosialnya. Keadaan ini mengakibatkan interaksi
sosial lanjut usia menurun, baik secara kwalitas maupun kwantitas. Sehingga
terjadi kehilangan ganda yakni :
1)
Kehilangan
peran
2)
Hambatan kontrol
sosial
3)
Berkurangnya
komitmen
c.
Teori
Kesinambungan
Teori ini mengemukakan adanya
kesinambungan dalam siklus kehidupan lansia. Dengan demikian pengalaman hidup
seseorang pada usatu saat merupakan gambarannya kelak pada saat ini menjadi
lansia.
Pokok-pokok dari teori
kesinambungan adalah :
1)
lansia tak
disarankan untuk melepaskan peran atau harus aktif dalam proses penuaan, akan
tetapi didasarkan pada pengalamannya di masa lalu, dipilih peran apa yang harus
dipertahankan atau dihilangkan
2)
Peran lansia
yang hilang tak perlu diganti
3)
Lansia
dimungkinkan untuk memilih berbagai cara adaptasi.
d.
Teori
Interaksi Sosial (Social Exchange
Theory).
Teori ini mencoba menjelaskan mengapa lansia bertindak pada suatu
situasi tertentu, yaitu atas dasar hal-hal yang dihargai masyarakat. Mauss (1954), Homans (1961) dan Blau (1964)
mengemukakan bahwa interaksi sosial didasarkan atas hukum pertukaran barang dan
jasa, sedangkan pakar lain Simmons (1945) mengemukakan bahwa kemampuan lansia
untuk terus menjalin interaksi sosial merupakan kunci untuk mempertahankan
status sosialnya untuk melakukan tukar menukar.
Pokok-pokok Social Exchanger Theory sebagai berikut :
1)
Masyarakat
terdiri atas aktor-aktor sosial yang berupaya mencapai tujuannya masing-masing.
2)
Dalam upaya tersebut
terjadi interaksi sosial yang memerlukan biaya dan waktu.
3)
Untuk
mencapai tujuan yang hendak dicapai seorang aktor akan mengeluarkan biaya.
4)
Aktor
senantiasa berusaha mencari keuntungan dan mencegah terjadinya kerugian.
5)
Hanya
interaksi yang ekonomis saja yang dipertahankan olehnya.
e.
Teori
Penarikan Diri (Disengagament Theory)
Cumming dan Henry (1961) mengemukakan bahwa kemiskinan yang diderita lansia dan
menurunnya derajat kesehatan mengakibatkan seseorang lansia secara
perlahan-lahan menarik diri dari pergaulan sekitarnya. Selain hal tersebut,
dari pihak masyarakat juga mempersiapkan kondisi agar para lansia menarik diri.
Keadaan ini mengakibatkan interaksi sosial lansia menurun baik secara kualitas
maupun secara kuantitas.
Pokok-pokok disenggagement
theory adalah :
1)
Pada pria,
kehilangan peran utama hidup terjadi pada masa
pensiun. Pada wanita terjadi pada masa peran dalam keluarga berkurang
misalnya saat anak menginjak dewasa dan meninggalkan rumah untukbelajar dan
menikah.
2)
Lansia
danmasyarakat menarik manfaat dari hal ini, karena lansia dapat merasakan bahwa
tekanan sosial berkurang sedangkan kaum muda memperoleh kerja yang lebih luas.
3)
Tiga aspek
utama dalam teori ini adalah :
a)
Proses
menarik diri terjadi sepanjang hidup
b)
Proses tak
dapat dihindari
c)
Hal ini
diterima lansia dan masyarakat.
f.
Teori
Aktivitas (Activity theory)
Teori ini dikembangkan oleh
Palmore (1965) dan Lemon et al. (1972) yang
mengatakan bahwa penuaan yang sukses tergantung dari bagaimana lansia merasakan
kepuasan dalam melakukan aktivitas dan mempertahankan aktivitas tersebut selama
mungkin.
Pokok-pokok teori aktivitas adalah :
1)
Moral dan
kepuasan berkaitan dengan interaksi sosial dan keterlibatan sepenuhnya dari
lansia di masyarakat.
2)
Kehilangan
peran akan menghilangkan kepuasan seorang lansia.
g.
Teori
Perkembangan (Development Theory)
Teori ini menekankan
pentingnya mempelajari apa yang telah dialami oleh lansia pada saat muda hingga
dewasa, dengan demikian perlu dipahami teori
Freud, Buhler, Jung dan Erikson.
Sigmund Freud meneliti tentang
psikoanalisa dan perubahan psikososial anak dan balita . Erikson (1930) membagi
kehidupan menjadi 8 fase dan lansia perlu
menemukan integritas diri melawan keputusasaan (ego integrity versus despair)..
Havighurst dan Duvall menguraikan tujuh jenis tugas perkembangan
(development tasks) selama hidup yang harus dilaksanakan oleh lansia yaitu ;
1)
Penyesuaian
terhadap penurunan fisik dan psikis
2)
Penyesuaian
terhadap pensiun dan penurunan pendapatan
3)
Menemukan
makna kehidupan
4)
Mempertahankan
pengaturan hidup yang memuaskan
5)
Menemukan
kepuasan dalam hidup berkeluarga
6)
Penyesuaian
diri terhadap kenyataan akan meninggal dunia
7)
Menerima
dirinya sebagai calon lansia
Joan Birchenall RN, Med dan Mary E Streight RN (1973)
menekankan perlunya mempelajari psikologi perkembangan
guna mengerti perubahan emosi dan sosial seseorang selama fase kehidupannya.
Pokok-pokok dalam development theory adalah :
1)
Masa tua
merupakan saat lansia merumuskan seluruh masa kehidupannya.
2)
Masa tua
merupakan masa penyesuaian diri terhadap kenyataan sosial yang baru yaitu
pensiun dan atau menduda atau menjanda.
3)
Lansia harus
menyesuaaikan diri akibat perannya yang berakhir dalam keluarga, kehilangan
identitas dan hubungan sosialnya akibat pensiun, ditinggal mati oleh pasangan
hidup dan teman-temannya.
h.
Teori
Stratifikasi Usia (Age Stratification Theory)
Wiley (1971), menyusun stratifikasi lansia berdasarkan usia kronologis yang
menggambarkan serta membentuk adanya perbedaan kapasitas peran, kewajiban,
serta hak mereka berdasarkan usia. Dua elemen penting dari model stratifikasi
usia tersebut adalah struktur dan prosesnya.
Pokok-pokok dari teori ini
adalah :
1)
Arti usia
dan posisi kelompok usia bagi masyarakat
2)
Terdapatnya
transisi yang dialami oleh kelompok
3)
Terdapatnya
mekanisme pengalokasian peran di antara penduduk.
c.
Teori Psikologi
a.
Teori Kebutuhan Manusia menurut Hirarki Maslow
Menurut teori ini, setiap individu memiliki
hirarki dari dalam diri, kebutuhan yang memotivasi seluruh perilaku manusia
(Maslow, 1954). Kebutuhan ini memiliki urutan
prioritas yang berbeda. Ketika kebutuhan dasar manusia sudah terpenuhi, mereka
berusaha menemukannya pada tingkat selanjutnya sampai urutan yang paling tinggi
dari kebutuhan terbsebut tercapai. Semua kebutuhan ini sering digambarkan
seperti sebuah segitiga dimana kebutuhan dasar terletak paling bawah/di dasar.
b.
Teori Individual Jung
Carl Jung (1960) menyusun
sebuah teori perkembangan kepribadian dari seluruh fase kehidupan yaitu mulai dari masa kanak-kanak, masa muda
dan masa dewasa muda, usia pertengahan sampai lansia. Kepribadian individu terdiri
dari Ego, ketidaksadaran seseorang dan ketidaksadaran bersama. Menurut teori
ini kepribadian digambarkan/diorientasikan terhadap dunia luar (ekstroverted)
atau ke arah subyektif, pengalaman-pengalaman dari dalam diri (introvert).
Keseimbangan antara kekuatan ini dapat dilihat pada setiap individu, dan
merupakan hal yang paling penting bagi kesehatan mental.
c.
Teori Proses Kehidupan Manusia
Charlotte Buhler (1968)
menyusun sebuah teori yang menggambarkan perkembangan manusia yang didasarkan
pada penelitian ektensif dengan menggunakan biografi dan melalui wawancara.
Fokus dari teori ini adalah mengidentifikasi dan mencapai tujuan hidup manusia
yang melewati klima fase proses perkembangan. Menurutnya, pemenuhan kebutuhan diri sendiri merupakan kunci
perkembangan yang sehat dan itu membahagiakan, dengan kata lain orang yang
tidak dapat menyesuaikan diri berarti dia tidak dapat memenuhi kebutuhannya
dengan beberapa cara.
Pada tahun 1968 Buhler mengembangkan awal pemikirannya yang secara jelas
mengidentifikasi lima fase yang terpisah dalam pencapaian tujuan kehidupan yang
dilewati manusia. Pada masa kanak-kanak belum terbentuk tujuan hudup yang
spesifik dan pada masa depan pengakhiran kehidupan juga tidak jelas. Masa
remaja dan masa dewasa muda dicapai hanya sekali dalam kehidupan. Seseorang
mulai mengkonsep tujuan-tujuan hidup yang spesifik dan memperokleh pengertian
terhadap kemampuan individu. Saat berumur 25 tahun seseorang menjadi lebih
konkrit mengenai tujuan hidupnya dan secara aktif diterapkan dalam diri mereka.
Buhler melihat fase akhir dari lansia (usia 65 atau 70 tahun) sebagai usia
untuk mengakhiri cita-citanya yang muluk untuk mencapai tujuan hidup.
D. Peran Perawat
1.
Pemberian asuhan keperawatan.
memperhatikan keadaan kebutuhan dasar manusia yang
dibutuhkan melalui pemberian pelayanan keperawatan dengan menggunakan
proses keperawatan, dari yang sederhana sampai dengan kompleks
2.
Advokat
pasien / klien-
menginterprestasikan berbagai informasi dari pemberi pelayanan atau informasi lain khususnya
dalam pengambilan persetujuan atas tindakan keperawatan yang diberikan kepada pasien-
mempertahankan dan melindungi hak-hak pasien.
3.
Pendidik / Edukator
membantu klien dalam meningkatkan tingkat pengetahuan kesehatan,
gejala penyakit bahkan tindakan yang diberikan, sehingga terjadi perubahan perilaku
dari klien setelah dilakukan pendidikan kesehatan
4.
Koordinator
mengarahkan, merencanakan serta mengorganisasi pelayanan kesehatan dari tim kesehatan sehingga pemberian pelayanan kesehatan dapat terarah serta sesuai dengan kebutuhan klien
mengarahkan, merencanakan serta mengorganisasi pelayanan kesehatan dari tim kesehatan sehingga pemberian pelayanan kesehatan dapat terarah serta sesuai dengan kebutuhan klien
5.
Kolaborator
Peran ini dilakukan karena perawat bekerja melalui tim kesehatan yang terdiri dari dokter, fisioterapis, ahli gizi dan lain-lain berupaya mengidentifikasi pelayanan keperawatan yang diperlukan termasuk diskusi atau tukar pendapat dalam penentuan bentuk pelayanan selanjutnya.
Peran ini dilakukan karena perawat bekerja melalui tim kesehatan yang terdiri dari dokter, fisioterapis, ahli gizi dan lain-lain berupaya mengidentifikasi pelayanan keperawatan yang diperlukan termasuk diskusi atau tukar pendapat dalam penentuan bentuk pelayanan selanjutnya.
6.
Konsultan
tempat konsultasi terhadap masalah atau tindakan keperawatan yang tepat untuk diberikan. Peran ini dilakukan atas permintaan klien terhadap informasi tentang tujuan pelayanan keperawatan yang diberikan
tempat konsultasi terhadap masalah atau tindakan keperawatan yang tepat untuk diberikan. Peran ini dilakukan atas permintaan klien terhadap informasi tentang tujuan pelayanan keperawatan yang diberikan
7.
Peneliti
mengadakan perencanaan, kerjasama, perubahan yang sistematis dan terarah sesuai dengan metode pemberian pelayanan keperawatan
mengadakan perencanaan, kerjasama, perubahan yang sistematis dan terarah sesuai dengan metode pemberian pelayanan keperawatan
E. Tugas
Perawat
1.
Tugas Perawat
dalam Teori Biologi
Perawatan yang memperhatikan
kesehatan obyektif, kebutuhan, kejadian-kejadian yang dialami klien lansia
semasa hidupnya, perubahan fisik pada organ tubuh, tingkat kesehatan yang masih
bisa dicapai dikembangkan, penyakit yang dapat dicegah atau ditekan
progresifitasnya.
Perawatan fisik secara umum bagi klien lansia dapat dibagi atas 2 bagian yakni :
a.
Klien lansia
yang masih aktif, dimana keadaan fisiknya masih mampu bergerak tanpa bantuan
orang lain sehingga untuk kebutuhannnya sehari-hari masih mampu melakukan
sendiri.
b.
Klien lansia
yang pasif atau tidak dapat bangun, dimana keadaan fisiknya mengalami
kelumpuhan atau sakit.
Perawat harus mengetahui dasar perawatan
klien lansia ini terutama hal-hal yang berhubungan dengan kebersihan perorangan
untuk mempertahankan kesehatannya. Kebersihan perorangan sangat penting dalam
usaha mencegah timbulnya penyakit/peradangan mengingat sumber infeksi dapat
timbul bila kebersihan kurang mendapat perhatian.
Disamping itu kemunduran kondisi fidik akibat proses penuaan dapat
mempengaruhi ketahanan tubuh terhadap gangguan atau serangan infeksi dari luar.
Untuk klien lansia yang aktif
dapat diberikan bimbingan mengenai kebersihan mulut dan gigi, kebersihan kulit
dan badan, kebersihan kuku dan rambut, kebersihan temopat tidur serta
posisinya, hal makan, cara memakan obat, dan cara pindah dari tempat tidur ke
kursi atau sebaliknya.
Komponen pendekatan fisik yang
lebih mendasar adalah memperhatikan dan membantu para klien lansia untuk
bernafas dengan lancar, makan (termasuk memilih dan menentukan makanan), minum
melakukan eliminasi, tidur, menjaga sikap tutbuh waktu berjalan, duduk, merubah
posisitiduran, beristrahat, kebersihan tubuh, memakai dan menukar pakaian,
mempertahankan suhu badan, melindungi kulit dari kecelakaan.
Dari hasil rangkuman Pertemuan
Kesehatan persiapan Usia Lanjut oleh Depkes (1995) ditetapkan Penjaringan
Kesehatan Lansia dengan cara sebagai berikut :
a.
Gizi
1)
Pengamatan
D = disease
E = eating poorly
T = tooth loss
E = economic hardship
R = reduced social contact
M = Multiple medicine
I = involuntary weight loss and
gains
N = need assistance in self care
E = elder years
2)
Pendidikan
gizi dan konseling diet
3)
Prinsip gizi
yang harus diikuti oleh
lansia :
a)
Kecukupan
kalori 5 – 10 % kurang dari usia 20 – 25 tahun
b)
Kecukupan
lemak maksimak 25 % diutamakan lemak tak jenuh
c)
Protein
normal 10 – 12 % dari kecukupan energi, 10 % berasal dari hewani
d)
Hidrat
arang, gula murni dikurangi
e)
Vitamin dan
mineral harus cukup terutama vitamin B, Vitamin C, asam folat, kalsium dan Fe
b.
Prinsip :
Sayur dan buah > protein, ikan, ayam, kacang-kacangan dan telur >
nasi, jagung, kentang > lemak > gula, garam
c.
Olah Raga
Latihan olahraga yang baik dan benar
serta teratur harus memenuhi komponan sebagai berikut:
1)
Peregangan
dan pemanasan 10 – 15 menit
2)
Latihan
initi 15 – 60 menit
3)
Pendinginan
10 – 15 menit
Faktor yang diperhatikan :
1)
Intensitas
latihan ………………pra usia lanjut 60 % - 80 %
DNM
DNM (Denyut Nadi Maksimal ) : 220 – usia x menit
Contoh : Bila usia 40 tahun DNM = 220 – 40
= 180 x / mnt
Batas
atas 85 % = 85 % -x 180 x/mnt = 153
x/mnt
Batas
bawah 60 % = 60 % x 180 x/mnt = 108 x/mnt
2)
Frekuensi
latihan --------------------3 – 5 x seminggu
3)
Lamanya
latihan -------------------- 30 – 45 menit, tidak termasuk waktu pemanasan dan
pendinginan.
Toleransi terhadap kekurangan
O2 sangat menurun pada klien lansia, untuk itu kekurangan O2 yang mendadak
harus dicegah dengan cara posisi bersandar pada beberapa bantal, jangan makan
terlalu banyak, jangan melakukan gerak badan yang berlebihan dan sebagainya.
Seorang perawat harus dapat
memotivasi para klien lansia agar mau dan menerima makanan yang disajikan.
Kurangnya kemampuan mengunyah sering dapat menyebabkan hilangnya nafsu makan.
Untuk mengatasi masalah ini adalah dengan menghidangkan makanan lunak atau
memakai gigi palsu. Waktu makan yang teratur, menu bervariasi dan bergizi,
makanan yang serasi, serta suasana yang menyenangkan dapat menambah selera
makan, bila ada penyakit tertentu perawat harus mengatur makanan sesuai diet
yang dianjurkan.
Perawat perlu mengadakan
pemeriksaan kesehatan terutama pada klien lansia yang diduga menderita penyakit
tertentu atau secara berkala dilakukan bila terdapat kelainan tertentu misalnya
batuk-batuk, pilek, (terutama klien lansia yang tinggal di panti Werda ).
Perawat perlu memberikan penjelasan
dan penyuluhan kesehatan, mengkaji penyebab keluhan, kemudian mengkomunikasikan dengan klien tentang
cara pemecahannya.
Perawat harus mendekatkan diri
dengan klien lansia, membimbing dengan sabar dan ramah, sambil bertanya apa
yang dirasakan, bagaimana tentang tidur, makan, apakah obat sudah diminum,
apakah mereka bisa melaksanakan ibadah dan sebagainya. Sentuhan ( misalnya
genggaman tangan ) terkadang sangat berarti bagi mereka.
2.
Tugas Perawat Dalam Teori Sosial
Perawat sebaiknya
memfasilitasi sosialisasi antar lansia dengan mengadakan diskusi dan tukar
pikiran serta bercerita sebagai salah satu upaya pendekatan sosial. Memberi
kesempatan untuk berkumpul bersama berarti menciptakan sosialisasi antar
manusia, yang menjadi pegangan bagi perawat bahwa orang yang dihadapinya adalah
mahluk sosial yang membutuhkan orang lain. Hubungan yang tercipta adalah
hubungan sosial antara werda dengan werda maupun werda dengan perawat sendiri.
Perawat memberikan kesempatan
yang seluas-luasnya kepada para werda untuk mengadakan komunikasi, melakukan
rekreasi seperti jalan pagi, menonton film atau hiburan-hiburan lain karena
mereka perlu diransang untuk mengetahui dunia luar. Dapat disadari bahwa
pendekatan komunikasi dalam perawatan tidak kalah pentingnya dengan upaya
pengobatan medis dalam proses penyembuhan atau ketenangan para klien lansia.
Menurut Drs H. Mannan dalam
bukunya Komunikasi dalam Perawatan mengatakan : tidak sedikit klien tidak bisa
tidur karena stres. Stres memikirkan penyakitnya, biaya hidup, keluarga yang
dirumah, sehingga menimbulkan kekecewaan, rasa ketakutan atau kekhawatiran,
rasa kecemasan dan sebagainya. Untuk menghilangkan rasa jemu dan menimbulkan
perhatian terhadap sekelilingnya perlu diberikan kesempatan kepada mereka untuk
antara lain ikut menikmati keadaan diluar, agar mereka merasa masih ada
hubungan dengan dunia luar.
Tidak jarang terjadi
pertengkaran dan perkelahian di antara mereka (terutama bagi yang tinggal di
panti werda ), hal ini dapat diatasi dengan berbagai usaha, antara lain selalu
mengadakan kontak sesama mereka, makan dan duduk nbersama, menanamkan rasa
kesatuan dan persatuan, senasib dan sepenanggungan, mengenai hak dan kewajiban bersama. Dengan
demikian perawat tetap mempunyai hubungan komunikasi baik sesama mereka maupun
terhadap petugas yang secara langsung berkaitan dengan pelayanan klien lansia
di panti werda.
3.
Tugas
Perawat dalam Teori Psikologi
Perawat mempunyai peranan penting untuk mengadakan
pendekatan edukatif pada klien lansia, perawat dapat berperan sebagai
supporter, interpreter terhadap segala sesuatu yang asing sebagai penampung
rahasia yang pribadi dan sebagai sahabat yang akrab. Perawat hendaknya memiki
kesabaran dan ketelitian dalam memberikan kesempatan dan waktu yang cukup
banyak untuk menerima berbagai bentuk keluhan agar mereka merasa puas.
Pada dasarnya klien lansia membutuhkan rasa aman dan
cinta kasih dari lingkungannya termasuk perawat yang memberikan perawatan.
Untuk itu perawat harus menciptakan suasana yang aman, tidak gaduh, membiarkan
mereka melakukan kegiatan dalam batas kemampuan dan hobby yang dimilikinya.
Perawat harus dapat membangkitkan semangat dan kreasi
klien lansia dalam memecahkan dan mengurangi rasa putus asa, rasa rendah diri,
rasa keterbatasan, sebagai akibat dari ketidakmampuan fisik dan kelainan yang
dideritanya, hal ini perlu dilakukan karena : perubahan psikologi terjadi
bersama dengan makin lanjutnya usia. Perubahan-perubahan ini meliputi
gejala-gejala seperti menurunnya dayaingat untuk peristiwa yang baru terjadi,
berkurangnya kegairahan atau keinginan, peningkatan kewaspadaan, perubahan pola
tidur dengan suatu kecenderungan untuk tiduran di waktu siang dan pergeseran
libido.
Perawat harus sabar mendengarkan cerita-cerita yang
membosankan, jangan mentertawakan atau memarahi bila klien lansia lupa atau
bila melakukan kesalahan. Harus diingat, kemunduran ingatan akan mewarnai
tingkah laku mereka dan kemunduran
ingatan jangan dimanfaatkan untuk tujuan-tujuan tertentu.
Bila perawat ingin merubah tingkah laku dan pandangan
mereka terhadap kesehatan, perawatbisa melakukannya secara perlahan-lahan dan
bertahap, perawat harus dapat mendukung mental mereka ke arah pemuasan pribadi
sehingga pengalaman yang dilaluinya tidak menambah beban, bila perlu
diusahakan agar di masa lansia ini
mereka tetap merasa puas dan bahagia.
F. Perubahan Perubahan Yang Terjadi Pada Lansia
1.
Perubahan fisik
a.
Sel :
jumlahnya lebih sedikit tetapi ukurannya lebih besar, berkurangnya cairan intra
dan extra seluler
b.
Persarafan :
cepatnya menurun hubungan persarapan, lambat dalam respon waktu untuk meraksi,
mengecilnya saraf panca indra sistem
pendengaran, presbiakusis, atrofi membran
timpani, terjadinya pengumpulan serum karena meningkatnya keratin
c.
Sistem
penglihatan : spinkter pupil
timbul sklerosis dan hlangnya respon
terhadap sinaps, kornea lebih berbentuk speris, lensa keruh, meningkatnya ambang pengamatan sinar, hilangnya daya akomodasi, menurunnya lapang
pandang.
d.
Sistem
Kardivaskuler : katup jantung menebal dan menjadi kaku, kemampuan jantung
memompa darah menurun 1 % setiap tahun setelah berumur 20 tahun sehingga
menyebabkanmenurunnya kontraksi dan volume, kehilangan elastisitas pembuluh
darah, tekanan darah meninggi.
e.
Sistem
respirasi : otot-otot pernafasan menjadi kaku sehingga menyebabkan menurunnya
aktifitas silia. Paru kehilangan elastisitasnya sehingga kapasitas residu meingkat,
nafas berat. Kedalaman pernafasan menurun.
f.
Sistem
gastrointestinal : kehilangan gigi,sehingga menyebkan gizi buruk, indera
pengecap menurun krena adanya iritasi selaput lendir dan atropi indera pengecap
sampai 80 %, kemudian hilangnya sensitifitas saraf pengecap untuk rasa manis
dan asin
g.
Sistem
genitourinaria : ginjal mengecil dan nefron menjadi atrofi sehingga aliran
darah ke ginjal menurun sampai 50 %, GFR menurun sampai 50 %. Nilai ambang
ginjal terhadap glukosa menjadi meningkat. Vesika urinaria, otot-ototnya
menjadi melemah, kapasitasnya menurun sampai 200 cc sehingga vesika urinaria
sulit diturunkan pada pria lansia yang akan berakibat retensia urine.
Pembesaran prostat, 75 % doalami oleh pria diatas 55 tahun. Pada vulva terjadi
atropi sedang vagina terjadi selaput lendir kering, elastisitas jaringan
menurun, sekresi berkurang dan menjadi
alkali.
h.
Sistem
endokrin : pada sistem endokrin hampir semua produksi hormon menurun, sedangkan
fungsi paratiroid dan sekresinya tidak berubah, aktifitas tiroid menurun
sehingga menurunkan basal metabolisme rate (BMR). Porduksi sel kelamin menurun
seperti : progesteron, estrogen dan testosteron.
i.
Sistem
integumen : pada kulit menjadi keriput akibat kehilangan jaringan lemak, kulit kepala dan rambut
menuipis menjadi kelabu, sedangkan rambut dalam telinga dan hidung menebal.
Kuku menjadi keras dan rapuh.
j.
Sistem
muskuloskeletal : tulang kehilangan densitasnya dan makin rapuh menjadi
kiposis, tinggi badan menjadi berkurang yang disebut discusine vertebralis
menipis, tendon mengkerut dan atropi serabut erabit otot , sehingga lansia
menjadi lamban bergerak. otot kam dan
tremor.
2.
Perubahan Mental
Faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan mental
adalah :
a.
Pertama-tama
perubahan fisik, khususnya organ perasa
b.
Kehatan umum
c.
Tingkat
pendidikan
d.
Keturunan
e.
Lingkungan
Kenangan (memori) ada 2 :
a.
kenangan jangka
panjang, berjam-jam sampai berhari-hari
yang lalu
b.
kenangan jangka pendek : 0-10 menit, kenangan buruk
Intelegentia Question :
a.
Tidak berubah
dengan informasi matematika dan
perkataan verbal
b.
Berkurangnya
penampilan, persepsi dan ketrampilan psikomotor terjadi perubahan pada daya
membayangkan, karena tekanan-tekanan dari faktor waktu.
3.
Perubahan Perubahan Psikososial
a.
Pensiun : nilai
seorang dukur oleh produktifitasnya, identits dikaitkan dengan peranan dalam
pekerjaan
b.
Merasakan
atau sadar akan kematian
c.
Perubahan
dalam cara hidup, yaitu memasuki rumah perawatan bergerak lebih sempit.
G. Masalah keperawatan yang mungkin timbul.
1.
Fisik /
biologis
a.
Gangguan
nutrisi (kurang dari kebutuhan tubuh) berhubungan dengan intake yang tidak
adekuat.
b.
Gangguan
persepsi berhubungan dengan gangguan pendengaran / penglihatan.
c.
Kurang
perawatan diri berhubungan dengan menurunnya minat dalam merawat diri.
d.
Resiko
cedera fisik (jatuh) berhubungan dengan penyesuaian penurunan fungsi tubuh
tidak adekuat.
e.
Perubahan
pola elemenasi berhubungan dengan pola makan yang tidak efektif, peristaltik
lemah.
f.
Gangguan
pola tidur berhubungan dengan kecemasan atau nyeri.
g.
Gangguan
pola napas berhubungan dengan penyempitan jalan napas / adanya skrit pada jalan
napas.
h.
Gangguan
mobilisasi berhubungan dengan kekakuan sendi, atropis serabut otot.
2.
Psikologis-sosial
a.
Menarik diri
dari lingkungan berhubungan dengan perasaan tidak mampu.
b.
Isolasi
sosial berhubungan dengan perasan curiga.
c.
Depresi
berhubungan dengan isolasi sosial.
d.
Harga diri
rendah berhubungan dengan perasaan ditolak.
e.
Koping yang
tidak adekuat berhubungan dengan ketidakmampuan menghilangkan perasaan secara
tepat.
f.
Cemas
berhubungan dengan sumber keuangan yang terbatas.
3.
Spiritual
a.
Reaksi
berkabung / berduka berhubungan dengan ditinggal pasangan.
b.
Penolakan
terhadap proses penuaan berhubungan dengan tak siap dengan kematian.
c.
Marah
terhadap Tuhan berhubungan dengan kegagalan yang dialami.
d.
Perasaan
tidak tenang berhubungan dengan ketidak mampuan ibadah secara tepat.
H. Rencana
Keperawatan
1.
Tujuan
perencanaan
Membantu lansia berfungsi seoptimal mungkin sesuai dengan kemampuan dan
kondisi fisik, psiko, sosial dengan tak tergantung pada orang lain.
2.
Tujuan
tindakan keperawatan
Diarahkan untuk memenuhi kebutuhan dasar meliputi :
a.
Pemenuhan
kebutuhan keselamatan
b.
Peningkatan
keamanan dan keselamatan
c.
Memelihara
kebersihan diri
d.
Memelihara
keseimbangan istirahat tidur
e.
Peningkatan hubungan
interpersonal melalui komunikasi yang efektif
3.
Rencana dan
Rasional
a.
Pemenuhan
kebutuhan nutrisi
1)
Makanan
porsi kecil tapi sering, lunak.
R Menyesuaikan
fungsi lambung dan melemahnya otot lambung dan usus.
2)
Banyak minum
dan kurangi makanan asin.
R. Mencegah kekeringan kulit dan
kendor.
3)
Makan
mengandung serat.
R. Membantu pencernaan karena
peristaltik menurun.
4)
Batasi makan
yang mengandung gula tinggi, minyak tinggi, tinggi lemak kecukupan kalori :
laki-laki 2100 kal, perempuan 1800 kal yang terdiri dari :
a)
KH 60% dari
jumlah kal.
b)
Lemak
15-20%.
c)
Protein
20-25%.
d)
Vitamin dan
mineral air 6-8 gelas / hari.
e)
Hindari kopi
/ teh.
f)
Insulin pemecahan glukosa dan lemah menurun.
b.
Meningkatkan
keamanan dan keselamatan lansia
1)
Biarkan
lansia menggunakan alat bantu / tongkat.
2)
Latih untuk
pindah / mobilisasi.
3)
Menggunakan
pengaman tempat tidur.
4)
Membantu ke
kamar mandi.
5)
Menggunakan
kacamata.
6)
Menemani
bila bepergian.
7)
Ruangan
dekat kantor.
8)
Meletakkan
bel di bawah bantal.
9)
Tempat tidur
tidak terlalu tinggi.
10)
Menyediakan
meja kecil dekat tempat tidur.
11)
Lantai
bersih, rata, tidak licin / basah.
12)
Peralatan
menggunakan roda dikunci.
13)
Pasang
pengaman di kamar mandi.
14)
Hindari
lampu redup dan menyilaukan.
15)
Gunakan
sepatu dan sandal yang beralas karet.
c.
Memelihara
kebersihan diri
1)
Mengingatkan
/ membantu waktu mandi, gosok gigi.
2)
Menganjurkan
untuk menggunakan sabun lunak dan gunakan skin lotion.
d.
Memelihara
keseimbangan istirahat
1)
Sediakan
tempat tidur nyaman.
2)
Atur
lingkungan cukup ventilasi, bebas bau.
3)
Melatih
melakukan latihan fisik yang ringan.
e.
Meningkatkan
hubungan interpersonal
1)
Berkomunikasi
dengan kontak mata.
2)
Memberi
stimulus / mengingatkan terhadap kegiatan.
3)
Menyediakan
waktu untuk berbincang.
4)
Menghargai
pendapat lansia.
5)
Melibatkan
kegiatan harian.
DAFTAR PUSTAKA
Capernito Lynda juall ( 1998), Buku Saku Diagnosa Keperawatan
Edisi 6 , Alih Bahasa Yasmin Asih EGC jakarta
C. Long barbara ( 1996) Perawatan Medikal Bedah (Suatu Pendekatan
Proses) Unit IV, V, VI Alih bahasa Yayasan Ikatan Alumni Pendidikan
Keperawatan Pajajaran Bandung, IAPK Bandung
Donges Marilyn E (2000), Rencana Asuhan Keperawatan edisi 3, Alih
bahasa I Made Kariasa, EGC Jakarta
Wahyudi Nugroho ( 2000), Keperawatan Gerontik Edisi 2 , EGC
Jakarta
Gunawan S, Nardho, Dr, MPH, 1995, Upaya Kesehatan Usia Lanjut. Jakarta: Dep Kes R.I
Lueckennotte, Annette
G, 1996, Gerontologic Nursing, St. Louis : Mosby Year Incorporation
Nugroho, Wahyudi, SKM, 1995, Perawatan Lanjut Usia, Jakarta : EGC
Anonym, Panduan Gerontologi, Jakarta: EGC
https://www.academia.edu/37490962/Konsep_Dasar_Keperawatan_Gerontik
https://www.slideshare.net/fanda2819/konsep-dasar-keperawatan-gerontik
Tidak ada komentar:
Posting Komentar