Kamis, 09 Juli 2020

LAPORAN PENDAHULUAN PERUBAHAN DAN ASKEP GERONTIK DENGAN GANGGUAN SPRITUAL


LAPORAN PENDAHULUAN
PERUBAHAN DAN ASKEP GERONTIK DENGAN GANGGUAN SPRITUAL
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas
Departemen Keperawatan Komunitas Keluarga dan Gerontik
Program Profesi Ners A.XV


Oleh :
RISNAWATI, S. Kep
NIM :4012200021
DEPARTEMEN KEPERAWATAN GERONTIK
PROGRAM PROFESI NERS
STIKes BINA PUTERA BANJAR
2020

1.       Pengertian
Lansia adalah seseorang yang telah mencapai usia 60 tahun ke atas. Menua bukanlah suatu penyakit, tetapi merupakan proses yang beragsur – angsur mengakibatkan perubahan kumulatif, merupakan proses menurunya daya tahan tubuh dalam menghadapi rangsangan dari dalam menghadapi rangsangan dari dalam dan luar tubuh, seperti dalam UUD 1945 telah menghasilkan kondisi sosial masyarakat yang makin membaik dan usia harapan hidup makin meningkat, sehingga jumlah lanjut usia semakin bertambah.
Banyak diantara lanjut usia yang masih produktif dan mampu berperan aktif dalam kehidupan bermasyarakat berbangsa dan bernegara. Upaya peningkatan kesejahteraan sosial lanjut usia pada hakikatnya merupakan pelestarian nilai – nilai keagamaan dan budaya bangsa
Menua atau menjadi tua adalah suatu keadaan yang terjadi di dalam kehidupan manusia. Proses menua merupakan proses sepanjang hidup tidak hanya mulai dari suatu waktu tertentu tetapi di mulai sejak permulaan kehidupan. Menjadi tua merupakan proses almiah yang berarti seseorang telah melalui tiga tahap kehidupan, yaitu anak, dewasa dan tua
muda.
2.       Batasan Lansia
WHO dalam Kunaifi (2009) membagi lansia menurut usia ke dalam empat kategori, yaitu:
1. Usia pertengahan (middle age) : 45-59 tahun
2. Lansia (elderly) : 60-74 tahun
3. Usia tua (old) : 75-89 tahun
4. Usia sangat lanjut (very old) : lebih dari 90 tahun 
3.       Teori Penuaan
Ada empat teori pokok dari penuaan menurut Klatz dan Goldman, (2007), yaitu:
1. Teori Wear and Tear
Tubuh dan sel mengalami kerusakan karena telah banyak digunakan (overuse) dan disalahgunakan (abuse).
2. Teori Neuroendokrin
Teori ini berdasarkan peranan berbagai hormon bagi fungsi organ tubuh yaitu dimana hormon yang dikeluarkan oleh beberapa organ yang dikendalikan oleh hipotalamus telah menurun.
3. Teori Kontrol Genetik
Teori ini fokus pada genetik memprogram genetik DNA, dimana kita dilahirkan dengan kode genetik yang unik, dimana penuaan dan usia hidup kita telah ditentukan secara genetik.
4. Teori Radikal Bebas
Teori ini menjelaskan bahwa suatu organisme menjadi tua karena terjadi akumulasi kerusakan oleh radikal bebas dalam sel sepanjang waktu. Radikal bebas sendiri merupakan suatu molekul yang memiliki elektron yang tidak berpasangan. Radikal bebas memiliki sifat reaktivitas tinggi, karena kecenderungan menarik elektron dan dapat mengubah suatu molekul menjadi suatu radikal oleh karena hilangnya atau bertambahnya satu elektron pada molekul lain.
4.       Tahapan Proses Penuaan
Proses penuaan dapat berlangsung melalui tiga tahap sebagai berikut (Pangkahila, 2007):
1. Tahap Subklinik (usia 25-35 tahun)
Pada tahap ini, sebagian besar hormon di dalam tubuh mulai menurun, yaitu hormon testosteron, growth hormon dan hormon estrogen. Pembentukan radikal bebas dapat merusak sel dan DNA mulai mempengaruhi tubuh. Kerusakan ini biasanya tidak tampak dari luar, karena itu pada usia ini dianggap usia muda dan normal.
2. Tahap Transisi (usia 35-45 tahun)
Pada tahap ini kadar hormon menurun sampai 25%. Massa otot berkurang sebanyak satu kilogram tiap tahunnya. Pada tahap ini orang mulai merasa tidak muda lagi dan tampak lebih tua. Kerusakan oleh radikal bebas mulai merusak ekspresi genetik yang dapat mengakibatkan penyakit seperti kanker, radang sendi, berkurangnya memori, penyakit jantung koroner dan diabetes.
3. Tahap Klinik (usia 45 tahun
ke atas)
Pada tahap ini penurunan kadar hormone terus berlanjut yang meliputi DHEA, melatonin, growth hormon, testosteron, estrogen dan juga hormon tiroid. Terjadi penurunan bahkan hilangnya kemampuan penyerapan bahan makanan, vitamin dan mineral. Penyakit kronis menjadi lebih nyata, sistem organ tubuh mulai mengalami kegagalan
5.       Perubahan Fisik dan Psikososial pada Lansia
1) Perubahan Fisik pada Lansia
Menurut Maryam (2008), perubahan-perubahan fisik yang terjadi pada lanjut usia adalah :
1. Sel
Perubahan sel pada lanjut usia meliputi: terjadinya penurunan jumlah sel, terjadi perubahan ukuran sel, berkurangnya jumlah cairan dalam tubuh dan berkurangnya cairan intra seluler, menurunnya proporsi protein di otak, otot, ginjal, darah, dan hati, penurunan jumlah sel pada otak, terganggunya mekanisme perbaikan sel, serta otak menjadi atrofis beratnya berkurang 5-10%.
2. Sistem Persyarafan
Perubahan persyarafan meliputi : berat otak yang menurun 10-20% (setiap orang berkurang sel syaraf otaknya dalam setiap harinya), cepat menurunnya hubungan persyarafan, lambat dalam respon dan waktu untuk bereaksi khususnya dengan stress, mengecilnya syaraf panca indra, berkurangnya penglihatan, hilangnya pendengaran, mengecilnya syaraf
penciuman dan perasa lebih sensitif terhadap perubahan suhu dengan ketahanan terhadap sentuhan, serta kurang sensitif terhadap sentuan. 
3. Sistem Pendengaran
Perubahan pada sistem pendengaran meliputi: terjadinya presbiakusis (gangguan dalam pendengaran) yaitu gangguan dalam pendengaran pada telinga dalam terutama terhadap bunyi suara, nada-nada yang tinggi, suara yang tidak jelas, sulit mengerti kata-kta,50% terjadi pada umur diatas 65 tahun. Terjadinya otosklerosis akibat atropi membran timpani. Terjadinya pengumpulan serumen dapat mengeras karena meningkatnya keratinin. Terjadinya perubahan penurunan pendengaran pada lansia yang mengalami ketegangan jiwa atau stress.
4. Sistem Penglihatan
Perubahan pada sistem penglihatan meliputi: timbulnya sklerosis dan hilangnya respon terhadap sinar, kornea lebih berbentuk sferis (bola), terjadi kekeruhan pada lensa yang menyebabkan katarak, meningkatnya ambang, pengamatan sinar, daya adaptasi terhadap kegelapan lebih lambat dan susah melihat pada cahaya gelap, hilangnya daya akomodasi, menurunnya lapang pandang, serta menurunnya daya untuk membedakanwarna biru atau hijau. Pada mata bagian dalam, perubahan yang terjadi adalah ukuran pupil menurun dan reaksi terhadap cahaya berkurang dan juga terhadap akomodasi, lensa menguning dan berangsur-angsur menjadi lebih buram mengakibatkan katarak, sehingga memengaruhi kemampuan untuk menerima dan membedakan warna-warna. Kadang warna gelap seperti coklat, hitam, dan marun tampak sama. Pandangan dalam area yang suram dan adaptasi terhadap kegelapan berkurang (sulit melihat dalam cahaya gelap) menempatkan lansia pada risiko cedera. Sementara cahaya menyilaukan dapat menyebabkan nyeri dan membatasi kemampuan untuk membedakan objek-objek dengan jelas, semua hal itu dapat mempengaruhi kemampuan fungsional para lansia sehingga dapat menyebabkan lansia terjatuh.
5. Sistem Kardiovaskuler
Perubahan pada sistem kardiovaskuler meliputi: terjadinya penurunan elastisitas dinding aorta, katup jantung menebal dan menjadi kaku, menurunnya kemampuan jantung untuk memompa darah yang menyebabkan menurunnya kontraksi dan volumenya, kehilangan elastisitas pembuluh darah, kurangnya efektifitas pembuluh darah perifer untuk oksigenasi, perubahan posisi yang dapat mengakibatkan tekanan darah menurun (dari tidur ke duduk dan dari duduk ke berdiri) yang mengakibatkan resistensi pembuluh darah perifer
6. Sistem Pengaturan Temperatur Tubuh
Perubahan pada sistem pengaturan tempertur tubuh meliputi: pada pengaturan sistem tubuh, hipotalamus dianggap bekerja sebagai thermostat, yaitu menetapkan suatu suhu tertentu, kemunduran terjadi berbagai faktor yang mempengaruhinya, perubahan yang sering ditemui antara lain temperatur suhu tubuh menurun (hipotermia) secara fisiologik kurang lebih 35°C, ini akan mengakibatkan metabolisme yang menurun. Keterbatasan refleks mengigil dan tidak dapat memproduksi panas yang banyak sehingga terjadi rendahnya aktivitas otot
7. Sistem Respirasi
Perubahan sistem respirasi meliputi: otot pernapasan mengalami kelemahan akibat atropi, aktivitas silia menurun, paru kehilangan elastisitas, berkurangnya elastisitas bronkus, oksigen pada arteri menurun, karbon dioksida pada arteri tidak berganti, reflek dan kemampuan batuk berkurang, sensitivitas terhadap hipoksia dan hiperkarbia menurun, sering terjadi emfisema senilis, kemampuan pegas dinding dada dan kekuatan otot pernapasan menurun seiring pertambahan usia.
8. Sistem Pencernaan
Perubahan pada sistem pecernaan, meliputi: kehilangan gigi, penyebabutama periodontal disease yang bisa terjadi setelah umur 30 tahun, indra pengecap menurun, hilangnya sensitivitas saraf pengecap terhadap rasa asin, asam dan pahit, esofagus melebar, rasa lapar nenurun, asam lambung menurun, motilitas dan waktu pengosongan lambung menurun, peristaltik 8 lemah dan biasanya timbul konstipasi, fungsi absorpsi melemah, hati semakin mengecil dan tempat penyimpanan menurun, aliran darah berkurang. 
9. Sistem Perkemihan
Perubahan pada sistem perkemihan antara lain ginjal yang merupakan alat untuk mengeluarkan sisa metabolisme tubuh melalui urine, darah masuk keginjal disaring oleh satuan (unit) terkecil dari ginjal yang disebut nefron (tempatnya di glomerulus), kemudian mengecil dan nefron menjadi atrofi, aliran darah ke ginjal menurun sampai 50% sehingga fungsi tubulus berkurang, akibatnya, kemampuan mengkonsentrasi urine menurun, berat jenis urine menurun. Otot-otot vesika urinaria menjadi lemah, sehingga kapasitasnya menurun sampai 200 ml atau menyebabkan buang air seni meningkat. Vesika urinaria sulit dikosongkan sehingga terkadang menyebabkan retensi urine.
Sistem Endokrin
Perubahan yang terjadi pada sistem endokrin meliputi: produksi semua hormon turun, aktivitas tiroid, BMR (basal metabolic rate), dan daya pertukaran zat menurun. Produksi aldosteron menurun, Sekresi hormon kelamin, misalnya progesterone, estrogen, dan testoteron menurun.
11. Sistem Integumen
Perubahan pada sistem integumen, meliputi: kulit mengerut atau keriput akibat kehilangan jaringan lemak, permukaan kulit cenderung kusam, kasar, dan bersisi. Timbul bercak pigmentasi, kulit kepala dan rambut menipis dan berwarna kelabu, berkurangnya elestisitas akibat menurunnya cairan dan vaskularisasi, kuku jari menjadi keras dan rapuh, jumlah dan fungsi kelenjar keringat berkurang
12. Sistem Muskuloskeletal
Perubahan pada sistem muskuloskeletal meliputi: tulang kehilangan densitas (cairan) dan semakin rapuh, kekuatan dan stabilitas tulang menurun, terjadi kifosis, gangguan gaya berjalan, tendon mengerut dan mengalami sklerosis, atrofi serabut otot, serabut otot mengecil sehingga gerakan menjadi lamban, otot kram, dan menjadi tremor, aliran darah keotot berkurang sejalan dengan proses menua. Semua perubahan tersebut dapat mengakibatkan kelambanan dalam gerak, langkah kaki yang pendek, penurunan irama. Kaki yang tidak dapat menapak dengan kuat dan lebih cenderung gampang goyah, perlambatan reaksi mengakibatkan seorang lansia susah atau terlambatmengantisipasi bila terjadi gangguan terpeleset, tersandung, kejadian tiba-tiba sehingga memudahkan jatuh.
2) Perubahan Psikososial pada Lansia
Berdasarkan beberapa evidence based yang telah dilakukan terdapat perubahan psikososial yang dapat terjadi pada lansia antara lain:
1. Kesepian
Septiningsih dan Na’imah (2012) menjelaskan dalam studinya bahwa lansia rentan sekali mengalami kesepian. Kesepian yang dialami dapat berupa kesepian emosional, situasional, kesepian sosial atau gabungan ketiga-tiganya. Berdasarkan penelitian tersebut beberapa hal yang dapat memengaruhi perasaan kesepian pada lansia diantaranya: a) merasa tidak adanya figur kasih sayang yang diterima seperti dari suami atau istri, dan atau anaknya; b) kehilangan integrasi secara sosial atau tidak terintegrasi dalam suatu komunikasi seperti yang dapat diberikan oleh sekumpulan teman, atau masyarakat di lingkungan sekitar. Hal itu disebabkan karena tidak mengikuti pertemuan-pertemuan yang dilakukan di kompleks hidupnya; c) mengalami perubahan situasi, yaitu ditinggal wafat pasangan hidup (suami dan atau istri), dan hidup sendirian karena anaknya tidak tinggal satu rumah.
2. Kecemasan MenghadapiKematian
Ermawati dan Sudarji (2013) menyimpulkan dalam hasil penelitiannya bahwa terdapat 2 tipe lansia memandang kematian. Tipe pertama lansia yang cemas ringan hingga sedang dalam menghadapi kematian ternyata memiliki tingkat religiusitas yang cukup tinggi. Sementara tipe yang kedua adalah lansia yang cemas berat menghadapi kematian dikarenakan takut akan kematian itu sendiri, takut mati karena banyak tujuan hidup yang belum tercapai, juga merasa cemas karena sendirian dan tidak akan ada yang menolong saat sekarat nantinya. 10 
3. Depresi
Lansia merupakan agregat yang cenderung depresi. Menurut Jayanti, Sedyowinarso, dan Madyaningrum (2008) beberapa faktor yang menyebabkan terjadinya depresi lansia adalah: a) jenis kelamin, dimana angka lansia perempuan lebih tinggi terjadi depresi dibandingkan lansia laki-laki, hal tersebut dikarenakan adanya perbedaan hormonal, perbedaan stressor psikososial bagi wanita dan laki-laki, serta model perilaku tentang keputusasaan yang dipelajari; b) status perkawinan, dimana lansia yang tidak menikah/tidak pernah menikah lebih tinggi berisiko mengalami depresi, hal tersebut dikarenakan orang lanjut usia yang berstatus tidak kawin sering kehilangan dukungan yang cukup besar (dalam hal ini dariorang terdekat yaitu pasangan) yang menyebabkan suatu keadaan yang tidak menyenangkan dan kesendirian; dan c) rendahnya dukungan sosial.
Berdasarkan konsep lansia dan proses penuaan yang telah dijabarkan, maka lansia rentan sekali menghadapi berbagai permasalahan baik secara fisik maupun psikologis. Kane, Ouslander, dan Abrass (1999) menjabarkan permasalahan yang sering dihadapi lansia ke dalam 14 masalah atau yang sering disebut 14i Sindrom Geriatri (Geriatric Syndrome). Keempat belas masalah tersebut adalah: 1) Immobility (penurunan/ketidakmampuan mobilisasi); 2) Instability (ketidakseimbangan, risiko jatuh); 3) Incontinence (inkontinensia urin/alvi, tidak mampu menahan buang air kecil/besar); 4) Intelectual Impairment (penurunan fungsi kognitif, demensia); 5) Infection (rentan mengalami infeksi); 6) Impairment of Sensory/Vision (penurunan penglihatan, pendengaran); 7) Impaction (sulit buang air besar); 8) Isolation (rentan depresi/stres sehingga lebih sering menyendiri); 9) Inanition (kurang gizi); 10) Impecunity (penurunan penghasilan); 11) Iatrogenesis (efek samping obat-obatan); 12) Insomnia (sulit tidur); 13) Immunedeficiency (penurunan daya tahan tubu); 14) Impotence (impotensi).
Pada paper ini hanya akan dijelaskan satu dari empat belas masalah, yakni Impecunity atau penurunan penghasilan  
6.       Definisi spiritualisasi dan religi
Spiritualisasi adalah keyakinan dalam hubunganya dengan yang maha kuasa dan maha pencipta, sebagai contoh seorang yang percaya kepada allah sebagai pencipta atau sebagai maha kuasa, spritualisasi mengandung pengertian hubungan manusia dengan tuhanya dengan menggunakan instrumen ( medium ) sholat, puasa, zakat, haji, doa dan dsb.
Berdasarkan kamus religi berarti suatu sistem kepercayaan dan praktek yang berhubungan dengan yang maha kuasa. Mendefinisikan religi sebagai suatu pencarian kebenaran tentang cara – cara yang berhubungan dengan korban atau persembahan. 
7.       Aspek spiritualitas
Kebutuhan spritual adalah harmonisasi dimensi kehidupan. Dimensi ini termasuk menemukan arti, tujuan, menderita, dan kematian, kebutuhan akan harapan dan keyakinan hidup, dan kebutuhan akan keyakinan pada diri sendiri, dan tuhan. Ada 4 aspek spiritual sebagai berikut
-          Berhubungan dengan sesuatu yang tidak diketahui atau ketidakpastian dalam hidup
-          Menemukan arti dan tujuan hidup
-          Menyadari kemampuan untuk menggunakan sumber an kekuata dalam diri sendiri
-          Mempunyai peranan keterkaitan dengan diri sendiri dan dengan yang maha tinggi
-           
8.       Kesehatan spiritual
Dicapai ketika seseorang menemukan keseimbangan antara, nilai hidup, hasil dan system kepercayaan, hubungan antara diri sendiri dan orang lain. Kesehatan spiritual atau kesejahteraan spiritual adalah kebutuhan untuk mempertahankan atau mengalihkan keyakinan dan memenuhi kewajiban agama, serta kebutuhan untuk mendapatkan maaf atau pengampunan, mencintai, menjalin hubungan penuh rasa percaya dengan tuhan.
Pada saat terjadi stress, penyakit, penyembuhan, atau kehilangan, seseorang mungkin berfikir ke cara – cara lama dalam merespons atau menyesuaikan dengan situasi. Seringkali gaya koping ini terjadi dalam keyakinan nilai dasar orang tersebut. Keyainan ini sering berakar dalam spiritulitas orang tersebut.
9.       Masalah spiritual
Ketika penyakit, kehilangan atau nyeri menyerang seseorang, kekuatan spritual dapat membantu seseorang kearah penyembuhan atau pada perkembangan kebutuhan dan perhatian spritual. Selama penyakit atau misalnya induvidu sering menjadi kurang mampu untuk diri mereka dan lebih bergantung pada orang lain untuk perawatan dan dukungan. Distress spiritual dapat berkembang sejalan dengan seseorag mencari makna tentang apa yang sedang terjadi yang mungkin mendapati seseorang merasa sendiri dan terisolasi dari orang lain, distress spiritual terdiri dari :
-          Spritual yang sakit yaitu
Kesulitan menerima kehilangan dan orang yang di cintai atau dari penderita yang berat
-          Spiritual yang khawatir
Terjadi penentangan kepercayaan sistem nilai seperti adanya aborsi
-          Spiritual yang hilang
Adaya kesulitan dalam menemukan ketenangan dalam keagamaan 
10.    Karakteristik spiritual
Untuk memudahkan dalam memberikan asuhan keperawatan dengan meperhatikan kebutuhan spritual penerimaan layanan keperawatan, maka perawat mutlak perlu memiliki kemampuan mengidentifiasi karakteristik spiritualitas sebagai berikut :
-          Hubungan dengan diri sendiri kekuatan dalam atau selfreliance
-          Hubungan dengan alam harmonis
-          Hubungan dengan orang lain harmonis
-          Hubungan dengan ketuhanan 
11.    Faktor – faktor yang mempengaruhi spritual
Faktor – faktor penting dalam mempengaruhi seseorang adalah :
-          Pertimbangan tahap perkembangan
Dari hasil penelitian di temukan bahwa manusia mempunyai persepsi tentang tuhan dan bentuk sembahyang yang berbeda menurut usia, seks, agama, dan kepribadian manusia
-          Keluarga
Peran orang tua sangat menentukan dalam perkembangan spiritual anak. Oleh karena keluarga membuat lingkungan terdekat dan lingkungan pertama anak dalam mempersepsikan kehidupan di dunia.
-          Latar beakang
Sikap keyakinan dan nilai di pengaruhi oleh latar belakang etnik dan sosial budaya. Pada umumnya seseorang akan mengikuti tradisi agama dan spiritual kelurga.
12.    Proses keperawatan dalam spiritual
Pada intinya keperawatan adalah komitmen tentang mengasihi ( caring ) merawat seseorang adalah suatu proses interaktif yang bersifat induvidual menolong satu sama lain dan teraktulalisasi, suatu elemen perawatan kesehatan berkualitas adalah untuk menunjukan kasih sayang pada klien sehingga terbentuk hubungan saling percaya. Di perkuat ketika pemberi keperawatan menghargai dan mendukung kegiatan spiritual klien
13.    Diagnosa keperawatan
Distress spiritual berhubungan dengan kurangnya pengetahuan klien dalam melaksanakan alternatif ibadah sholat dalam keadaan sakit ditandai dengan klien merasa lemah dan tidak berdaya dalam melakukan ibadah sholat 
14.    Intervensi
No
Diagnosa Keperawatan
Tujuan
Intervensi
1
Distress spiritual berhubungan dengan kurangnya pengetahuan klien dalam melaksanakan alternatif ibadah sholat dalam keadaan sakit ditandai dengan klien merasa lemah dan tidak berdaya dalam melakukan ibadah sholat
Kebutuhan spiritual dapat terpenuhi yaitu dapat melakukan sholat dalam keadaan sakit

a.       Kaji tingkat pengetahuan klien mengenai ibadah sholat.
b.       Ajarkan pada klien cara sholat dalam keadaan berbaring.
c.        Ajarkan tata cara tayamum.
d.       Ajarkan kepada klien untuk berzikir.
e.        Datangkan seorang ahli agama.



DAFTAR PUSTAKA
Alligood, M. R., 2014. Nursing Theorist and Their Work. USA: Elsevier Health Sciences.
Ananta, L. A. W. & Wulan, R., 2011. Pola Aktivitas Sehari-Hari pada Pasien Demensia di Instalasi Rawat Jalan RS. Baptis Kediri. Jurnal STIKES RS Baptis Kediri, 4(2).
Ermawati & Sudarji, S., 2013. Kecemasan Menghadapi Kematian pada Lanjut Usia. Psibernetika Universitas Bunda Mulya, 6(1).
Hayati, R. & Nurviyandari, D., 2014. Depresi Ringan pada Lansia Setelah Memasuki Masa Pensiun. Depok: Skripsi Universitas Indonesia.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

LAPORAN PENDAHULUAN SYOK

  LAPORAN PENDAHULUAN SYOK       Diajukan untuk memenuhi tugas Program Profesi Ners angkatan XV DepartemenGawatDarurat&Kri...