LAPORAN PENDAHULUAN
KOMUNIKASI SBAR
Diajukan untuk memenuhi
tugas Program Profesi Ners angkatan XV
Stase Management
Keperawatan
![](https://www.blogger.com/img/transparent.gif)
Disusun oleh :
Risnawati, S.Kep
NPM : 4012200021
SEKOLAH
TINGGI ILMU KESEHATAN BINA PUTERA BANJAR
PROGRAM STUDI NERS ANGKATAN KE-15
TAHUN AKADEMIK 2019-2020
Jl. Mayjen Lili Kusumah - Sumanding Wetan No. 33 Kota
Banjar
Tlp (0265) 741100 Fax (0265) 744043
A. Pengertian
Komunikasi
SBAR adalah komunikasi dengan menggunakan alat yang logis untuk mengatur
informasi sehingga dapat ditransfer kepada orang lain secara akurat dan
efisien. Komunikasi dengan menggunakan SBAR (Situation, Background,
Assesment, Recomendation) untuk mencapai ketrampilan berfikir kritis, dan
menghemat waktu (NHS, 2012).
Komunikasi adalah elemen dasar dari interaksi manusia yang memungkinkan
sesorang untuk menetapkan, mempertahankan, dan meningkatkan kontak dengan orang
lain. Komunikasi juga suatu strategi koordinasi dalam pengaturan pelayanan di
rumah sakit. Komunikasi terhadap berbagai informasi mengenai perkembangan
pasien antar tenaga kesehatan di rumah sakit merupakan komponen yang
fundamental dalam perawatan pasien (Alfian, 2012). Komunikasi dapat efektif apabila informasi dapat dipahami dan diterima
oleh tenaga kesehatan lain dan dapat segara dilaksanakan tanpa ada hambatan.
Komunikasi mengacu tidak hanya pada isi namun juga mengacu pada perasaan dan
emosi saat menyampaikan informasi. Komunikasi merupakan komponen yang penting
karena dapat membangun hubungan antara perawat-pasien, perawat-perawat dan
perawat- dokter (Novita, 2017).
Metode komunikasi yang digunakan untuk anggota tim medis kesehatan dalam
melaporkan kondisi pasien adalah Komunikasi SBAR.
Komunikasi SBAR dapat digunakan sebagai
acuan dalam pelaporan kondisi pasien pada saat transfer pasien. Teknik komunikasi SBAR sebenarnya menyediakan
kerangka kerja untuk komunikasi antara anggota tim kesehatan termasuk
diantaranya mengenai kondisi pasien. Komunikasi SBAR merupakan mekanisme komunikasi yang mudah diingat, juga merupakan cara yang mudah untuk berkomunikasi dengan anggota tim,
mengembangkan kerja anggota tim dan meningkatkan keselamatan pasien (Lestari,
2012).
B. Tujuan
komunikasi SBAR adalah:
1.
Menyediakan
kerangka kerja untuk komunikasi yang efektif antara
anggota tim perawatan kesehatan dengan dokter
2.
Memberikan
informasi yang akurat tentang kondisi pasien saat ini dan
setiap perubahan terbaru yang terjadi atau untuk mengantisipasi
apabila terjadi perubahan.
3.
Membantu
staf menajdi advokat pasien.
C.
berapa komponen dalam
komunikasi SBAR menurut Calalang (2013) diantaranya adalah:
1.
Situation
Komponen dalam
komunikasi ini diantaranya mengenai usia pasien,
jenis kelamin, diagnosis pre operasi, prosedur, status mental, kondisi pasien
apakah stabil atau tidak.
2.
Background
Komponen ini menampilkan
pokok masalah atau apa saja yang terjadi pada diri pasien, keluhan yang
mendorong untuk dilaporkan seperti sesak nafas, nyeri dada, dan sebagainya.
Menyebutkan latar belakang apa yang menyebabkan munculnya keluhan pasien tersebut, diagnosis pasien, dan data klinik yang mendukung
masalah pasien.
3.
Assesment
Komponen ini
berisi hasil pemikiran yang timbul dari temuan serta difokuskan pada masalah yang terjadi pada pasien yang apabila tidak diantisipasi akan menyebabkan
kondisi yang lebih buruk.
4.
Recommendation
Komponen ini merupakan hal-hal yang dibutuhkan untuk
ditindak lanjuti. Apa intervensi yang harus direkomendasikan oleh perawat.
D.
Beberapa manfaat
komunikasi SBAR diantaranya
adalah
(Prayitno, 2017) :
1.
Meningkatkan keselamatan
pasien
2.
Dapat menurunkan angka malpraktik sebagai akibat komunikasi yang kurang
3.
Dapat meningkatkan kerja tim dengan menggunakan komunikasi yang efektif
4.
Dapat memberikan informasi terkait kondisi pasien secara lengkap.
Komunikasi
SBAR harus diterapkan oleh perawat dalam memberikan perawatan kepada pasien
menurut Destiani (2012) diantaranya pada saat:
1.
Operan
Pada saat operan perawat jaga
diharapkan dapat menyampaikan dan menerima laporan yang berkaitan dengan
kondisi pasien karena tujuan dilakukan operan tersebut adalah untuk
menyampaikan kondisi pasien, menyampaikan asuhan keperawatan yang belum
dilaksanakan, menyampaikan hal yang harus ditindaklanjuti, menyusun rencana
kerja (Aminah, 2013).
2.
Pelaporan kondisi pasien
Komunikasi SBAR juga harus
diterapkan pada saat pelaporan kondisi pasien dilakukan oleh perawat kepada
tenaga medis lain termasuk dokter. Dengan melaporkan setiap kondisi pasien
kepada dokter maka dokter dapat memberikan tindakan yang sesuai dengan kondisi
pasien. Pelaporan kondisi pasien yang efektif dapat meningkatkan keselamaran
pasien. Faktor yang dapat mempengaruhi pelaporan kondisi pasien adalah komunikasi.
Komunikasi yang tidak efektif antara perawat dan dokter dapat mempengaruhi
keselamatan pasien (Hendrayana, 2012).
3.
Transfer pasien
Transfer pasien merupakan saat
dimana terjadi perpindahan pasien dari satu ruangan ke ruangan lain dan dari
satu rumah sakit ke rumah sakit lain untuk mendapatkan perawatan lebih lanjut.
Transfer pasien itu sendiri dibagi menjadi transfer pasien internal dan
external. Transfer pasien internal adalah transfer antar ruangan didalam rumah
sakit dan transfer pasien external adalah transfer antar rumah sakit. Transfer
pasien dilakukan oleh tenaga kesehatan yang sudah memiliki kemampuan dan
pengetahuan terkait prosedur transfer. Kemampuan dan pengetahuan tenaga
kesehatan yang harus dimiliki adalah memahami proses pra transfer, peralatan
transfer, dan komunikasi saat transfer pasien (Lestari, 2012).
Komunikasi
SBAR yang efektif diperlukan untuk proses pelayanan kesehatan terutama pada
saat transfer pasien agar dapat meningkatkan keselamatan pasien. Masalah
komunikasi SBAR yang terjadi pada saat proses transfer dapat berpotensi
terjadinya masalah dan dapat berdampak pada pasien seperti tidak lengkapnya
laporan transfer pasien dan kurang efektif komunikasi pelaporan informasi
kondisi pasien saat transfer. Masalah yang sering terjadi seperti komunikasi
yang gagal akibat kurangnya interaksi secara langsung dan dokumentasi yang
kurang jelas. Masalah yang terjadi saat transfer pasien dapat berdampak pada
keselamatan pasien maka perlu diperhatikan mekanisme transfer pasien (Aminah,
2013).
E.
Beberapa
manfaat Komunikasi SBAR saat transfer pasien diantaranya adalah (Calalang,
2013) :
1.
Meningkatkan patient safety.
2.
Dapat meningkatkan intervensi yang
akan diberikan
3.
Menghindari kegiatan komunikasi yang
berulang saat transfer pasien
4.
Berkas transfer pasien terisi
lengkap
5.
Mendorong perawat untuk
berkomunikasi secara tegas dan efektif sehingga tidak terjadi pengulangan
komunikasi
6.
Membantu perawat dalam
mengantisipasi informasi yang dibutuhkan oleh rekan sejawat saat transfer
7.
Membantu perawat untuk menjelaskan
informasi dengan tepat dan detail.
Komunikasi
SBAR dapat meningkatkan keselamatan pasien yaitu melalui kegiatan pelaporan
kondisi pasien saat transfer pasien, karena komunikasi SBAR merupakan metode
komunikasi yang mudah diterapkan, fokus terhadap informasi transfer, akurat dan
struktur mudah dipahami (Laela, 2012)
Proses
transfer pasien dengan menggunakan komunikasi efektif SBAR adalah proses
transfer pasien akan berjalan lancar, tidak terjadi salah intervensi akibat
komunikasi yang buruk, mendorong tenaga kesehatan meningkatkan keselamatan
pasien dengan mengetahui dan menggunakan komunikasi SBAR dengan benar, tidak
mengalami kesalahan diagnosa, tidak mengalami keterlambatan intervensi, dan
tidak berdampak pada finansial pasien karena perawatan yang lama akibat dari
kesalahan intervensi (Aminah, 2013)
Prosedur
komunikasi SBAR yang efektif pada saat transfer pasien meliputi pra transfer
dengan pengkajian, menyiapkan transport seperti tempat tidur dan peralatan
medis, menggunakan SOP cheklist transfer pasien yang dilakukan tenaga kesehatan
perawat, pelaporan kondisi pasien sebelum transfer melalui telefon, melakukan
proses transfer pasien dengan memperhatikan konsisi pasien secara menyeluruh
dan saat transfer pasien menggunakan komunikasi SBAR yang dilakukan secara
langsung (face to face) antar tenaga
kesehatan untuk memvalidasi keadaan pasien (Laela, 2012).
F.
Komunikasi
SBAR yang dapat dilakukan perawat sebelum
melakukan timbang terima diantaranya
(Novita, 2017) :
1.
Menjelaskan identitas pasien, kepada
tim jaga selanjutnya
2.
Menjelaskan diagnosa medis dan
keperawatan pasien kepada tim jaga selanjutnya
3.
Menyampaikan permasalahan pasien
dengan singkat dan jelas
4.
Menyampaikan kondisi terakhir pasien
dengan singkat dan jelas
5.
Mendekati pasien dan mengklarifikasi
kondisinya saat ini
6.
Melaporkan riwayat sebelumnya yang
mendukung permasalahan yang sedang terjadi (pengobatan, tindakan dan
pemeriksaan terakhir) secara singkat dan jelas
7.
Menyimpulkan tentang kondisi pasien
saat ini
8.
Menyampaikan usul/solusi tindakan
selanjutnya untuk mengatasi permasalahan yang terjadi
9.
Menjelaskan rencana perawatan
selanjutnya kepada pasien
10. Memeriksa
kembali catatan keperawatan/rekam medik pasien kemudian melakukan timbang
terima
Tidak ada komentar:
Posting Komentar