Rabu, 07 Oktober 2020

LAPORAN PENDAHULUAN KOMUNIKASI SBAR

 

LAPORAN PENDAHULUAN

KOMUNIKASI SBAR

Diajukan untuk memenuhi tugas Program Profesi Ners angkatan XV

Stase Management Keperawatan

 



Disusun oleh :

Risnawati, S.Kep

NPM : 4012200021

 

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BINA PUTERA BANJAR 

PROGRAM STUDI NERS ANGKATAN KE-15

TAHUN AKADEMIK 2019-2020

 

Jl. Mayjen Lili Kusumah - Sumanding Wetan No. 33 Kota Banjar

Tlp (0265) 741100 Fax (0265) 744043

web:www.stikesbp.ac.id

 

A.    Pengertian

Komunikasi SBAR adalah komunikasi dengan menggunakan alat yang logis untuk mengatur informasi sehingga dapat ditransfer kepada orang lain secara akurat dan efisien. Komunikasi dengan menggunakan SBAR (Situation, Background, Assesment, Recomendation) untuk mencapai ketrampilan berfikir kritis, dan menghemat waktu (NHS, 2012).

Komunikasi adalah elemen dasar dari interaksi manusia yang memungkinkan sesorang untuk menetapkan, mempertahankan, dan meningkatkan kontak dengan orang lain. Komunikasi juga suatu strategi koordinasi dalam pengaturan pelayanan di rumah sakit. Komunikasi terhadap berbagai informasi mengenai perkembangan pasien antar tenaga kesehatan di rumah sakit merupakan komponen yang fundamental dalam perawatan pasien (Alfian, 2012). Komunikasi dapat efektif apabila informasi dapat dipahami dan diterima oleh tenaga kesehatan lain dan dapat segara dilaksanakan tanpa ada hambatan. Komunikasi mengacu tidak hanya pada isi namun juga mengacu pada perasaan dan emosi saat menyampaikan informasi. Komunikasi merupakan komponen yang penting karena dapat membangun hubungan antara perawat-pasien, perawat-perawat dan perawat- dokter (Novita, 2017).

Metode komunikasi yang digunakan untuk anggota tim medis kesehatan dalam melaporkan kondisi pasien adalah Komunikasi SBAR.

Komunikasi SBAR dapat digunakan sebagai acuan dalam pelaporan kondisi pasien pada saat transfer pasien. Teknik komunikasi SBAR sebenarnya menyediakan kerangka kerja untuk komunikasi antara anggota tim kesehatan termasuk diantaranya mengenai kondisi pasien. Komunikasi SBAR merupakan mekanisme komunikasi yang mudah diingat, juga merupakan cara yang mudah untuk berkomunikasi dengan anggota tim, mengembangkan kerja anggota tim dan meningkatkan keselamatan pasien (Lestari, 2012).

B.     Tujuan komunikasi SBAR adalah:

1.      Menyediakan kerangka kerja untuk komunikasi yang efektif antara

anggota tim perawatan kesehatan dengan dokter

2.      Memberikan informasi yang akurat tentang kondisi pasien saat ini dan

setiap perubahan terbaru yang terjadi atau untuk mengantisipasi apabila terjadi perubahan.

3.      Membantu staf menajdi advokat pasien.

C.    berapa komponen dalam komunikasi SBAR menurut Calalang (2013) diantaranya adalah:

1.      Situation

Komponen dalam komunikasi ini diantaranya mengenai usia pasien, jenis kelamin, diagnosis pre operasi, prosedur, status mental, kondisi pasien apakah stabil atau tidak.

2.      Background

Komponen ini menampilkan pokok masalah atau apa saja yang terjadi pada diri pasien, keluhan yang mendorong untuk dilaporkan seperti sesak nafas, nyeri dada, dan sebagainya. Menyebutkan latar belakang apa yang menyebabkan munculnya keluhan pasien tersebut, diagnosis pasien, dan data klinik yang mendukung masalah pasien.

3.      Assesment

Komponen ini berisi hasil pemikiran yang timbul dari temuan serta difokuskan pada masalah yang terjadi pada pasien yang apabila tidak diantisipasi akan menyebabkan kondisi yang lebih buruk.

4.      Recommendation

Komponen ini merupakan hal-hal yang dibutuhkan untuk ditindak lanjuti. Apa intervensi yang harus direkomendasikan oleh perawat.

D.    Beberapa manfaat komunikasi SBAR diantaranya adalah

(Prayitno, 2017) :

1.      Meningkatkan keselamatan pasien

2.      Dapat menurunkan angka malpraktik sebagai akibat komunikasi yang kurang

3.      Dapat meningkatkan kerja tim dengan menggunakan komunikasi yang efektif

4.      Dapat memberikan informasi terkait kondisi pasien secara lengkap.

Komunikasi SBAR harus diterapkan oleh perawat dalam memberikan perawatan kepada pasien menurut Destiani (2012) diantaranya pada saat:

1.      Operan

Pada saat operan perawat jaga diharapkan dapat menyampaikan dan menerima laporan yang berkaitan dengan kondisi pasien karena tujuan dilakukan operan tersebut adalah untuk menyampaikan kondisi pasien, menyampaikan asuhan keperawatan yang belum dilaksanakan, menyampaikan hal yang harus ditindaklanjuti, menyusun rencana kerja (Aminah, 2013).

2.      Pelaporan kondisi pasien

Komunikasi SBAR juga harus diterapkan pada saat pelaporan kondisi pasien dilakukan oleh perawat kepada tenaga medis lain termasuk dokter. Dengan melaporkan setiap kondisi pasien kepada dokter maka dokter dapat memberikan tindakan yang sesuai dengan kondisi pasien. Pelaporan kondisi pasien yang efektif dapat meningkatkan keselamaran pasien. Faktor yang dapat mempengaruhi pelaporan kondisi pasien adalah komunikasi. Komunikasi yang tidak efektif antara perawat dan dokter dapat mempengaruhi keselamatan pasien (Hendrayana, 2012).

3.      Transfer pasien

Transfer pasien merupakan saat dimana terjadi perpindahan pasien dari satu ruangan ke ruangan lain dan dari satu rumah sakit ke rumah sakit lain untuk mendapatkan perawatan lebih lanjut. Transfer pasien itu sendiri dibagi menjadi transfer pasien internal dan external. Transfer pasien internal adalah transfer antar ruangan didalam rumah sakit dan transfer pasien external adalah transfer antar rumah sakit. Transfer pasien dilakukan oleh tenaga kesehatan yang sudah memiliki kemampuan dan pengetahuan terkait prosedur transfer. Kemampuan dan pengetahuan tenaga kesehatan yang harus dimiliki adalah memahami proses pra transfer, peralatan transfer, dan komunikasi saat transfer pasien (Lestari, 2012).

Komunikasi SBAR yang efektif diperlukan untuk proses pelayanan kesehatan terutama pada saat transfer pasien agar dapat meningkatkan keselamatan pasien. Masalah komunikasi SBAR yang terjadi pada saat proses transfer dapat berpotensi terjadinya masalah dan dapat berdampak pada pasien seperti tidak lengkapnya laporan transfer pasien dan kurang efektif komunikasi pelaporan informasi kondisi pasien saat transfer. Masalah yang sering terjadi seperti komunikasi yang gagal akibat kurangnya interaksi secara langsung dan dokumentasi yang kurang jelas. Masalah yang terjadi saat transfer pasien dapat berdampak pada keselamatan pasien maka perlu diperhatikan mekanisme transfer pasien (Aminah, 2013).

E.     Beberapa manfaat Komunikasi SBAR saat transfer pasien diantaranya adalah (Calalang, 2013) :

1.      Meningkatkan patient safety.

2.      Dapat meningkatkan intervensi yang akan diberikan

3.      Menghindari kegiatan komunikasi yang berulang saat transfer pasien

4.      Berkas transfer pasien terisi lengkap

5.      Mendorong perawat untuk berkomunikasi secara tegas dan efektif sehingga tidak terjadi pengulangan komunikasi

6.      Membantu perawat dalam mengantisipasi informasi yang dibutuhkan oleh rekan sejawat saat transfer

7.      Membantu perawat untuk menjelaskan informasi dengan tepat dan detail.

Komunikasi SBAR dapat meningkatkan keselamatan pasien yaitu melalui kegiatan pelaporan kondisi pasien saat transfer pasien, karena komunikasi SBAR merupakan metode komunikasi yang mudah diterapkan, fokus terhadap informasi transfer, akurat dan struktur mudah dipahami (Laela, 2012)

Proses transfer pasien dengan menggunakan komunikasi efektif SBAR adalah proses transfer pasien akan berjalan lancar, tidak terjadi salah intervensi akibat komunikasi yang buruk, mendorong tenaga kesehatan meningkatkan keselamatan pasien dengan mengetahui dan menggunakan komunikasi SBAR dengan benar, tidak mengalami kesalahan diagnosa, tidak mengalami keterlambatan intervensi, dan tidak berdampak pada finansial pasien karena perawatan yang lama akibat dari kesalahan intervensi (Aminah, 2013)

Prosedur komunikasi SBAR yang efektif pada saat transfer pasien meliputi pra transfer dengan pengkajian, menyiapkan transport seperti tempat tidur dan peralatan medis, menggunakan SOP cheklist transfer pasien yang dilakukan tenaga kesehatan perawat, pelaporan kondisi pasien sebelum transfer melalui telefon, melakukan proses transfer pasien dengan memperhatikan konsisi pasien secara menyeluruh dan saat transfer pasien menggunakan komunikasi SBAR yang dilakukan secara langsung (face to face) antar tenaga kesehatan untuk memvalidasi keadaan pasien (Laela, 2012).

F.     Komunikasi SBAR yang dapat dilakukan perawat sebelum

melakukan timbang terima diantaranya (Novita, 2017) :

1.      Menjelaskan identitas pasien, kepada tim jaga selanjutnya

2.      Menjelaskan diagnosa medis dan keperawatan pasien kepada tim jaga selanjutnya

3.      Menyampaikan permasalahan pasien dengan singkat dan jelas

4.      Menyampaikan kondisi terakhir pasien dengan singkat dan jelas

5.      Mendekati pasien dan mengklarifikasi kondisinya saat ini

6.      Melaporkan riwayat sebelumnya yang mendukung permasalahan yang sedang terjadi (pengobatan, tindakan dan pemeriksaan terakhir) secara singkat dan jelas

7.      Menyimpulkan tentang kondisi pasien saat ini

8.      Menyampaikan usul/solusi tindakan selanjutnya untuk mengatasi permasalahan yang terjadi

9.      Menjelaskan rencana perawatan selanjutnya kepada pasien

10.  Memeriksa kembali catatan keperawatan/rekam medik pasien kemudian melakukan timbang terima

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

LAPORAN PENDAHULUAN SYOK

  LAPORAN PENDAHULUAN SYOK       Diajukan untuk memenuhi tugas Program Profesi Ners angkatan XV DepartemenGawatDarurat&Kri...