LAPORAN PENDAHULUAN
“GAYA KEPEMIMPINAN”
OLEH:
Risnawati, S.Kep
NPM : 4012200021
PROGRAM STUDI PROFESI
NERS
SEKOLAH TINGGI
ILMU KESEHATAN BINA PUTERA BANJAR
Jl. Mayjen
Lili Kusumah-Sumanding
Wetan No. 33 Kota Banjar
Tlp (0265)
741100 Fax (0265) 744043
web: www.stikesbp.ac.id
LAPORAN PENDAHULUAN
GAYA KEPEMIMPINAN
1.
Pengertian Kepemimpinan
Kepemimpinan
adalah kemampuan memberi inspirasi kepada orang lain untuk bekerja sama sebagai
suatu kelompok, agar dapat mencapai suatu tujuan umum. S. Suarli dan Yanyan
Bahtiar (2007)
Hersey
dan Blanchand (1977) dalam Nursalam (2002) mengartikan kepemimpinan sebagai
suatu kegiatan yang dilakukan melalui individu dan kelompok untuk mencapai
tujuan yang telah ditetapkan.
Fleishman
(1973) dalam Nursalam (2002) mengartikan kepemimpinan sebagai suatu kegiatan
yang menggunakan proses komunikasi untuk memengaruhi kegiatan seseorang atau
kelompok ke arah pencapaian tujuan dalam situasi tertentu.
LAN
RI (1996) dalam S. Suarli dan Yanyan Bahtiar (2007) mengartikan kepemimpinan
ialah segala hal yang bersangkutan dengan pemimpin
dalam menggerakkan, membimbing dan mengarahkan orang lain agar
melaksanankan tugas dan mewujudkan sasaran yang ditetapkan.
Stogdill dalam
S. Suarli dan Yanyan Bahtiar (2007) yaitu kepemimpinan sebagai suatu
proses yang mempengaruhi aktivitas kelompok terorganisasi dalam upaya menyusun
dan mencapai tujuan. Definisi kepemimpinan dari Strogdill dapat diterapkan
dalam keperawatan.
Gardner dalam
Nursalam (2002) mendefinisikan kepemimpinan sebagai suatu proses
persuasi dan memberi contoh sehingga individu (atau pemimpin kelompok) membujuk
kelompoknya untuk mengambil tindakan yang sesuai dengan usulan pimpinan atau
usulan bersama.
Merton dalam
Nursalam (2002) menguraikan kepemimpinan sebagai suatu transaksi
masyarakat dimana seorang anggota mempengaruhi yang lainnya.
2. Wewenang
Kepemimpinan
Wewenang
Kepemimpinan yaitu hak untuk bertindak atau mempengaruhi tingkah laku orang
yang dipimpinnya. Wewenang kepemimpinan didapat dari luar diri pemimpin
itu. S. Suarli dan Yanyan Bahtiar (2007).
Secara
umum, ada dua konsep pemberian wewenang kepemimpinan dilihat dari arahnya,
yaitu dari atas dan dari bawah. Wewenang dari atas umumnya berasal dari atasan,
misalnya seorang direktur rumah sakit menunjuk seorang perawat yang dinilai
mampu untuk menjadi kepala bagian perawatan dan kemudian diberi wewenang untuk
memerintah. Cara demikian ini disebut “top-down authority”, atau
kewenangan dari atas ke bawah. S. Suarli dan Yanyan Bahtiar (2007).
Konsep
yang kedua adalah “bottom-up authority”, atau kewenangan dari
bawah ke atas, yang berdasarkan pada teori penerimaan (receptance theory).
Pada konsep ini, pemimpin dipilih oleh mereka yang akan menjadi bawahannya.
Apabila seseorang diterima sebagai pimpinan dan diberi wewenang untuk memimpin,
maka para bawahan akan menghargai wewenang tersebut. Pemimpin tersebut bisa
juga merupakan seorang wakil yang mewakili nilai-nilai yang mereka anggap
penting. Sesuai dengan teori pembinaan, para staf/bawahan mengakui bahwa
bimbingan dan dorongan dapat diperoleh dari kepemimpinan atau kewenangan
berkonsep bottom-up authority. S. Suarli dan Yanyan Bahtiar
(2007).
Meskipun
kedua konsep diatas tampaknya saling bertentangan, tetapi masing-masing
mempunyai manfaat sendiri-sendiri. Top-Down Authority diperlukan
bila tingkat koordinasi dan pengawasan layak dan perlu dicapai. Paling tidak
suatu tingkat kewenangan yang terpusat diperlukan untuk mencapai perencanaan
dan pengambilan keputusan yang diperlukan. S. Suarli dan Yanyan Bahtiar (2007).
Dalam
pandangan Bottom-Up Authority, pemimpin formal dapat
menjalankan pekerjaannya dengan efektif apabila ia mendapat dukungan dan diterima
oleh staf/bawahannya. Apabila staf/pegawai menghargai atau menaruh hormat pada
pemimpinnya, mereka akan mengikuti pimpinan dengan kooperatif dan gembira.
Dengan demikian, hubungan atasan-bawahan akan menjadi lebih erat dan harmonis.
S. Suarli dan Yanyan Bahtiar (2007).
3. Kriteria
Pemimpin
Kepemimpinan
yang efektif di RS akan terwujud apabila pemimpin menelaah dengan sistem yang
efektif. Seorang pemimpin yang efektif adalah seorang pemimpin yang dapat
mempengaruhi orang lain agar dapat bekerja sama untuk mencapai hasil yang
memuaskan bagi terjadinya perubahan yang bermanfaat. Ada beberapa kepemimpinan
yang efektif antara lain menurut : Swansburg, Russel C (2000)
1) Ruth
M. Trapper (1989), membagi menjadi 6 komponen :
a. Menentukan
tujuan yang jelas, cocok, dan bermakna bagi kelompok. Memilih pengetahuan
dan ketrampilan kepemimpinan dan dalam bidang profesinya.
b. Memiliki
kesadaran diri dan menggunakannya untuk memahami kebutuhan sendiri serta
kebutuhan orang lain.
c. Berkomunikasi
dengan jelas dan efektif.
d. Mengerahkan
energi yang cukup untuk kegiatan kepemimpinan
e. Mengambil
tindakan
2) Hellander
(1974)
Dikatakan efektif bila
pengikutnya melihat pemimpin sebagai seorang yang bersama-sama mengidentifikasi
tujuan dan menentukan alternatif kegiatan.
3) Bennis
(Lancaster dan Lancaster, 1982)
Mengidentifikasi empat
kemampuan penting bagi seorang pemimpin, yaitu :
a. Mempunyai
pengetahuan yang luas dan kompleks tentang sistem manusia ( hubungan antar
manusia ).
b. Menerapkan
pengetahuan tentang pengembangan dan pembinaan bawahan.
c. Mempunyai
kemampuan hubungan antar manusia, terutama dalam mempengaruhi orang lain.
d. Mempunyai
sekelompok nilai dan kemampuan yang memungkinkan seseorang mengenal orang lain
dengan baik.
4) Gibson
(Lancaster dan Lancaster,1982
Seorang pemimpin harus
mempertimbangkan :
a. Kewaspadaan
diri ( self awarness )
Kewaspadaan diri berarti
menyadari bagaimana seorang pemimpin mempengaruhi orang lain. Kadang seorang
pemimpin merasa ia sudah membantu orang lain, tetapi sebenarnya justru telah
menghambatnya.
b. Karakteristik
kelompok
Seorang pemimpin harus
memahami karakteristik kelompok meliputi : norma, nilai - nilai kemampuannya,
pola komunikasi, tujuan, ekspresi dan keakraban kelompok.
c. Karakteristik
individu
Pemahaman tentang
karakteristik individu juga sangat penting karena setiap individu unik dan
masing - masing mempunyai kontribusi yang berbeda.
4.
Pendekatan Kepemimpinan
Secara
umum, ada tiga pendekatan kepemimpinan untuk memimpin suatu unit organisasi,
yaitu pendekatan berdasarkan sifat (traits theory), pendekatan berdasarkan
perilaku kepemimpinan (behaviour theory), dan pendekatan berdasarkan
situasi (contingency theory). S. Suarli dan Yanyan Bahtiar (2007).
1) Berdasarkan
Sifat (traits theory)
Pendekatan kepemimpinan
berdasarkan sifat seseorang dapat dilakukan dengan cara :
a.
Membandingkan sifat-sifat dari mereka yang
menjadi pemimpin dan mereka yang bukan pemimpin.
b.
Membandingkan sifat-sifat dari pemimpin yang
efektif dan pemimpin yang tidak efektif.
Sifat-sifat pemimpin yang diharapkan dari pendekatan ini
antara lain :
a.
Selalu antusias
b.
Mengenal dirinya sendiri
c.
Waspada
d.
Mempunyai rasa percaya diri yang kuat
e.
Merasa bertanggung jawab
f.
Mempunyai rasa humor
2) Berdasarkan
Perilaku Kepemimpinan (behaviour theory)
3) Intisari
dari pendekatan kepemimpinan berdasarkan perilaku seperti di bawah ini :
a. Teori
ini menjelaskan perilaku pemimpin yang membuat seseorang menjadi pemimpin yang
efektif
b. Pemimpin
yang efektif adalah pemimpin yang menggunakan cara-cara yang dapat mewujudkan
sasarannya. Misalnya, dengan mendelegasikan tugas, mengadakan komunikasi yang
efektif, memotivasi bawahannya, dan melaksanakan kontrol.
c. Berdasarkan
Situasi (contingency theory).
Pendekatan ini membahas hubungan antara pemimpin dan
situasi. Terdapat tiga variabel situasional yang dapat membantu gaya
kepemimpinan yang efektik, yaitu :
a.
Hubungan atasan dengan bawahan
b.
Struktur tugas yang harus dikerjakan
c.
Posisi kewenangan seseorang
Pendekatan
berdasarkan situasi dapat dimanifestasikan sebagai berikut :
a.
Dapat memberi perinah yang akan dilaksanakan
b.
Menggunakan saluran yang sudah ditetapkan
c.
Menaati peraturan
d.
Disiplin
e.
Mendengarkan informasi dari bawahan
f.
Tanggap terhadap situasi
g.
Membantu bawahan.
5.
Gaya Kepemimpinan
Menurut
para ahli, terdapat gaya kepemimpinan yang dapat diterapkan dalam suatu
organisasi antara lain: Swansburg, Russel C (2000)
1) Gaya
Kepemimpinan Menurut Tannenbau dan Warrant H. Schmitdt
Menurut
kedua ahli tersebut, gaya kepemimpinan dapat dijelaskan melalui dua titik
ekstrim yaitu kepemimpinan berfokus pada atasan dan kepemimpinan berfokus pada
bawahan. Gaya tersebut dipengaruhi oleh faktor manajer, faktor karyawan dan
faktor situasi. Jika pemimpin memandang bahwa kepentingan organisasi harus
didahulukan jika dibanding kepentingan pribadi maka pemimpin akan lebih
otoriter, akan tetapi jika bawahan mempunyai pengalaman yang lebih baik dan
menginginkan partisipasi, maka pemimpin dapat menerapkan gaya partisipasinya.
2) Gaya
Kepemimpinan Menurut Likert
Likert
mengelompokkan gaya kepemimpinan dalam empat sistem yaitu:
a. Sistem
Otoriter-Eksploitati
Pemimpin
tipe ini sangat otoriter, mempunyai kepercayaan yang rendah terhadap
bawahannya, memotivasi bawahan melalui ancaman atau hukuman. Komunikasi yang
dilakukan satu arah ke bawah (top-down).
b. Sistem
Benevolent-Authoritative
Pemimpin
mempercayai bawahan sampai tingkat tertentu, memotivasi bawahan dengan ancaman
atau hukuman tetapi tidak selalu dan membolehkan komunikasi ke atas. Pemimpin
memperhatikan ide bawahan dan mendelegasikan wewenang, meskipun dalam
pengambilan keputusan masih melakukan pengawasan yang ketat.
c. Sistem
Konsultatif
Pemimpin
mempunyai kekuasaan terhadap bawahan yang cukup besar. Pemimpin menggunakan
balasan (insentif) untuk memotivasi bawahan dan kadang-kadang menggunakan
ancaman atau hukuman. Komunikasi dua arah dan menerima keputusan spesifik yang
dibuat oleh bawahan.
d. Sistem
Partisipatif
Pemimpin
mempunyai kepercayaan sepenuhnya terhadap bawahan, menggunakan insentif
ekonomi untuk memotivasi bawahan. Komunikasi dua arah dan
menjadikan bawahan sebagai kelompok kerja.
3) Gaya
Kepemimpinan Menurut Teori X dan Teori Y
Dikemukakan
oleh Douglas Mc Gregor dalam bukunya The Human Side Enterprise (1960), dia
menyebutkan bahwa perilaku seseorang dalam suatu organisasi dapat dikelompokkan
dalam dua kutub utama, yaitu sebagai Teori X dan Teori Y. Teori X mengasumsikan
bahwa bawahan itu tidak menyukai pekarjaan, kurang ambisi, tidak mempunyai
tanggung jawab, cenderung menolak perubahan, dan lebih suka dipimpin daripada
memimpin. Sebaliknya Teori Y mengasumsikan bahwa, bawahan itu senang bekerja,
bisa menerima tanggung jawab, mampu mandiri, mampu mengawasi diri, mampu
berimajinasi, dan kreatif. Dari teori ini, gaya kepemimpinan dibedakan menjadi
empat macam yaitu:
a. Gaya
Kepemimpinan Diktator
Gaya kepemimpinan yang
dilakukan dengan menimbulkan ketakutan serta menggunakan ancaman dan hukuman
merupakan bentuk dari pelaksanaan Teori X.
b. Gaya
Kepemimpinan Autokratis
Pada dasarnya kepemimpinan
ini hampir sama dengan gaya kepemimpinan diktator namun bobotnya agak kurang.
Segala keputusan berada di tangan pemimpin, pendapat dari bawahan tidak pernah
dibenarkan. Gaya ini juga merupakan pelaksanaan dari Teori X.
c. Gaya
Kepemimpinan Demokratis
Ditemukan adanya peran
serta dari bawahan dalam pengambilan keputusan yang dilakukan dengan
musyawarah. Gaya ini pada dasarnya sesuai dengan Teori Y.
d. Gaya
Kepemimpinan Santai
Peranan dari pemimpin
hampir tidak terlihat karena segala keputusan diserahkan pada bawahannya (Azwar
dalam Nursalam, 2008: 64)
4) Gaya
Kepemimpinan Menurut Robbet House
Berdasarkan Teori Motivasi
pengharapan, Robert House dalam Nursalam (2002) mengemukakan empat gaya
kepemimpinan yaitu:
a. Direktif
Pemimpin menyatakan kepada
bawahan tentang bagaimana melaksanakan suatu tugas. Gaya ini mengandung arti
bahwa pemimpin selalu berorientasi pada hasil yang dicapai oleh bawahannya.
b. Suportif
Pemimpin berusaha
mendekatkan diri kepada bawahan dan bersikap ramah terhadap bawahan.
c. Parsitipatif
Pemimpin berkonsultasi
dengan bawahan untuk mendapatkan masukan dan saran dalam rangka pengambilan
sebuah keputusan.
d. Berorientasi
Tujuan
Pemimpin menetapkan tujuan
yang menantang dan mengharapkan bawahan berusaha untuk mencapai tujuan tersebut
dengan seoptimal mungkin (Sujak dalam Nursalam, 1990)
5) Gaya
Kepemimpinan Menurut Hersey dan Blanchar:
Ciri-ciri kepemimpinan
menurut Hersey dan Blanchard (1997) meliputi:
a. Instruksi
b. Tinggi
tugas dan rendah hubungan
c. Komunikasi
sejarah
d. Pengambilan
berada pada pemimpin dan peran bawahan sangat minimal
e. Pemimpin
banyak memberikan pengarahan atau instruksi yang spesifikserta mengawasi dengan
ketat
Konsultasi
a.
Tinggi tugas dan tinggi hubungan
b.
Komunikasi dua arah
c.
Peran pemimpin dalam pemecahan masalah dan
pengambilan keputusan cukup besar
Parsitipatif
a. Tinggi
hubungan rendah tugas
b. Pemimpin
dan bawahan bersama-sama member gagasan dalam pengambilan keputusan
Delegasi
a. Rendah
hubungan dan rendah tugas
b. Komunikasi
dua arah, terjadi diskusi antara pemimpin dan bawahan dalam pemecahan masalah
serta bawahan diberi delegasi untuk mengambil keputusa
6) Gaya
Kepemimpinan Menurut Lippits dan K. White
Menurut
Lippits dan White, terdapat tiga gaya kepemimpinan yaitu otoriter, demokrasi,
liberal yang mulai dikembangkan di Unversitas Lowa.
a. Otoriter
Gaya kepemimpinan ini
memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
a) Wewenang
mutlak berada pada pimpinan
b) Keputusan
selalu dibuat oleh pimpinan
c) Kebijaksanaan
selalu dibuat oleh pimpinan
d) Komunikasi
berlangsung satu arah dari pimpinan kepada bawahan
e) Pengawasan
terhadap sikap, tingkah laku, perbuatan atau kegiatan para bawahan dilakukan
secara ketat
f) Prakarsa
harus selalu berasal dari pimpinan
g) Tidak
ada kesempatan bagi bawahan untuk memberikan saran, pertimbangan atau pendapat
h) Tugas-tugas
dari bawahan diberikan secara instruktif
i)
Lebih banyak kritik daripada pujian
j)
Pimpinan menuntut prestasi sempurna dari
bawahan tanpa syarat
k) Pimpinan
menuntut kesetiaan tanpa syarat
l)
Cenderung adanya paksaan, ancaman dan hukuman
m) Kasar
dalam bersikap
n) Tanggung
jawab dalam keberhasilan organisasi hanya dipikul oleh pimpinan
b. Demokrati
Kepemimpinan gaya
demokratis adalah kemampuan dalam mempengaruhi orang lain agar besedia bekerja
sama untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan, berbagai kegiatan yang akan
dilakukan ditentukan bersama antara pimpinan dan bawahan.
Gaya
kepemimpinan ini memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
a) Wewenang
pimpinan tidak mutlak
b) Pimpinan
bersedia melimpahkan sebagian wewenang kepada bawahan
c) Keputusan
dibuat bersama antara pimpinan dan bawahan
d) Komunikasi
berlangsung timbal balik
e) Pengawasan
dilakukan secara wajar
f) Prakarsa
datang dari bawahan
g) Banyak
kesempatan dari bawahan untuk menyampaikan saran dan pertimbangan
h) Tugas-tugas
dari bawahan diberikan dengan lebih bersifat permintaan daripada instruktif
i)
Pujian dan kritik seimbang
j)
Pimpinan mendorong prestasi sempurna para
bawahan dalam batas masing-masing
k) Pimpinan
kesetiaan bawahan secara wajar
l)
Pimpinan memperhatikan perasaan dalam
bersikap dan bertindak
m) Tercipta
suasana saling percaya saling hormat menghormati, dan saling menghargai
n) Tanggung
jawab keberhasilan organisasi ditanggung secara bersama-sama
c. Liberal
atau Laissez Faire
Kepemimpinan gaya liberal
atau Laisssez Faire adalah kemampuan mempengaruhi orang lain agar bersedia
bekerja sama untuk mencapai tujuan dengan cara berbagai kegiatan dan
pelaksanaanya dilakukan lebih banyak diserahkan kepada bawahan.
Gaya kepemimpinan ini
bercirikan sebagai berikut:
a. Pemimpin
melimpahkan wewenang sepenuhnya kepada bawahan
b. Keputusan
lebih banyak dibuat oleh bawahan
c. Kebijaksanaan
lebih banyak dibuat oleh bawahan
d. Pimpinan
hanya berkomunikasi apabila diperlukan oleh bawahan
e. Hampir
tiada pengawasan terhadap tingkah laku
f. Prakarsa
selalu berasal dari bawahan
g. Hampir
tiada pengarahan dari pimpinan
h. Peranan
pimpinan sangat sedikit dalam kegiatan kelompok
i.
Kepentingan pribadi lebih penting dari
kepentingan kelompok
j.
Tanggung jawab keberhasilan organisasi
dipikul oleh perseorangan
7) Gaya
Kepemimpinan Berdasarkan Kekuasaan dan Wewenang
Menurut
Gillies (1996), gaya kepemimpinan berdasarkan wewenang dan kekuasaan dibedakan
menjadi empat yaitu:
a. Otoriter
Merupakan
kepemimpinan yang berorientasi pada tugas atau pekarjaan. Menggunakan kekuasaan
posisi dan kekuatan dalam memimpin. Pemimpin menentukan semua tujuan yang akan
dicapai dalam pengambilan keputusan. Informasi yang diberikan hanya pada
kepentiungan tugas. Motivasi dengan reward dan punishment.
b. Demokratis
Merupakan kepemimpinan yang
menghargai sifat dan kemampuan setiap staf. Menggunakan kekuatan posisi dan
pribadinya untuk mendorong ide dari staf, memotivasi kelompok untuk menentukan
tujuan sendiri. Membuat rencana dan pengontrolan dalam penerapannya. Informasi
diberikan seluas-luasnya dan terbuka.
c. Partisipatif
Merupakan gabungan antara
otoriter dan demokratis, yaitu pemimpin yang menyampaikan hasil analisis
masalah dan kemudian mengusulkan tindakan tersebut pada bawahannya. Staf
dimintai saran dan kritiknya serta mempertimbangkan respon staf terhadap usulannya,
dan keputusan akhir ada pada kelompok.
d. Bebas
TindaMerupakan pimpinan ofisial, karyawan menentukan sendiri kegiatan tanpa
pengarahan, supervisi dan koordinasi. Staf/bawahan mengevaluasi pekarjaan
sesuai dengan caranya sendiri. Pimpinan hanya sebagai sumber informasi dan
pengendalian secara minimal.
6. Tugas
Kepemimpinan dalam Keperawatan
Tugas
penting seorang pemimpin di ruang rawat adalah: Swansburg, Russel C (2000)
1) Selalu
siap menghadapi setiap perubahan. Setiap pemimpin di ruang rawat harus mampu bersikap
proaktif dalam setiap perubahan yang terjadi, berperan dalam setiap aspek
kehidupan berorganisasi, serta mengkaji setiap kemungkinan untuk mengembangkan
sesuatu yang baru serta mampu menanggapi setiap kesempatan sebagai suatu
tantangan yang dapat menghasilkan.
2) Mengatasi
konflik yang terjadi sebagai dampak dari kegiatan, kebijakan, ataupun hubungan
yang terkait dengan atasan, bawahan atau pasien dan keluarganya.
3) Meningkatkan
dinamika kelompok diantara bawahan sebagai upaya pemimpin untuk memotivasi bawahan
4) Meningkatkan
komunikasi dengan atasan, bawahan, rekan sejawat dan konsumen lainnya.
Keterbukaan dalam berkomunikasi akan dapat memperlancar proses pelaksanaan
kegiatan sehingga akan mempermudah pencapaian tujuan.
5) Melatih
kekuasaan dan kewenangan yang dimiliki dengan menerapkan berbagai cara untuk
membuktikan bahwa kekuasaan dan kewenangan itu masih dapat dihargai oleh
bawahan.
6) Menggunakan
aspek politik untuk mempengaruhi orang lain, dalam rangka memperlancar
pencapaian tujuan.
7) Menatalaksanakan
waktu dengan baik. Penatalaksanaan waktu yang baik mencerminkan pemanfaatan
sumber-sumber yang tersedia digunakan dengan baik pula sehingga produktivitas
kerja menjadi meningkat.
7.
Penerapan Kepemimpinan dalam Keperawatan
Pemberian
pelayanan dan asuhan keperawatan merupakan suatu kegiatan yang kompleks dan
melibatkan berbagai individu. Agar tujuan keperawatan tercapai diperlukan
berbagai kegiatan dalam menerapkan keterampilan kepemimpinan. Menurut Kron,
kegiatan tersebut meliputi : Swansburg, Russel C (2000)
1)
Perencanaan dan Pengorganisasian
Pekerjaan
dalam suatu ruangan hendaknya direncanakan dan diorganisasikan. Semua kegiatan
dikoordinasikan sehingga dapat dikerjakan pada waktu yang tepat dan dengan cara
yang benar. Sebagai seorang kepala ruangan perlu membuat suatu perencanaan
kegiatan di ruangan.
2)
Membuat Penugasan dan Memberi Penghargaan
Setelah
membuat penugasan, perlu diberikan pengarahan kepada para perawat tentang
kegiatan-kegiatan yang akan dilakukan secara singkat dan jelas. Dalam memberi
pengarahan, seorang pemimpin harus mampu membuat seseorang memahami apa yang
diarahkan dan juga mempunyai tanggung jawab untuk melihat apakah pekerjaan
tersebut dikerjakan dengan benar.
3)
Pemberian bimbingan
Bimbingan
merupakan unsur yang penting dalam keperawatan. Bimbingan berarti menunjukkan
cara menggunakan berbagai metode mengajar dan konseling. Bimbingan yang
diberikan meliputi pengetahuan dan keterampilan dalam keperawatan. Hal ini akan
membantu bawahan dalam melakukan tugas mereka sehingga dapat memberikan
kepuasan bagi perawat dan klien.
4)
Medorong Kerjasama dan Partisipasi
Kerjasama
diantara perawat perlu ditingkatkan dalam melaksanakan keperawatan. Seorang
pemimpin perlu menyadari bahwa bawahan bekerjasama dengan pemimpin bukan untuk
atau dibawah pimpinan. Kerjasama dapat ditingkatkan melalui suasana demokrasi
dimana setiap individu/perawat mengetahui apa yang diharapkan dari mereka, dan
mereka mendapat pujian serta kritik yang membangun. Bawahan perlu mengetahui
bahwa pemimpin mempercayai kemampuan mereka. Hubungan antar manusia yanng baik
dapat meningkatkan kerjasama. Disamping itu setiap individu dalam kelompok
diusahakan untuk berpartisipasi. Hal ini akan membuat setiap perawat merasa
dihargai termasuk bagi mereka yang sering menarik diri atau yang pasif. Partisipasi
setiap perawat dapat berbeda-beda, tergantung kemampuan mereka.
5)
Kegiatan Koordinasi
Pengkoordinasian
kegiatan dalam suatu ruangan merupakan bagian yang penting dalam kepemimpinan
keperawatan. Seorang pemimpin perlu mengusahakan agar setiap perawat mengetahui
kegiatan-kegiatan yang dilakukan dalam suatu ruangan. Hal lain yang perlu
dilakukan adalah melaporkan kepada atasan langsung tentang pencapaian kerja
bawahan. Agar dapat melakukan koordinasi dengan efektif, diperlukan suatu
perencanaan yang baik dan penggunaan kemampuan setiap individu dan
sumber-sumber yang ada.
6)
Evaluasi Hasil Penampilan Kerja
Evaluasi
hasil penampilan kerja dilakukan melalui pengamatan terhadap staf dan pekerjaan
mereka. Evaluasi merupakan proses berkelanjutan untuk menganalisa kekurangan
dan kelebihan staf sehingga dapat mendorong mereka mempertahankan pekerjaan
yang baik dan memperbaiki kekuranngan yang ada. Agar seorang pemimpin dapat
menganalisa perawat lain secara efektif, ia juga harus dapat menilai diri
sendiri sebagai seorang perawat dan seorang pemimpin secara jujur.
Melalui
kegiatan-kegiatan ini diharapkan seorang kepala ruangan dapat melakukan
tanggung jawabnya sebagai manajer dan pemimpin yang efektif. Dalam melaksanakan
pelayanan dan asuhan keperawatan, kepala ruangan sebagai seorang pemimpin
bertanggung jawab dalam :
a. Membantu
perawat lain mencapai tujuan yang ditentukan
b. Mengarahkan
kegiatan-kegiatan keperawatan
c. Tanggungjawab
atas tindakan keperawatan yang dilakukan
d. Pelaksanaan
keperawatan berdasarkan standar
e. Penyelesaian
pekerjaan dengan benar
f. Pencapaian
tujuan keperawatan
g. Kesejahteraan
bawahan
h. Memotivasi
bawahan
DAFTAR PUSTAKA
C. Swansburg, Russel. 2000. Pengantar
Kepemimpinan dan Manajemen Keperawatan untuk Perawat Klinis. (Samba
Suharyati, et.al, Penerj.) Jakarta: EGC
C. Swansburg, Russel. 2001. Pengembangan Staf Keperawatan. (Waluyo
Agung, et.al, Penerj.) Jakarta: EGC
Kuntoro,Agus.2010.Buku
Ajar Manajemen Keeperawatan. Yogyakarta:Muha Medika
L. La Monica, Elaine. 1998. Kepemimpinan Dan
Manajemen Keperawatan. (Nurachman Elly, et.al, Penerj.) Jakarta:
EGC.
Nursalam. 2002. Manajemen Keperawatan
: penerapan dalam praktik keperawatan profesional. Jakarta : Salemba Medika
S. Suarli, Yanyan Bahtiar.
2009. Manajemen Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika
Tidak ada komentar:
Posting Komentar