Rabu, 07 Oktober 2020

LAPORAN PENDAHULUAN “GAYA KEPEMIMPINAN”

 

LAPORAN PENDAHULUAN

                                                         

“GAYA KEPEMIMPINAN”

  

 



 

 

OLEH:

 

 

Risnawati, S.Kep

NPM : 4012200021

 

 

PROGRAM STUDI PROFESI NERS

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BINA PUTERA BANJAR

 

Jl. Mayjen Lili Kusumah-Sumanding Wetan No. 33 Kota Banjar

Tlp (0265) 741100 Fax (0265) 744043

web: www.stikesbp.ac.id

 

 

 

 

 

 

 

LAPORAN PENDAHULUAN

GAYA KEPEMIMPINAN

 

1.      Pengertian Kepemimpinan

          Kepemimpinan adalah kemampuan memberi inspirasi kepada orang lain untuk bekerja sama sebagai suatu kelompok, agar dapat mencapai suatu tujuan umum. S. Suarli dan Yanyan Bahtiar (2007)

          Hersey dan Blanchand (1977) dalam Nursalam (2002) mengartikan kepemimpinan sebagai suatu kegiatan yang dilakukan melalui individu dan kelompok untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

          Fleishman (1973) dalam Nursalam (2002) mengartikan kepemimpinan sebagai suatu kegiatan yang menggunakan proses komunikasi untuk memengaruhi kegiatan seseorang atau kelompok ke arah pencapaian tujuan dalam situasi tertentu.

          LAN RI (1996) dalam S. Suarli dan Yanyan Bahtiar (2007) mengartikan kepemimpinan ialah segala hal yang bersangkutan dengan pemimpin dalam  menggerakkan, membimbing dan mengarahkan orang lain agar melaksanankan  tugas dan mewujudkan sasaran yang ditetapkan.

          Stogdill dalam S. Suarli dan Yanyan Bahtiar (2007) yaitu kepemimpinan sebagai suatu proses yang mempengaruhi aktivitas kelompok terorganisasi dalam upaya menyusun dan mencapai tujuan. Definisi kepemimpinan dari Strogdill dapat diterapkan dalam keperawatan.

          Gardner dalam Nursalam (2002)  mendefinisikan kepemimpinan sebagai suatu proses persuasi dan memberi contoh sehingga individu (atau pemimpin kelompok) membujuk kelompoknya untuk mengambil tindakan yang sesuai dengan usulan pimpinan atau usulan bersama.

          Merton dalam Nursalam (2002) menguraikan kepemimpinan sebagai suatu transaksi masyarakat dimana seorang anggota mempengaruhi yang lainnya.

 

2.      Wewenang Kepemimpinan

Wewenang Kepemimpinan yaitu hak untuk bertindak atau mempengaruhi tingkah laku orang yang dipimpinnya. Wewenang kepemimpinan didapat dari luar diri pemimpin itu. S. Suarli dan Yanyan Bahtiar (2007).

Secara umum, ada dua konsep pemberian wewenang kepemimpinan dilihat dari arahnya, yaitu dari atas dan dari bawah. Wewenang dari atas umumnya berasal dari atasan, misalnya seorang direktur rumah sakit menunjuk seorang perawat yang dinilai mampu untuk menjadi kepala bagian perawatan dan kemudian diberi wewenang untuk memerintah. Cara demikian ini disebut “top-down authority”, atau kewenangan dari atas ke bawah. S. Suarli dan Yanyan Bahtiar (2007).

Konsep yang kedua adalah “bottom-up authority”, atau kewenangan dari bawah ke atas, yang berdasarkan pada teori penerimaan (receptance theory). Pada konsep ini, pemimpin dipilih oleh mereka yang akan menjadi bawahannya. Apabila seseorang diterima sebagai pimpinan dan diberi wewenang untuk memimpin, maka para bawahan akan menghargai wewenang tersebut. Pemimpin tersebut bisa juga merupakan seorang wakil yang mewakili nilai-nilai yang mereka anggap penting. Sesuai dengan teori pembinaan, para staf/bawahan mengakui bahwa bimbingan dan dorongan dapat diperoleh dari kepemimpinan atau kewenangan berkonsep bottom-up authority. S. Suarli dan Yanyan Bahtiar (2007).

Meskipun kedua konsep diatas tampaknya saling bertentangan, tetapi masing-masing mempunyai manfaat sendiri-sendiri. Top-Down Authority diperlukan bila tingkat koordinasi dan pengawasan layak dan perlu dicapai. Paling tidak suatu tingkat kewenangan yang terpusat diperlukan untuk mencapai perencanaan dan pengambilan keputusan yang diperlukan. S. Suarli dan Yanyan Bahtiar (2007).

Dalam pandangan Bottom-Up Authority, pemimpin formal dapat menjalankan pekerjaannya dengan efektif apabila ia mendapat dukungan dan diterima oleh staf/bawahannya. Apabila staf/pegawai menghargai atau menaruh hormat pada pemimpinnya, mereka akan mengikuti pimpinan dengan kooperatif dan gembira. Dengan demikian, hubungan atasan-bawahan akan menjadi lebih erat dan harmonis. S. Suarli dan Yanyan Bahtiar (2007).

 

3.      Kriteria Pemimpin

Kepemimpinan yang efektif di RS akan terwujud apabila pemimpin menelaah dengan sistem yang efektif. Seorang pemimpin yang efektif adalah seorang pemimpin yang dapat mempengaruhi orang lain agar dapat bekerja sama untuk mencapai hasil yang  memuaskan bagi terjadinya perubahan yang bermanfaat. Ada beberapa kepemimpinan yang efektif antara lain menurut : Swansburg, Russel C (2000)

1)      Ruth M. Trapper (1989), membagi menjadi 6 komponen :

a.       Menentukan tujuan yang jelas, cocok, dan bermakna bagi kelompok. Memilih  pengetahuan dan ketrampilan kepemimpinan dan dalam bidang profesinya.

b.      Memiliki kesadaran diri dan menggunakannya untuk memahami kebutuhan sendiri serta kebutuhan orang lain.

c.       Berkomunikasi dengan jelas dan efektif.

d.      Mengerahkan energi yang cukup untuk kegiatan kepemimpinan

e.       Mengambil tindakan

2)      Hellander (1974)

Dikatakan efektif bila pengikutnya melihat pemimpin sebagai seorang yang bersama-sama mengidentifikasi tujuan dan menentukan alternatif kegiatan.

3)      Bennis (Lancaster dan Lancaster, 1982)

Mengidentifikasi empat kemampuan penting bagi seorang pemimpin, yaitu :

a.       Mempunyai pengetahuan yang luas dan kompleks tentang sistem manusia ( hubungan antar manusia ).

b.      Menerapkan pengetahuan tentang pengembangan dan pembinaan bawahan.

c.       Mempunyai kemampuan hubungan antar manusia, terutama dalam mempengaruhi orang lain.

d.      Mempunyai sekelompok nilai dan kemampuan yang memungkinkan seseorang mengenal orang lain dengan baik.

4)      Gibson (Lancaster dan Lancaster,1982

Seorang pemimpin harus mempertimbangkan :

a.       Kewaspadaan diri ( self awarness )

Kewaspadaan diri berarti menyadari bagaimana seorang pemimpin mempengaruhi orang lain. Kadang seorang pemimpin merasa ia sudah membantu orang lain, tetapi sebenarnya justru telah menghambatnya.

b.      Karakteristik kelompok

Seorang pemimpin harus memahami karakteristik kelompok meliputi : norma, nilai - nilai kemampuannya, pola komunikasi, tujuan, ekspresi dan keakraban kelompok.

c.       Karakteristik individu

Pemahaman tentang karakteristik individu juga sangat penting karena setiap individu unik dan masing - masing mempunyai kontribusi yang berbeda.

 

4.      Pendekatan Kepemimpinan

Secara umum, ada tiga pendekatan kepemimpinan untuk memimpin suatu unit organisasi, yaitu pendekatan berdasarkan sifat (traits theory), pendekatan berdasarkan perilaku kepemimpinan (behaviour theory), dan pendekatan berdasarkan situasi (contingency theory). S. Suarli dan Yanyan Bahtiar (2007).

 

1)      Berdasarkan Sifat (traits theory)

Pendekatan kepemimpinan berdasarkan sifat seseorang dapat dilakukan dengan cara :

a.       Membandingkan sifat-sifat dari mereka yang menjadi pemimpin dan mereka yang bukan pemimpin.

b.      Membandingkan sifat-sifat dari pemimpin yang efektif dan pemimpin yang tidak efektif.

Sifat-sifat pemimpin yang diharapkan dari pendekatan ini antara lain :

a.       Selalu antusias

b.      Mengenal dirinya sendiri

c.       Waspada

d.      Mempunyai rasa percaya diri yang kuat

e.       Merasa bertanggung jawab

f.       Mempunyai rasa humor

2)      Berdasarkan Perilaku Kepemimpinan (behaviour theory)

3)      Intisari dari pendekatan kepemimpinan berdasarkan perilaku seperti di bawah ini :

a.       Teori ini menjelaskan perilaku pemimpin yang membuat seseorang menjadi pemimpin yang efektif

b.      Pemimpin yang efektif adalah pemimpin yang menggunakan cara-cara yang dapat mewujudkan sasarannya. Misalnya, dengan mendelegasikan tugas, mengadakan komunikasi yang efektif, memotivasi bawahannya, dan melaksanakan kontrol.

c.       Berdasarkan Situasi (contingency theory).

Pendekatan ini membahas hubungan antara pemimpin dan situasi. Terdapat tiga variabel situasional yang dapat membantu gaya kepemimpinan yang efektik, yaitu :

a.       Hubungan atasan dengan bawahan

b.      Struktur tugas yang harus dikerjakan

c.       Posisi kewenangan seseorang

Pendekatan berdasarkan situasi dapat dimanifestasikan sebagai berikut :

a.       Dapat memberi perinah yang akan dilaksanakan

b.      Menggunakan saluran yang sudah ditetapkan

c.       Menaati peraturan

d.      Disiplin

e.       Mendengarkan informasi dari bawahan

f.       Tanggap terhadap situasi

g.      Membantu bawahan.

 

5.      Gaya Kepemimpinan

Menurut para ahli, terdapat gaya kepemimpinan yang dapat diterapkan dalam suatu organisasi antara lain: Swansburg, Russel C (2000)

1)      Gaya Kepemimpinan Menurut Tannenbau dan Warrant H. Schmitdt

Menurut kedua ahli tersebut, gaya kepemimpinan dapat dijelaskan melalui dua titik ekstrim yaitu kepemimpinan berfokus pada atasan dan kepemimpinan berfokus pada bawahan. Gaya tersebut dipengaruhi oleh faktor manajer, faktor karyawan dan faktor situasi. Jika pemimpin memandang bahwa kepentingan organisasi harus didahulukan jika dibanding kepentingan pribadi maka pemimpin akan lebih otoriter, akan tetapi jika bawahan mempunyai pengalaman yang lebih baik dan menginginkan partisipasi, maka pemimpin dapat menerapkan gaya partisipasinya.

2)      Gaya Kepemimpinan Menurut Likert

Likert mengelompokkan gaya kepemimpinan dalam empat sistem yaitu:

a.       Sistem Otoriter-Eksploitati

Pemimpin tipe ini sangat otoriter, mempunyai kepercayaan yang rendah terhadap bawahannya, memotivasi bawahan melalui ancaman atau hukuman. Komunikasi yang dilakukan satu arah ke bawah (top-down).

b.      Sistem Benevolent-Authoritative

Pemimpin mempercayai bawahan sampai tingkat tertentu, memotivasi bawahan dengan ancaman atau hukuman tetapi tidak selalu dan membolehkan komunikasi ke atas. Pemimpin memperhatikan ide bawahan dan mendelegasikan wewenang, meskipun dalam pengambilan keputusan masih melakukan pengawasan yang ketat.

c.       Sistem Konsultatif

Pemimpin mempunyai kekuasaan terhadap bawahan yang cukup besar. Pemimpin menggunakan balasan (insentif) untuk memotivasi bawahan dan kadang-kadang menggunakan ancaman atau hukuman. Komunikasi dua arah dan menerima keputusan spesifik yang dibuat oleh bawahan.

d.      Sistem Partisipatif

Pemimpin mempunyai kepercayaan sepenuhnya terhadap bawahan, menggunakan insentif  ekonomi untuk  memotivasi bawahan. Komunikasi dua arah dan menjadikan bawahan sebagai kelompok kerja.

 

3)      Gaya Kepemimpinan Menurut Teori X dan Teori Y

Dikemukakan oleh Douglas Mc Gregor dalam bukunya The Human Side Enterprise (1960), dia menyebutkan bahwa perilaku seseorang dalam suatu organisasi dapat dikelompokkan dalam dua kutub utama, yaitu sebagai Teori X dan Teori Y. Teori X mengasumsikan bahwa bawahan itu tidak menyukai pekarjaan, kurang ambisi, tidak mempunyai tanggung jawab, cenderung menolak perubahan, dan lebih suka dipimpin daripada memimpin. Sebaliknya Teori Y mengasumsikan bahwa, bawahan itu senang bekerja, bisa menerima tanggung jawab, mampu mandiri, mampu mengawasi diri, mampu berimajinasi, dan kreatif. Dari teori ini, gaya kepemimpinan dibedakan menjadi empat macam yaitu:

a.       Gaya Kepemimpinan Diktator

Gaya kepemimpinan yang dilakukan dengan menimbulkan ketakutan serta menggunakan ancaman dan hukuman merupakan bentuk dari pelaksanaan Teori X.

b.      Gaya Kepemimpinan Autokratis

Pada dasarnya kepemimpinan ini hampir sama dengan gaya kepemimpinan diktator namun bobotnya agak kurang. Segala keputusan berada di tangan pemimpin, pendapat dari bawahan tidak pernah dibenarkan. Gaya ini juga merupakan pelaksanaan dari Teori X.

c.       Gaya Kepemimpinan Demokratis

Ditemukan adanya peran serta dari bawahan dalam pengambilan keputusan yang dilakukan dengan musyawarah. Gaya ini pada  dasarnya sesuai dengan Teori Y.

 

d.      Gaya Kepemimpinan Santai

Peranan dari pemimpin hampir tidak terlihat karena segala keputusan diserahkan pada bawahannya (Azwar dalam Nursalam, 2008: 64)

4)      Gaya Kepemimpinan Menurut Robbet House

Berdasarkan Teori Motivasi pengharapan, Robert House dalam Nursalam (2002) mengemukakan empat gaya kepemimpinan yaitu:

a.       Direktif

Pemimpin menyatakan kepada bawahan tentang bagaimana melaksanakan suatu tugas. Gaya ini mengandung arti bahwa pemimpin selalu berorientasi pada hasil yang dicapai oleh bawahannya.

b.      Suportif

Pemimpin berusaha mendekatkan diri kepada bawahan dan bersikap ramah terhadap bawahan.

c.       Parsitipatif

Pemimpin berkonsultasi dengan bawahan untuk mendapatkan masukan dan saran dalam rangka pengambilan sebuah keputusan.

d.      Berorientasi Tujuan

Pemimpin menetapkan tujuan yang menantang dan mengharapkan bawahan berusaha untuk mencapai tujuan tersebut dengan seoptimal mungkin (Sujak dalam Nursalam, 1990)

5)      Gaya Kepemimpinan Menurut Hersey dan Blanchar:

Ciri-ciri kepemimpinan menurut Hersey dan Blanchard (1997) meliputi:

a.       Instruksi

b.      Tinggi tugas dan rendah hubungan

c.       Komunikasi sejarah

d.      Pengambilan berada pada pemimpin dan peran bawahan sangat minimal

e.       Pemimpin banyak memberikan pengarahan atau instruksi yang spesifikserta mengawasi dengan ketat

Konsultasi

a.       Tinggi tugas dan tinggi hubungan

b.      Komunikasi dua arah

c.       Peran pemimpin dalam pemecahan masalah dan pengambilan keputusan cukup besar

Parsitipatif

a.       Tinggi hubungan rendah tugas

b.      Pemimpin dan bawahan bersama-sama member gagasan dalam pengambilan keputusan

Delegasi

a.       Rendah hubungan dan rendah tugas

b.      Komunikasi dua arah, terjadi diskusi antara pemimpin dan bawahan dalam pemecahan masalah serta bawahan diberi delegasi untuk mengambil keputusa

6)      Gaya Kepemimpinan Menurut Lippits dan K. White

Menurut Lippits dan White, terdapat tiga gaya kepemimpinan yaitu otoriter, demokrasi, liberal yang mulai dikembangkan di Unversitas Lowa.

a.       Otoriter

Gaya kepemimpinan ini memiliki ciri-ciri sebagai berikut:

a)      Wewenang mutlak berada pada pimpinan

b)      Keputusan selalu dibuat oleh pimpinan

c)      Kebijaksanaan selalu dibuat oleh pimpinan

d)     Komunikasi berlangsung satu arah dari pimpinan kepada bawahan

e)      Pengawasan terhadap sikap, tingkah laku, perbuatan atau kegiatan para bawahan dilakukan secara ketat

f)       Prakarsa harus selalu berasal dari pimpinan

g)      Tidak ada kesempatan bagi bawahan untuk memberikan saran, pertimbangan atau pendapat

h)      Tugas-tugas dari bawahan diberikan secara instruktif

i)        Lebih banyak kritik daripada pujian

j)        Pimpinan menuntut prestasi sempurna dari bawahan tanpa syarat

k)      Pimpinan menuntut kesetiaan tanpa syarat

l)        Cenderung adanya paksaan, ancaman dan hukuman

m)    Kasar dalam bersikap

n)      Tanggung jawab dalam keberhasilan organisasi hanya dipikul oleh pimpinan

b.      Demokrati

Kepemimpinan gaya demokratis adalah kemampuan dalam mempengaruhi orang lain agar besedia bekerja sama untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan, berbagai kegiatan yang akan dilakukan ditentukan bersama antara pimpinan dan bawahan.

Gaya kepemimpinan ini memiliki ciri-ciri sebagai berikut:

a)      Wewenang pimpinan tidak mutlak

b)      Pimpinan bersedia melimpahkan sebagian wewenang kepada bawahan

c)      Keputusan dibuat bersama antara pimpinan dan bawahan

d)     Komunikasi berlangsung timbal balik

e)      Pengawasan dilakukan secara wajar

f)       Prakarsa datang dari bawahan

g)      Banyak kesempatan dari bawahan untuk menyampaikan saran dan pertimbangan

h)      Tugas-tugas dari bawahan diberikan dengan lebih bersifat permintaan daripada instruktif

i)        Pujian dan kritik seimbang

j)        Pimpinan mendorong prestasi sempurna para bawahan dalam batas masing-masing

k)      Pimpinan kesetiaan bawahan secara wajar

l)        Pimpinan memperhatikan perasaan dalam bersikap dan bertindak

m)    Tercipta suasana saling percaya saling hormat menghormati, dan saling menghargai

n)      Tanggung jawab keberhasilan organisasi ditanggung secara bersama-sama

c.       Liberal atau Laissez Faire

Kepemimpinan gaya liberal atau Laisssez Faire adalah kemampuan mempengaruhi orang lain agar bersedia bekerja sama untuk mencapai tujuan dengan cara berbagai kegiatan dan pelaksanaanya dilakukan lebih banyak diserahkan kepada bawahan.

Gaya kepemimpinan ini bercirikan sebagai berikut:

a.       Pemimpin melimpahkan wewenang sepenuhnya kepada bawahan

b.      Keputusan lebih banyak dibuat oleh bawahan

c.       Kebijaksanaan lebih banyak dibuat oleh bawahan

d.      Pimpinan hanya berkomunikasi apabila diperlukan oleh bawahan

e.       Hampir tiada pengawasan terhadap tingkah laku

f.       Prakarsa selalu berasal dari bawahan

g.      Hampir tiada pengarahan dari pimpinan

h.      Peranan pimpinan sangat sedikit dalam kegiatan kelompok

i.        Kepentingan pribadi lebih penting dari kepentingan kelompok

j.        Tanggung jawab keberhasilan organisasi dipikul oleh perseorangan

7)      Gaya Kepemimpinan Berdasarkan Kekuasaan dan Wewenang

Menurut Gillies (1996), gaya kepemimpinan berdasarkan wewenang dan kekuasaan dibedakan menjadi empat yaitu:

a.       Otoriter

Merupakan kepemimpinan yang berorientasi pada tugas atau pekarjaan. Menggunakan kekuasaan posisi dan kekuatan dalam memimpin. Pemimpin menentukan semua tujuan yang akan dicapai dalam pengambilan keputusan. Informasi yang diberikan hanya pada kepentiungan tugas. Motivasi dengan reward dan punishment.

b.      Demokratis

Merupakan kepemimpinan yang menghargai sifat dan kemampuan setiap staf. Menggunakan kekuatan posisi dan pribadinya untuk mendorong ide dari staf, memotivasi kelompok untuk menentukan tujuan sendiri. Membuat rencana dan pengontrolan dalam penerapannya. Informasi diberikan seluas-luasnya dan terbuka.

c.       Partisipatif

Merupakan gabungan antara otoriter dan demokratis, yaitu pemimpin yang menyampaikan hasil analisis masalah dan kemudian mengusulkan tindakan tersebut pada bawahannya. Staf dimintai saran dan kritiknya serta mempertimbangkan respon staf terhadap usulannya, dan keputusan akhir ada pada kelompok.

d.      Bebas TindaMerupakan pimpinan ofisial, karyawan menentukan sendiri kegiatan tanpa pengarahan, supervisi dan koordinasi. Staf/bawahan mengevaluasi pekarjaan sesuai dengan caranya sendiri. Pimpinan hanya sebagai sumber informasi dan pengendalian secara minimal.

 

6.      Tugas Kepemimpinan dalam Keperawatan

Tugas penting seorang pemimpin di ruang rawat adalah: Swansburg, Russel C (2000)

1)      Selalu siap menghadapi setiap perubahan. Setiap pemimpin di ruang rawat harus mampu bersikap proaktif dalam setiap perubahan yang terjadi, berperan dalam setiap aspek kehidupan berorganisasi, serta mengkaji setiap kemungkinan untuk mengembangkan sesuatu yang baru serta mampu menanggapi setiap kesempatan sebagai suatu tantangan yang dapat menghasilkan.

2)      Mengatasi konflik yang terjadi sebagai dampak dari kegiatan, kebijakan, ataupun hubungan yang terkait dengan atasan, bawahan atau pasien dan keluarganya.

3)      Meningkatkan dinamika kelompok diantara bawahan sebagai upaya pemimpin untuk memotivasi bawahan

4)      Meningkatkan komunikasi dengan atasan, bawahan, rekan sejawat dan konsumen lainnya. Keterbukaan dalam berkomunikasi akan dapat memperlancar proses pelaksanaan kegiatan sehingga akan mempermudah pencapaian tujuan.

5)      Melatih kekuasaan dan kewenangan yang dimiliki dengan menerapkan berbagai cara untuk membuktikan bahwa kekuasaan dan kewenangan itu masih dapat dihargai oleh bawahan.

6)      Menggunakan aspek politik untuk mempengaruhi orang lain, dalam rangka memperlancar pencapaian tujuan.

7)      Menatalaksanakan waktu dengan baik. Penatalaksanaan waktu yang baik mencerminkan pemanfaatan sumber-sumber yang tersedia digunakan dengan baik pula sehingga produktivitas kerja menjadi meningkat.

 

 

7.      Penerapan Kepemimpinan dalam Keperawatan

Pemberian pelayanan dan asuhan keperawatan merupakan suatu kegiatan yang kompleks dan melibatkan berbagai individu. Agar tujuan keperawatan tercapai diperlukan berbagai kegiatan dalam menerapkan keterampilan kepemimpinan. Menurut Kron, kegiatan tersebut meliputi : Swansburg, Russel C (2000)

1)      Perencanaan dan Pengorganisasian

Pekerjaan dalam suatu ruangan hendaknya direncanakan dan diorganisasikan. Semua kegiatan dikoordinasikan sehingga dapat dikerjakan pada waktu yang tepat dan dengan cara yang benar. Sebagai seorang kepala ruangan perlu membuat suatu perencanaan kegiatan di ruangan.

2)      Membuat Penugasan dan Memberi Penghargaan

Setelah membuat penugasan, perlu diberikan pengarahan kepada para perawat tentang kegiatan-kegiatan yang akan dilakukan secara singkat dan jelas. Dalam memberi pengarahan, seorang pemimpin harus mampu membuat seseorang memahami apa yang diarahkan dan juga mempunyai tanggung jawab untuk melihat apakah pekerjaan tersebut dikerjakan dengan benar.

3)      Pemberian bimbingan

Bimbingan merupakan unsur yang penting dalam keperawatan. Bimbingan berarti menunjukkan cara menggunakan berbagai metode mengajar dan konseling. Bimbingan yang diberikan meliputi pengetahuan dan keterampilan dalam keperawatan. Hal ini akan membantu bawahan dalam melakukan tugas mereka sehingga dapat memberikan kepuasan bagi perawat dan klien.

4)      Medorong Kerjasama dan Partisipasi

Kerjasama diantara perawat perlu ditingkatkan dalam melaksanakan keperawatan. Seorang pemimpin perlu menyadari bahwa bawahan bekerjasama dengan pemimpin bukan untuk atau dibawah pimpinan. Kerjasama dapat ditingkatkan melalui suasana demokrasi dimana setiap individu/perawat mengetahui apa yang diharapkan dari mereka, dan mereka mendapat pujian serta kritik yang membangun. Bawahan perlu mengetahui bahwa pemimpin mempercayai kemampuan mereka. Hubungan antar manusia yanng baik dapat meningkatkan kerjasama. Disamping itu setiap individu dalam kelompok diusahakan untuk berpartisipasi. Hal ini akan membuat setiap perawat merasa dihargai termasuk bagi mereka yang sering menarik diri atau yang pasif. Partisipasi setiap perawat dapat berbeda-beda, tergantung kemampuan mereka.

 

5)      Kegiatan Koordinasi

Pengkoordinasian kegiatan dalam suatu ruangan merupakan bagian yang penting dalam kepemimpinan keperawatan. Seorang pemimpin perlu mengusahakan agar setiap perawat mengetahui kegiatan-kegiatan yang dilakukan dalam suatu ruangan. Hal lain yang perlu dilakukan adalah melaporkan kepada atasan langsung tentang pencapaian kerja bawahan. Agar dapat melakukan koordinasi dengan efektif, diperlukan suatu perencanaan yang baik dan penggunaan kemampuan setiap individu dan sumber-sumber yang ada.

6)      Evaluasi Hasil Penampilan Kerja

Evaluasi hasil penampilan kerja dilakukan melalui pengamatan terhadap staf dan pekerjaan mereka. Evaluasi merupakan proses berkelanjutan untuk menganalisa kekurangan dan kelebihan staf sehingga dapat mendorong mereka mempertahankan pekerjaan yang baik dan memperbaiki kekuranngan yang ada. Agar seorang pemimpin dapat menganalisa perawat lain secara efektif, ia juga harus dapat menilai diri sendiri sebagai seorang perawat dan seorang pemimpin secara jujur.

Melalui kegiatan-kegiatan ini diharapkan seorang kepala ruangan dapat melakukan tanggung jawabnya sebagai manajer dan pemimpin yang efektif. Dalam melaksanakan pelayanan dan asuhan keperawatan, kepala ruangan sebagai seorang pemimpin bertanggung jawab dalam :

a.       Membantu perawat lain mencapai tujuan yang ditentukan

b.      Mengarahkan kegiatan-kegiatan keperawatan

c.       Tanggungjawab atas tindakan keperawatan yang dilakukan

d.      Pelaksanaan keperawatan berdasarkan standar

e.       Penyelesaian pekerjaan dengan benar

f.       Pencapaian tujuan keperawatan

g.       Kesejahteraan bawahan

h.      Memotivasi bawahan

 

 

 

DAFTAR PUSTAKA

 

C. Swansburg, Russel. 2000. Pengantar Kepemimpinan dan Manajemen Keperawatan untuk Perawat Klinis. (Samba Suharyati, et.al, Penerj.) Jakarta: EGC

C. Swansburg, Russel. 2001. Pengembangan Staf Keperawatan. (Waluyo Agung, et.al, Penerj.) Jakarta: EGC

Kuntoro,Agus.2010.Buku Ajar Manajemen Keeperawatan. Yogyakarta:Muha Medika

L. La Monica, Elaine. 1998. Kepemimpinan Dan Manajemen Keperawatan. (Nurachman Elly, et.al, Penerj.) Jakarta: EGC.

Nursalam. 2002. Manajemen Keperawatan : penerapan dalam praktik keperawatan profesional. Jakarta : Salemba Medika

S. Suarli, Yanyan Bahtiar. 2009. Manajemen Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

LAPORAN PENDAHULUAN SYOK

  LAPORAN PENDAHULUAN SYOK       Diajukan untuk memenuhi tugas Program Profesi Ners angkatan XV DepartemenGawatDarurat&Kri...