LAPORAN PENDAHULUAN
PERUBAHAN DAN ASKEP GERONTIK
DENGAN GANGGUAN PSIKOLOGIS
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas
Departemen Keperawatan Komunitas Keluarga dan
Gerontik
Program Profesi Ners A.XV
![Description: logo STIKes.jpg](file:///C:\Users\acer\AppData\Local\Temp\msohtmlclip1\01\clip_image002.jpg)
Disusun Oleh :
RISNAWATI, S.Kep
NIM : 4012200021
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BINA
PUTERABANJAR
PROGRAM STUDI NERS ANGKATAN KE-15
TAHUN AKADEMIK 2019-2020
Jl. MayjenLiliKusumah-Sumanding Wetan No. 33 Kota Banjar
Tlp (0265)
741100 Fax (0265) 744043
web:
www.stikesbp.ac.id
LAPORAN PENDAHULUAN
PERUBAHAN DAN ASKEP GERONTIK DENGAN
GANGGUAN PSIKOLOGIS
A.
Konsep Dasar
Teori
Pada hakekatnya menjadi
tua merupakan proses alamiah yang berarti seseorang telah melalui tiga tahap
kehidupannya yaitu masa kanak-kanak, masa dewasa dan masa tua (Nugroho, 1992).
Tiga tahapan ini berbeda baik secara biologis maupun secara psikologis.
Memasuki masa tua berarti mengalami kemunduran secara fisik maupun secara
psikis. Kemunduran fisik ditandai dengan kulit yang mengendor, rambut putih,
penurunan pendengaran, penglihatan menurun, gerakan lambat, kelainan berbagai
fungsi organ vital, sensitivitas emosional meningkat
Psikogeriatriataupsikiatriadalahcabangilmukedokteran yang memperhatikanpencegahan,
diagnosis, danterapigangguanfisikdanpsikologisataupsikiatrikpadalanjutusia.
Saatinidisiplininisudahberkembangmenjadisuatucabangpsikiatrik,
analaogdenganpsikiatrikanak (Brocklehurts, Allen, 1987). Diagnosis
danterapigangguan mental padalanjutusiamemerlukanpengetahuankhusus, karenakemungkinanperbedaandalammanisfestasiklinis,
pathogenesis danpatofisiologigangguan mental antara pathogenesis
dewasamudadanlanjutusia (Weinberg, 1995; Kolb-Brodie, 1982). Faktor penyulitpadapasienlanjutusiajugaperludipertimbangkan,
antara lain seringadanyapenyakitdankecacatanmediskronispenyerta,
pemakaianbanyakobat (polifarmasi)
danpeningkatankerentananterhadapgangguankognitif (Weinberg, 1995; Gunadi,
1984).
B.
Batasan
Lansia
Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) Lanjut Usia
meliputi:
a.
Usia pertengahan (Middle Age) ialah kelompok usia 45
sampai 59 tahun.
b.
Lanjut usia (Elderly) ialah kelompok usia antara 60
dan 74 tahun.
c.
Lanjut usia tua (Old) ialah kelompok usia antara 75
dan 90 tahun.
d.
Usia sangat tua (Very Old) ialah kelompok di atas usia
90 tahun.
C.
Teori
Kejiwaan Lansia
1.
Aktifitas atau Kegiatan (Activity
Theory)
Ketentuan
akan meningkatnya pada penurunan jumlah kegiatan secara langsung. Teori ini
menyatakan bahwa usia lanjut yang sukses adalah mereka yang aktif dan ikut
banyak dalam kegiatan sosial. Ukuran
optimum (pola hidup) dilanjutkan pada cara hidup dari lanjut usia.
Mempertahankan hubungan antara sistem sosial dan individu agar tetap stabil
dari usia pertengahan ke lanjut usia.
2. Kepribadian
Berlanjut (Continuity Theory)
Dasar
kepribadian atau tingkah laku tidak berubah pada lanjut usia. Teori ini
merupakan gabungan dari teori diatas. Pada teori ini menyatakan bahwa perubahan
yang terjadi pada seseorang yang lanjut usia sangat dipengaruhi oleh tipe
personaliti yang dimiliki.
3.
Teori Pembebasan (Disengagement Theory)
Teori ini
menyatakan bahwa dengan bertambahnya usia, seseorang secara berangsur-angsur
mulai melepaskan diri dari kehidupan sosialnya. Keadaan ini mengakibatkan
interaksi sosial lanjut usia menurun, baik secara kualitas maupun kuantitas
sehingga sering terjaadi kehilangan ganda (triple loss), yakni:
a.
Kehilangan Peran
b.
Hambatan Kontak Sosial
c.
Berkurangnya Kontak Komitmen
D.
Teori
Psikologi
Psikology
adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari tingkah laku manusia, baik sebagai
individu maupun dalam hubungannya dengan lingkungannya. Tingkah laku tersebut
berupa tingkah laku yang tampak maupun tidak tampak, tingkah laku yang disadari
maupun yang tidak disadari.( Muhibbin Syah (2001)
1.
Teori Tugas Perkembangan
Havigurst
(1972) menyatakan bahwa tugas perkembangan pada masa tua antara lain adalah:
a.
Menyesuaikan diri dengan penurunan kekuatan fisik dan
kesehatan
b.
Menyesuaikan diri dengan masa pensiun dan berkurangnya
penghasilan
c.
Menyesuaikan diri dengan kematian pasangan hidup
d.
Membentuk hubungan dengan orang-orang yang sebaya
e.
Membentuk pengaturan kehidupan fisik yang memuaskan
f.
Menyesuaikan diri dengan peran sosial secara luwes
Selain tugas
perkembangan diatas, terdapat pula tugas perkembangan yang spesifik yang dapat muncul
sebagai akibat tuntutan:
a.
Kematangan fisik
b.
Harapan dan kebudayaan masyarakat
c.
Nilai-nilai pribadi individu dan aspirasi
Menurut
teori ini, setiap individu memiliki hirarki dari dalam diri, kebutuhan yang
memotivasi seluruh perilaku manusia.
2.
Teori Individual Jung
Carl
Jung (1960) menyusun sebuah teori perkembangan kepribadian dari seluruh fase
kehidupan yaitu mulai dari masa kanak-kanak, masa muda dan masa dewasa muda,
usia pertengahan sampai lansia. Kepribadian individu terdiri dari Ego,
ketidaksadaran seorang dan ketidaksadaran bersama. Menurut teori ini
kepribadian digambarkan terhadap dunia luar atau kearah subyektif.
Pengalaman-pengalaman dari dalam diri (introvert). Keseimbangan antara kekuatan
ini dapat dilihat pada setiap individu dan merupakan hal yang paling penting
bagi kesehatan mental.
3. Teori
Delapan Tingkat Kehidupan
Secara Psikologis, proses menua
diperkirakan terjadi akibat adanya kondisi dimana kondisi psikologis mencapai
pada tahap-tahap kehidupan tertentu. Ericson (1950) yang telah mengidentifikasi
tahap perubahan psikologis (delapan tingkat kehidupan) menyatakan bahwa pada
usia tua, tugas perkembangan yang harus dijalani adalah untuk mencapai
keeseimbangan hidup atau timbulnya perasaan putus asa. Peck (1968) menguraikan
lebih lanjut tentang teori perkembangan Erikson dengan mengidentifikasi tugas
penyelarasan integritas diri dapat dipilih dalam tiga tingkat yaitu : pada
perbedaan ego terhadap peran pekerjaan preokupasi, perubahan tubuh terhadap
pola preokupasi, dan perubahan ego terhadap ego preokupasi.
Pada tahap perbedaan ego terhadap
peran pekerjaan preokupasi, tugas perkembangan yang harus dijalani oleh lansia
adalah menerima identitas diri sebagai orang tua dan mendapatkan dukungan yang
adekuat dari lingkungan untuk menghadapi adanya peran baru sebagai orang tua
(preokupasi). Adanya pensiun dan atau pelepasan pekerjaan merupakan hal yang
dapat dirasakan sebagai sesuatu yang menyakitkan dan dapat menyebabkan perasaan
penurunan harga diri dari orang tua tersebut.
E. Faktor yang sangat berpengaruh terhadap psikologi
lansia
Ada beberapa faktor yang sangat
berpengaruh terhadap psikologi lansia. Faktor-faktor tersebut hendaklah
disikapi secara bijak sehingga para lansia dapat menikmati hari tua mereka
dengan bahagia. Adapun beberapa faktor yang dihadapi para lansia yang sangat
mempengaruhi kesehatan jiwa mereka adalah sebagai berikut:
1.
Penurunan Kondisi Fisik
Setelah
orang memasuki masa lansia umumnya mulai dihinggapi adanya kondisi fisik yang
bersifat patologis berganda (multiple pathology), misalnya tenaga berkurang,
enerji menurun, kulit makin keriput, gigi makin rontok, tulang makin rapuh,
dsb. Secara umum kondisi fisik seseorang yang sudah memasuki masa lansia
mengalami penurunan secara berlipat ganda. Hal ini semua dapat menimbulkan gangguan
atau kelainan fungsi fisik, psikologik maupun sosial, yang selanjutnya dapat
menyebabkan suatu keadaan ketergantungan kepada orang lain.
Dalam
kehidupan lansia agar dapat tetap menjaga kondisi fisik yang sehat, maka perlu
menyelaraskan kebutuhan-kebutuhan fisik dengan kondisi psikologik maupun
sosial, sehingga mau tidak mau harus ada usaha untuk mengurangi kegiatan yang
bersifat memforsir fisiknya.
Seorang
lansia harus mampu mengatur cara hidupnya dengan baik, misalnya makan, tidur,
istirahat dan bekerja secara seimbang.
2.
Penurunan Fungsi dan Potensi Seksual
Penurunan
fungsi dan potensi seksual pada lanjut usia sering kali berhubungan dengan
berbagai gangguan fisik seperti : Gangguan jantung, gangguan metabolisme, misal
diabetes millitus, vaginitis, baru selesai operasi : misalnya prostatektomi,
kekurangan gizi, karena pencernaan kurang sempurna atau nafsu makan sangat
kurang, penggunaan obat-obat tertentu, seperti antihipertensi, golongan
steroid, tranquilizer.
Faktor
psikologis yang menyertai lansia antara lain :
a.
Rasa tabu atau malu bila mempertahankan kehidupan
seksual pada lansia
b.
Sikap keluarga dan masyarakat yang kurang menunjang
serta diperkuat oleh tradisi dan budaya.
c.
Kelelahan atau kebosanan karena kurang variasi dalam
kehidupannya.
d.
Pasangan hidup telah meninggal.
e.
Disfungsi seksual karena perubahan hormonal atau
masalah kesehatan jiwa lainnya misalnya cemas, depresi, pikun dsb.
3.
Perubahan Aspek Psikososial
Pada umumnya
setelah orang memasuki lansia maka ia mengalami penurunan fungsi kognitif dan
psikomotor. Fungsi kognitif meliputi proses belajar, persepsi, pemahaman,
pengertian, perhatian dan lain-lain sehingga menyebabkan reaksi dan perilaku
lansia menjadi makin lambat. Sementara fungsi psikomotorik (konatif) meliputi
hal-hal yang berhubungan dengan dorongan kehendak seperti gerakan, tindakan,
koordinasi, yang berakibat bahwa lansia menjadi kurang cekatan.
Dengan
adanya penurunan kedua fungsi tersebut, lansia juga mengalami perubahan aspek
psikososial yang berkaitan dengan keadaan kepribadian lansia. Beberapa
perubahan tersebut dapat dibedakan berdasarkan 5 tipe kepribadian lansia
sebagai berikut:
a.
Tipe Kepribadian Konstruktif (Construction
personalitiy), biasanya tipe ini tidak banyak mengalami gejolak, tenang dan
mantap sampai sangat tua.
b.
Tipe Kepribadian Mandiri (Independent personality),
pada tipe ini ada kecenderungan mengalami post power sindrome, apalagi jika
pada masa lansia tidak diisi dengan kegiatan yang dapat memberikan otonomi pada
dirinya.
c.
Tipe Kepribadian Tergantung (Dependent personalitiy),
pada tipe ini biasanya sangat dipengaruhi kehidupan keluarga, apabila kehidupan
keluarga selalu harmonis maka pada masa lansia tidak bergejolak, tetapi jika
pasangan hidup meninggal maka pasangan yang ditinggalkan akan menjadi merana,
apalagi jika tidak segera bangkit dari kedukaannya.
d.
Tipe Kepribadian Bermusuhan (Hostility personality),
pada tipe ini setelah memasuki lansia tetap merasa tidak puas dengan
kehidupannya, banyak keinginan yang kadang-kadang tidak diperhitungkan secara
seksama sehingga menyebabkan kondisi ekonominya menjadi morat-marit.
e.
Tipe Kepribadian Kritik Diri (Self Hate personalitiy),
pada lansia tipe ini umumnya terlihat sengsara, karena perilakunya sendiri
sulit dibantu orang lain atau cenderung membuat susah dirinya.
4.
Perubahan yang Berkaitan Dengan Pekerjaan
Pada umumnya
perubahan ini diawali ketika masa pensiun. Meskipun tujuan ideal pensiun adalah
agar para lansia dapat menikmati hari tua atau jaminan hari tua, namun dalam
kenyataannya sering diartikan sebaliknya, karena pensiun sering diartikan
sebagai kehilangan penghasilan, kedudukan, jabatan, peran, kegiatan, status dan
harga diri. Reaksi setelah orang memasuki masa pensiun lebih tergantung dari
model kepribadiannya seperti yang telah diuraikan pada point tiga di atas.
Bagaimana
menyiasati pensiun agar tidak merupakan beban mental setelah lansia? Jawabannya
sangat tergantung pada sikap mental individu dalam menghadapi masa pensiun.
Dalam kenyataan ada menerima, ada yang takut kehilangan, ada yang merasa senang
memiliki jaminan hari tua dan ada juga yang seolah-olah acuh terhadap pensiun
(pasrah). Masing-masing sikap tersebut sebenarnya punya dampak bagi
masing-masing individu, baik positif maupun negatif. Dampak positif lebih
menenteramkan diri lansia dan dampak negatif akan mengganggu kesejahteraan
hidup lansia. Agar pensiun lebih berdampak positif sebaiknya ada masa persiapan
pensiun yang benar-benar diisi dengan kegiatan-kegiatan untuk mempersiapkan
diri, bukan hanya diberi waktu untuk masuk kerja atau tidak dengan memperoleh gaji
penuh.
Persiapan
tersebut dilakukan secara berencana, terorganisasi dan terarah bagi
masing-masing orang yang akan pensiun. Jika perlu dilakukan assessment untuk
menentukan arah minatnya agar tetap memiliki kegiatan yang jelas dan positif.
Untuk merencanakan kegiatan setelah pensiun dan memasuki masa lansia dapat
dilakukan pelatihan yang sifatnya memantapkan arah minatnya masing-masing.
Misalnya cara berwiraswasta, cara membuka usaha sendiri yang sangat banyak
jenis dan macamnya.
Model
pelatihan hendaknya bersifat praktis dan langsung terlihat hasilnya sehingga
menumbuhkan keyakinan pada lansia bahwa disamping pekerjaan yang selama ini
ditekuninya, masih ada alternatif lain yang cukup menjanjikan dalam menghadapi
masa tua, sehingga lansia tidak membayangkan bahwa setelah pensiun mereka
menjadi tidak berguna, menganggur, penghasilan berkurang dan sebagainya.
5.
Perubahan Dalam Peran Sosial di Masyarakat
Akibat
berkurangnya fungsi indera pendengaran, penglihatan, gerak fisik dan sebagainya
maka muncul gangguan fungsional atau bahkan kecacatan pada lansia. Misalnya
badannya menjadi bungkuk, pendengaran sangat berkurang, penglihatan kabur dan
sebagainya sehingga sering menimbulkan keterasingan. Hal itu sebaiknya dicegah
dengan selalu mengajak mereka melakukan aktivitas, selama yang bersangkutan
masih sanggup, agar tidak merasa terasing atau diasingkan. Karena jika
keterasingan terjadi akan semakin menolak untuk berkomunikasi dengan orang lain
dan kdang-kadang terus muncul perilaku regresi seperti mudah menangis,
mengurung diri, mengumpulkan barang-barang tak berguna serta merengek-rengek
dan menangis bila ketemu orang lain sehingga perilakunya seperti anak kecil.
Dalam
menghadapi berbagai permasalahan di atas pada umumnya lansia yang memiliki
keluarga bagi orang-orang kita (budaya ketimuran) masih sangat beruntung karena
anggota keluarga seperti anak, cucu, cicit, sanak saudara bahkan kerabat
umumnya ikut membantu memelihara (care) dengan penuh kesabaran dan pengorbanan.
Namun bagi mereka yang tidak punya keluarga atau sanak saudara karena hidup
membujang, atau punya pasangan hidup namun tidak punya anak dan pasangannya
sudah meninggal, apalagi hidup dalam perantauan sendiri, seringkali menjadi
terlantar.
F. Macam-macam Masalah Keperawatan
Psikologi pada lansia
1. Depresi
Depresi merupakan satu masa
terganggunya fungsi manusia yang berkaitan dengan alam perasaan yang sedih dan
gejala penyertanya, termasuk perubahan pada pola tidur dan nafsu rnakan,
psikomotor, konsentrasi, keielahan, rasa putus asa dan tak berdaya, serta
gagasan bunuh diri (Kap'an dan Sadock, 1998). Depresi adalah suatu perasaan
sedih dan pesimis yang berhubungan dengan suatu penderitaan. Dapat berupa
serangan yang ditujukan pada diri sendiri atau perasaan marah yang dalam
(Nugroho, 2000). Menurut Hudak & Gallo (1996), gangguan depresi merupakan
keluhan umum pada lanjut usia dan merupakan penyebab tindakan bunuh diri.
Depresi adalah gangguan alam
perasaan yang ditandai oleh kesedihan, harga diri rendah, rasa bersalah, putus
asa, perasaan kosong (Keliat, 1996). Sedangkan menurut Hawaii (depresi adalah
bentuk gangguan kejiwaan pada alam perasaan (mood), yang ditandai dengan
kemurungan, kelesuan, ketidakgairahan hidup, perasaan tidak berguna, dan putus
asa. Depresi adalah suatu kesedihan atau perasaan duka yang berkepanjangan
(Stuart dan Sundeen, 1998).
2. Tanda Dan
Gejala Depresi
Perilaku yang berhubungan dengan depresi menurut
Kelliat (1996) meliputi beberapa aspek seperti:
a.
Afektif
Kemarahan, ansietas, apatis, kekesalan, penyangkalan
perasaan, kemurungan, rasa bersalah, ketidakberdayaan, keputusasaan, kesepian,
harga diri rendah, kesedihan.
b.
Fisiologis
Nyeri
abdomen, anoreksia, sakit punggung, konstipasi, pusing, keletihan, gangguan
pencernaan, insom¬nia, perubahan haid, makan berlebihan/kurang, gangguan tidur,
dan perubahan berat badan.
c.
Kognitif
Ambivalensi,
kebingungan, ketidakmampuan berkonsentrasi, kehilangan minat dan motivasi,
menyalahkan diri sendiri, mencela diri sendiri, pikiran yang destruktif tentang
diri sendiri, pesimis, ketidakpastian.
d.
Perilaku
Agresif, agitasi, alkoholisme, perubahan tingkat
aktivitas, kecanduan obat, intoleransi, mudah tersinggung, kurang spontanitas,
sangat tergantung, kebersihan diri yang kurang, isolasi sosial, mudah menangis,
dan menarik diri.
3.
Gejala-gejala depresi pada lansia :
a. Kognitif
Sekurang-kurangnya ada
6 proses kognif pada lansia yang menunjukkan gejala depresi. Pertama, individu
yang mengalami depresi memiliki
self-esteem yang sangat rendah. Mereka berpikir tidak adekuat, tidak mampu,
merasa dirinya tidak berarti, merasa rendah diri dan merasa bersalah terhadap
kegagalan yang dialami. Kedua, lansia selalu pesimis dalam menghadapi masalah
dan segala sesuatu yang dijalaninya
menjadi buruk dan kepercayaan terhadap dirinya (self-confident) yang tidak
adekuat. Ketiga, memiliki motivasi yang kurang dalam menjalani hidupnya, selalu
meminta bantuan dan melihat semuanya gagal dan sia-sia sehingga merasa tidak
ada gunanya berusaha. Keempat, membesar-besarkan masalah dan selalu pesimistik
menghadapi masalah. Kelima, proses berpikirnya menjadi lambat, performance
intelektualnya berkurang. Keenam, generalisasi dari gejala depresi, harga diri
rendah, pesimisme dan kurangnya motivasi.
b. Afektif
Lansia yang mengalami depresi merasa
tertekan , murung, sedih, putus asa, kehilangan semangat dan muram. Sering
merasa terisolasi, ditolak dan tidak dicintai. Lansia yang mengalami depresi
menggambarkan dirinya berada dalam lubang gelap yang tidak dapat terjangkau dan
tidak dapat keluar dari sana.
c.
Somatik
Masalah somatik yang sering dialami
lansia yang mengalami depresi seperti pola tidur yang terganggu ( insomnia ),
gangguan pola makan dan dorongan seksual yang berkurang. Lansia lebih rentan
terhadap penyakit karena sistem kekebalan tubuhnya melemah, selain karena aging
proces juga karena orang yang mengalami depresi menghasilkan sel darah putih
yang kurang (Schleifer et all, 1984; Samiun, 2006).
d.
Psikomotor
Gejala psikomotor pada lansia
depresi yang dominan adalah retardasi motor. Sering duduk dengan terkulai dan
tatapan kosong tanpa ekspresi, berbicara sedikit dengan kalimat datar dan
sering menghentikan pembicaraan karena tidak memiliki tenaga atau minat yang
cukup untuk menyelesaikan kalimat itu. Dalam pengkajian depresi pada lansia,
menurut Sadavoy et all (2004) gejala-gejala depresi dirangkum dalam SIGECAPS
yaitu gangguan pola tidur (sleep) pada lansia yang dapat berupa keluhan susah
tidur, mimpi buruk dan bangun dini dan tidak bisa tidur lagi, penurunan minat
dan aktifitas (interest), rasa bersalah dan menyalahkan diri (guilty), merasa cepat
lelah dan tidak mempunyai tenaga (energy), penurunan konsentrasi dan proses
pikir (concentration), nafsu makan menurun (appetite), gerakan lamban dan
sering duduk terkulai (psychomotor) dan penelantaran diri serta ide bunuh diri
(suicidaly)
4. Pendekatan
Fisiologis
Teori
fisiologis menerangkan bahwa depresi terjadi karena aktivitas neurologis yang
rendah (neurotransmiter norepinefrin dan serotonin) pada sinaps-sinaps otak
yang berfungsi mengatur kesenangan. Neurotransmitter ini memainkan peranan
penting dalam fungsi hypothalamus, seperti mengontrol tidur, selera makan, seks
dan tingkah laku motor (Sachar, 1982; Samiun, 2006), sehingga seringkali
seseorang yang mengalami depresi disertai dengan keluhan-keluhan tersebut.
Pendekatan
genetic terhadap kejadian depresi dengan penelitian saudara kembar. Monozogotik
Twins (MZ) berisiko mengalami depresi 4,5 kali lebih besar (65%) daripada
kembar bersaudara (Dizigotik Twins/DZ) yang 14% (Nurberger & Gershon, 1982;
Samiun, 2006). Secara keseluruhan dapat dikatakan bahwa secara genetic depresi
itu diturunkan.
Menurut
Mangoenprasodjo (2004), depresi pada lansia merupakan perpaduan interaksi yang
unik dari berkurangnya interaksi social, kesepian, masalah social ekonomi,
perasaan rendah diri karena penurunan kemampuan rendah diri, kemandirian, dan
penurunan fungsi tubuh, serta kesedihan ditinggal orang yang dicintai, factor
kepribadian, genetic, dan factor biologis penurunan neuron-neuron dan
neurotransmitter di otak. Perpaduan ini sebagai factor terjadinya depresi pada
lansia. Kompleksitasnya perubahan-perubahan yang terjadi pada lansia, sehingga
depresi pada lansia dianggap sebagai hal yang wajar terjadi.
Keluhan
fisik biasanya terwujud pada perasaan fisik seperti:
1.
Distorsidalamperilakumakan
2.
Nyeri (nyeriototdannyerikepala)
3.
Merasaputusasadantidakberarti.
4.
Beratbadanberubahdrastis
5.
Gangguantidur.
6.
Sulitberkonsentrasi
7.
Keluarnyakeringat yang berlebihan
8.
Sesaknapas
9.
Kejangususataukolik
10.
Muntah
11.
Diare
12.
Berdebar-debar
13.
Gangguandalamaktivitas normal seseorang
14.
Kurangenergi
DAFTAR
PUSTAKA
http://abiums.blogspot.com/2007/05/askep-lansia-depresi.html
Martono Hadi dan Kris Pranaka. 2010. Buku Ajar
Boedhi-Darmojo GERIATRI. Jakarta: Fakultas Kedokteran UNIVERSITAS INDONESIA
Tidak ada komentar:
Posting Komentar