Kamis, 09 Juli 2020

LAPORAN PENDAHULUAN KOMUNIKASI PADA LANSIA


LAPORAN PENDAHULUAN
KOMUNIKASI PADA LANSIA









  


Disusun Oleh :
Risnawati, S. Kep
NIM : 4012200021







PROGRAM PROFESI NERS
STIKES BINA PUTERA BANJAR
TAHUN 2019-2020

KOMUNIKASI PADA LANSIA

A.      Pengertian Lanjut Usia (Lansia)
Lanjut usia (lansia) adalah seseorang dengan usia 65 tahunatau lebih yang terkadang menimbulkan masalah sosial, tetapi bukanlah suatu penyakit melainkan suatu proses natural tubuh meliputi terjadinya perubahandeoxyribonucleic acid(DNA), ketidaknormalan kromosom dan penurunanfungsi organ dalamtubuh. Sekitar 65% dari lansia yang mengalami gangguan kesehatan, hidup hanya ditemani oleh seseorang yang mengingatkan masalah kesehatannya,dan 35% hidup sendiri. Secara individu, pengaruh proses menua dapat menimbulkan berbagai macam masalah, baik masalah secara fisik, biologis, mental maupun masalah sosial ekonomi (Nies&McEwen,2017; Tamher & Noorkasiani,2019).
Berdasarkan usianya, organisasi kesehatan dunia WHO mengelompokan usia lanjut menjadi 4 macam, meliputi :
1.         Usia pertengahan ( middle age), kelompok usia 45-59 tahun.
2.         Usia lanjut (elderly), kelompok usia antara 60-70 tahun.
3.         Usia lanjut usia (old), kelompok usia antara 75-90 tahun.
4.         Usia tua ( very old), kelompok usia diatas 90 tahun.
  
B.       Faktor Yang Mempengaruhi Komunikasi pada Pasien lanjut usia
Komunikasi dengan pasien lanjut usia dapat menjadi lebih sulit dibandingkan dengan komunikasi pada populasi biasa sebagai akibat dari gangguan sensori yang terkait usia danpenurunan memori. Orang ketiga juga dapat menjadi bagian dari interaksi, karena pasien lanjut usia seringkali ditemani oleh anggota keluarga yang dicintai yang aktif terlibat pada perawatan pasien dan berpartisipasi dalam kunjungan. Ada banyak faktor lain yang mempengaruhi efektivitas komunikasi dengan pasien lanjut usia. Pasien lanjut usia sering hadir dengan masalah yang kompleks dan beberapa keluhan utama, yang memerlukan waktu untuk menyelesaikannya. Untuk setiap dekade kehidupan setelah usia 40 tahun, pasien kemungkinan mengalami satu penyakit kronik baru. Sehingga pada usia 80 tahun, orang kemungkinan memiliki paling tidak 4 penyakit kronis (Vieder et al., 2002). Faktor lain adalah bahwa pasien lanjut usia umumnya lebih sedikit bertanya dan menunggu untuk ditanya sesuai kewenangan dokter (Haug & Ory, 1987;Greene et al.,1989). Masalah usia atau dikenal dengan istilah ageism juga merupakan hal yang lazim dijumpai pada perawatan kesehatan dan secara tidak sengaja berperan terhadap buruknya komunikasi dengan pasien lanjut usia (Ory et al., 2003).

C.      Kegunaan Komunikasi
Komunikasi berguna untuk pertukaran informasi dan untuk membina hubungan dengan orang lain, atau dengan kata lain komunikasi merupakan aspek dasar pada hubungan antar manusia dan merupakan sarana untuk berhubungan dengan orang lain. Pada pasien lanjut usia berbagai bentuk dari penyakit dan ketidakmampuan dapat berpengaruh terhadap proses komunikasi dan perawatan kesehatannya, sehingga diperlukan cukup perhatian dan sikap yang baik untuk proses komunikasi tersebut Sering kali terjadi bahwa baik pihak keluarga maupun medis melupakan atau tidak memperhatikan berbagai hambatan yang ada untuk tercapainya komunikasi yang efektif pada pasien lanjut usia yang akhirnya dapat mengakibatkan interpretasi yang keliru terhadap pesan yang disampaikan maupun yang diterima oleh mereka (Smith & Buckwalter, 2015).

D.      Komponen pada proses komunikasi
1.         Pembicara : Orang yang menyampaikan pesan.
2.         Pendengar : Orang yang menerima pesan.
3.         Pesan verbal : Kata kata yang secara aktual diucapkan atau disampaikan.
4.         Pesan nonverbal: Kesan yang ditangkap saat kata kata tersebut diucapkan termasukekspresi wajah, tekanan suara, postur dan sikap tubuh dan pilihan kosa kata yangdigunakan.
5.         Umpan Balik : Respon berupa tanggapan baik verbal maupun non verbal.
6.         Konteks : Fisik dan lingkungan sosial atau pengaturan dalam pesan yang dikirim.
7.         Persepsi : Kemampuan untuk memilih, mengatur, dan menafsirkan informasi indrawimenjadi dimengerti dan bermakna.
8.         Evaluasi : Kemampuan untuk menganalisa informasi yang diterima, berdasarkanpengalaman dan pengetahuan masa lalu.
9.         Transmisi : Ekspresi yang sebenarnya dari informasi dari pengirim kepada penerima(pesan lisan dan pesan nonverbal) (Smith & Buckwalter, 2015).
  
E.       Teknik Umum untuk Berkomunikasi dengan Pasien lanjut usia
1.         Menunjukkan Hormat dan Keprihatinan
Komunikasi pasien yang baik didasarkan pada respect atau hormat kepada pasien dan memahami serta mengapresiasi setiap pasien sebagai sosok manusia yang unik. Untuk menunjukkan rasa hormat, anda harus menghadapi pasien secara formal dan menyapa dengan“Bapak” atau “Ibu”, kecuali pasien sebelumnya telah meminta anda untuk memanggil dengannama pertamanya, dan hindarkan menggunakan istilah yang merendahkan seperti “manisku”,“sayangku”, ‘cintaku”. Berkomunikasi yang saling bertatap mata dengan duduk di kursi danlangsung menatap pasien.
Dengan melakukan hal ini, anda menunjukkan perhatian sejati danaktif mendengarkan, serta membantu pasien untuk mendengar dan memahami anda secara lebih baik. Sentuhan lembut di tangan, lengan, atau pundak pasien akan menyampaikan rasa turut prihatin dan perhatian (Adelman et al., 2000).
2.         Memastikan bahwa Pasien Didengar dan Dipahami
Mempertahankan langkah yang tidak tergesa-gesa dan mendengarkan adalah kunci komunikasi efektif antara pasien lanjut usia dan dokter (Adelman et al., 2000 ; Ory et al., 2003). Membiarkan pasien lanjut usia untuk berbicara beberapa menit tentang masalahnya tanpa interupsi akan memberikan lebih banyak informasi daripada riwayat pendukung yang terstruktur cepat. Merasa sedang diburu-buru akan menyebabkan mereka merasa bahwa mereka sedang  Tidak didengarkan atau dipahami (Adelman et al., 2000). Penelitian menunjukkan bahwa pasien lanjut usia dan dokter sering tidak sepaham tentang tujuan dan masalah medis yang dihadapi. Komunikasi yang buruk dapat mengganggu pertukaran informasi serta menurunkan kepuasan pasien (Greene et al., 1989).
Pada umumnya, anda harus berbicara pelan, jelas, dan keras tanpa berteriak, menggunakan bahasa dan kalimat yang singkat dan sederhana. Karena pasien lanjut usia umumnya lebih sedikit bertanya dan menunggu untuk ditanya sesuai kewenangan dokter, khususnya penting untuk sering merangkum dan memancing pertanyaan (Adelman et al., 2000;Robinson et al., 2006).
 Strategi Umum Tambahan untuk Memperbaiki Komunikasi dengan Pasien Lanjut Usia
1.         Menggabungkan data pendahuluan sebelum perjanjian untuk bertemu, karena pasienpasien lanjut usia khas memiliki berbagai masalah kesehatan yang kompleks.
2.         Meminta pasien menceritakan keluhannya hanya sekali (yaitu tidak bercerita dulu kepadaperawat atau asisten kemudian baru kepada anda) untuk meminimalkan frustasi dan kelelahan pasien.
3.         Menghindarkan jargon medis.
4.         Menyederhanakan dan menuliskan instruksi.
5.         Menggunakan diagram, model, dan gambar.
6.         Menjadwalkan pasien lanjut usia terlebih dahulu, karena mereka umumnya lebih siap darisegi waktu dan secara klinis cenderung kurang sibuk.
Sumber : Adelman et al., 2000;Robinson et al., 2016

F.       Menghindari Ageism
Salah satu hal terpenting yang harus diingat ketika berkomunikasi dengan pasien lanjut usia adalah menghindarkan ageism. Ageism, suatu istilah yang pertama disampaikan oleh Robert Butler, direktur pertama the National Institute on Aging, adalah systematic stereotyping dan diskriminasi terhadap seseorang karena mereka berusia lanjut (Butler, 1969). Ageism adalah hal yang lazim pada perawatan kesehatan dan dapat direfleksikan dalam tindakan seperti meremehkan masalah medis, menggunakan bahasa yang bersifat merendahkan, hanya memberikan sedikit edukasi tentang regimen preventif, menawarkan sedikit pengobatan untukmasalah kesehatan mental, menggunakan panggilan yang bernada menghina, menghabiskan lebih sedikit masalah psikososial, dan membuat stereotype orang tua (Ory et al., 2003).
Untuk menghindarkan ageism, mulailah mengenal pasien lanjut usia sebagai satu pribadi dengan riwayat dan penyelesaian yang jelas. Pendekatan ini memungkinkan anda untuk menemui setiap pasien lanjut usia sebagai individu yang unik dengan pengalaman seumur hidup yang berharga bukan orang tua yang tidak produktif dan lemah (Roter, 2000). Juga penting untuk tidak mengasumsikan bahwa semua pasien lanjut usia adalah sama. Bisa saja dijumpai “orang berjiwa muda” dengan usia 85 tahun serta “orang berjiwa tua” dengan usia 60 tahun. Setiap pasien dan setiap masalah harus diperlakukan dengan unik.

G.      Mengenal Kultur dan Budaya
Mengenal latar belakang kultur dan budaya pasien untuk kemudian mengaplikasikannya dalam komunikasi dokter-pasien lanjut usia juga merupakan hal penting dalam mempengaruhi persepsi pasien terhadap baik dan berkualitasnya pelayanan kesehatan yang diberikan dokter (Ong et al., 1995).
  


H.      Tips untuk Komunikasi yang Efektif dengan Pasien lanjut usia
Strategi Umum
1.         Persiapkan lingkungan ruang pemeriksaan, memperbanyak penerangan dan menurunkan kebisingan (mempertimbangkan kemungkinan berkurangnya penglihatan dan pendengaran)
2.         Memanggil pasien dan anggota keluarga dengan sebutan “Bapak” atau “Ibu” dan menghindarkan sebutan “manis”, “sayang”, atau “cintaku”
3.         Bicaralah dengan pelan, jelas, tanpa berteriak, menggunakan nada yang kalem danekspresi yang menyenangkan.
4.         Gunakan sentuhan lembut dengan sentuhan ringan di tangan, lengan, atau bahu.
5.         Pertahankan langkah yang tidak tergesa-gesa, membiarkan pasien selama beberapa menit untuk mengekspresikan masalahnya jika mampu
6.         Memastikan bahwa agenda pasienlah yang anda hadapi
7.         Meminta pasien lanjut usia untuk mengulang kembali setiap instruksi yang penting
8.         Memberikan instruksi tertulis paling tidak dengan huruf berukuran 14.
9.         Ingatlah pentingnya masalah psikososial ketika merawat pasien lanjut usia.

 Gangguan Kognitif Pasien
1.         Jangan mengabaikan pasien.
2.         Bertanyalah dengan pertanyaan sederhana yang hanya memerlukan jawaban “ya” atau“tidak” dan bahasa tubuh sederhana.
3.         Ketika melakukan pemeriksaan, berikan instruksi satu persatu.

Pertemuan dengan Keterlibatan Pihak Ketiga.
1.         Persiapkan lingkungan ruang pemeriksaan dengan 3 kursi dalam bentuk segitiga.
2.         Pada mulanya berikan pertanyaan kepada pasien, kemudian mintalah masukan daripendamping pasien.
3.         Mintalah pasien dan pendamping pasien untuk mengulang kembali setiap instruksi yang penting.

I.         Pendekatan untuk Berkomunikasi
Ketika berkomunikasi dengan pasien lanjut usia dengan pendengaran yang berkurang, tataplah pasien sehingga pasien dapat membaca bibir dan menggunakan isyarat mata. Meminimalkan kebisingan, dan berbicara pelan, jelas, dan dalam nada yang normal. Berteriak akan menghambat komunikasi, mengubah nada berfrekuensi tinggi, dan mempersulit pasien untuk memahami kata-kata anda. Jika suara anda melengking, meredam lengkingan ketika anda berbicara dapat membantu pasien untuk mendengar anda dengan lebih baik. Ketika memberikan instruksi untuk medikasi, tes, atau pengobatan, hindarkan untuk bertanya kepada pasien apakah dia mengerti. Orang dengan gangguan pendengaran mungkin akan menjawab “ya” tanpa menyadari bahwa mereka belum mendengar apapun atau salah memahami beberapa informasi.
Pendekatan yang lebih baik untuk mengecek pemahaman pasien adalah dengan meminta pasien untuk mengulang instruksi (Adelman et al., 2000). Akhirnya, karena pendengaran memburuk dikemudian hari, appointment yang lebih awal umumnya lebih baik (Veras & Mattos, 2007). Jika tersedia, pengeras suara (alat portable yang memperkuat suara dokter dan memancarkannya ke headphones yang dipakai oleh pasien) diketahui sangat memudahkan komunikasi dengan pasien yang mengalami gangguan pendengaran (Fook & Morgan, 2000).
Ketika berkomunikasi dengan pasien dengan gangguan penglihatan, lingkungan klinik dapat diperbaiki dengan memperbanyak pencahayaan, menggunakan warna-warna kontras untuk membuat objek lebih jelas (mis. kerangka pintu, kursi yang berada dilantai klinik), dan menggunakan huruf yang besar serta berwarna kontras untuk setiap tanda. Setiap bahan dengan tulisan harus dicetak paling tidak dengan huruf berukuran 14 diatas kertas berwarna. Direkomendasikan untuk menggunakan dua sumber cahaya, pencahayaan untuk latar belakang dan lampu tertutup (Roter, 2000).
Ketika membahas rencana pengobatan, ingatlah masalah keamanan potensial yaitu gangguan penglihatan. Sebagai contoh, pasien lanjut usia kadang-kadang akan meletakkan obatnya dalam satu wadah dan tergantung pada satu warna untuk mengenalinya. Ini dapat menjadi masalah keamanan, karena banyak obat yang berwarna putih, biru muda, hijau muda, yang akan terlihat berwarna abu-abu oleh mata yang telah menua. Warna merah, oranye, dan kuning paling baik dilihat dan dapat digabungkan kedalam perawatan. Pada contoh lain, pasien yang mengalami kesulitan memastikan dosis insulin dapat diinstruksikan untuk ditempatkan pada warna merah diatas meja, yang akan mempermudahnya untuk melihat jarum dan vial. Kertas kontak berwarna merah dapat dibalutkan pada pegangan untuk berjalan, tongkat atau tabung oksigen untuk membantu pasien lanjut usia untuk mengambilnya (Adelman et al., 2000).
  
J.        Hambatan Komunikasi
1.         Pasien dengan Defisit Sensorik
Beberapa pasien menunjukkan defisit pendengaran dan penglihatan yang terkait dengan usia, keduanya memerlukan adaptasi dalam berkomunikasi. Penelitian mengindikasikan bahwa 16% – 24% individu berusia lebih dari 65 tahun mengalami pengurangan pendengaran yang mempengaruhi komunikasi (Crews & Campbell, 2004 ; Mitchell, 2006).
Bagi mereka yang berusia diatas 80 tahun, jumlah gangguan sensorik meningkat menjadi lebih dari 60% (Chia etal., 2006). Aging/penuaan mengakibatkan penurunan fungsi pendengaran yang dikenal sebagai presbyacussis, yang terutama berkenaan dengan suara berfrekuensi tinggi. Suara berfrekuensi tinggi adalah suara konsonan yang berdampak pada pemahaman pasien diawal dan akhir kata. Sebagai contoh, jika anda berkata “Take the pill in the morning (Minumlah pil dipagi hari)”, pasien akan mendengar vokal dalam kata tetapi pasien dapat berpikir anda berkata “Rake the hillin the morning (Dakilah bukit dipagi hari)” (Fook & Morgan, 2000 ; Ross et al., 2007).
Gangguan visual yang berhubungan dengan usia meliputi reduksi diameter pupil; lensa mata menguning, yang mempersulit untuk membedakan warna dengan panjang gelombang pendek seperti lavender, biru, dan hijau; dan menurunkan elastisitas ciliary muscles, yang mengakibatkan penurunan akomodasi ketika bahan cetakan dipegang diberbagai jarak. Kebanyakan pasien lanjut usia mengalami penyakit mata yang menurunkan ketajaman penglihatan (mis. katarak, degenerasi macular, glaucoma, komplikasi ocular pada diabetes). Lebih dari 15% orang tua berusia lebih dari 70 tahun melaporkan penglihatannya yang buruk, dan 22% lagi melaporkan penglihatannya hanya cukup untuk jarak tertentu (Crews & Campbell, 2004). Bagi mereka yang berusia diatas 80 tahun, 30% melaporkan penglihatannya yang terganggu (Chia et al., 2006).
2.          Pasien dengan Demensia
Amerika Serikat pada tahun 2008 diprediksi memiliki lebih kurang 5,2 juta penduduk berusia lanjut yang diantaranya menderita beberapa bentuk demensia, dan jumlahnya diprediksi akan meningkat dua kali lipat pada 30 tahun yang akan datang (Hingle & Sherry, 2009). Sebagai akibatnya, dokter dapat berharap untuk menemui lebih banyak pasien demensia dan pasien tersebut datang berkunjung ke dokter ditemani oleh anggota keluarga atau perawat nonformal lain (Vieder et al.,2002). (istilah caregiver digunakan dari point ini untuk merujuk pada setiap orang yang menemani kunjungan yang merupakan informal caregiver). Penilaian dan pengobatan pasien lanjut usia dengan demensia juga akan sangat membantu bila melibatkan caregiver (Roter, 2000).
Ada banyak tingkatan demensia, yang memiliki berbagai kesulitan komunikasi. Pasien pada stadium awal sering mengalami masalah untuk menemukan kata yang ingin disampaikan, pasien banyak menggunakan kata-kata yang tidak memiliki makna, seperti “hal ini”, “sesuatu”, dan “anda tahu”. Pada demensia parah, pasien dapat menggunakan jargon yang tidak dapat dipahami atau bisa hanya berdiam diri (Orange & Ryan, 2000).
Demensia memiliki efek yang merugikan pada penerimaan dan ekspresi komunikasi pasien. Sebagian besar pasien mengalami kehilangan memori dan mengalami kesulitan mengingat kejadian yang baru terjadi. Sebagian pasien demensia memiliki rentang konsentrasi yang sangat singkat dan sulit untuk tetap berada dalam satu topik tertentu (Miller, 2008).
3.         Pasien yang Ditemani oleh Caregiver
Karakteristik utama kunjungan poliklinik geriatri adalah adanya orang ketiga, denganseorang anggota keluarga atau caregiver informal lainnya yang hadir sedikitnya pada sepertiga kunjungan geriatrik (Roter, 2000). Meskipun caregiver dapat mengasumsikan berbagai peran, termasuk pendukung, peserta pasif, atau antagonis, pada sebagian besar kasus, caregiver menempatkan kesehatan orang yang mereka cintai sebagai prioritasnya. Caregiver sangat penting untuk sistem perawatan kesehatan lanjut usia. Mereka tidak hanya membantu dengan nutrisi, aktivitas kehidupan sehari-hari, tugas rumah tangga, pemberian obat, transportasi, dan perawatan lain untuk pasien lanjut usia, caregiver membantu memudahkan komunikasi antara dokter dan pasien serta mempertinggi keterlibatan pasien dalam perawatan mereka sendiri (Clayman et al., 2005 ; Wolff & Roter, 2008).
Juga merupakan hal penting untuk memperlakukan pasien lanjut usia dalam konteks atau sudut pandang caregiver-nya agar didapatkan hasil terbaik bagi keduanya (Griffith et al., 2004).





DAFTAR PUSTAKA
  
Brunner & Suddarth.2011.Keperawatan Medikal-Bedah edisi 8 volume 1.Jakarta : EGC
Setyohadi. I. Alwi., M. Simadibrata.,S. Setiati (editor): Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, JilidIII, edisi IV, hal. 1425 – 1430. Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta
Majerovitz, S.D., Greene, M.G., Adelman, R.D., Rizzo, C. 1994. The effects of thepresence of a third person on the physician-older patient medical interview. J AmGeriatr Soc;42:413–9


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

LAPORAN PENDAHULUAN SYOK

  LAPORAN PENDAHULUAN SYOK       Diajukan untuk memenuhi tugas Program Profesi Ners angkatan XV DepartemenGawatDarurat&Kri...