Sabtu, 28 November 2020

Laporan Pendahuluan CKD

 

 

LAPORAN PENDAHULUAN

GANGGUAN SISTEM GENITO URINARIA

DIAGNOSA CKD (CHRONIC KIDNEY DISEASE)

 

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Menyelesaikan

 Departemen Keperawatan Gawat Darurat

Program Profesi Ners Stikes Bina Putera Banjar

 

 

Description: logo STIKes.jpg

 

Disusun Oleh :

Risnawati, S.Kep

NIM : 4012200021

 

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BINA PUTERABANJAR

PROGRAM STUDI NERS ANGKATAN KE-15

TAHUN AKADEMIK 2019-2020

 

Jl. MayjenLiliKusumah-Sumanding Wetan No. 33 Kota Banjar

Tlp (0265) 741100 Fax (0265) 744043

web: www.stikesbp.ac.id

 

 

 

 

1.      Definisi

Chronic kidney disease (CKD) atau penyakit ginjal kronis didefinisikan sebagai kerusakan ginjal untuk sedikitnya 3 bulan dengan atau tanpa penurunan glomerulus filtration rate (GFR) (Nahas & Levin,2010). CKD atau gagal ginjal kronis (GGK) didefinisikan sebagai kondisi dimana ginjal mengalami penurunan fungsi secara lambat, progresif, irreversibel, dan samar (insidius) dimana kemampuan tubuh gagal dalam mempertahankan metabolisme, cairan, dan keseimbangan elektrolit, sehingga terjadi uremia atau azotemia (Smeltzer, 2009)

 

2.      Tanda dan Gejala

Menurut Brunner & Suddart (2002) setiap sistem tubuh pada gagal ginjal kronis dipengaruhi oleh kondisi uremia, maka pasien akan menunjukkan sejumlah tanda dan gejala. Keparahan tanda dan gejala bergantung pada bagian dan tingkat kerusakan ginjal, usia pasien dan kondisi yang mendasari. Tanda dan gejala pasien gagal ginjal kronis adalah sebagai berikut :

a.       Manifestasi kardiovaskuler

Mencakup hipertensi (akibat retensi cairan dan natrium dari aktivasi sistem renin-angiotensin-aldosteron), pitting edema (kaki,tangan,sakrum), edema periorbital, Friction rub perikardial, pembesaran vena leher.

b.      Manifestasi dermatologi

Warna kulit abu-abu mengkilat, kulit kering, bersisik, pruritus, ekimosis, kuku tipis dan rapuh, rambut tipis dan kasar.

c.       Manifestasi Pulmoner

Krekels, sputum kental dan liat, napas dangkal, pernapasan Kussmaul.

d.      Manifestasi Gastrointestinal 

Napas berbau amonia, ulserasi dan pendarahan pada mulut, anoreksia, mual,muntah, konstipasi dan diare, pendarahan saluran gastrointestinal.

e.       Manifestasi Neurologi

Kelemahan dan keletihan, konfusi, disorientasi, kejang, kelemahan tungkai, panas pada telapak kaki, perubahan perilaku.

f.       Manifestasi Muskuloskeletal

Kram otot, kekuatan otot hilang, fraktur tulang, foot drop.

g.      Manifestasi Reproduktif

Amenore dan atrofi testikuler

3.      Penyebab

Diabetes dan hipertensi baru-baru ini telah menjadi etiologi tersering terhadap proporsi GGK di US yakni sebesar 34% dan 21% . Sedangkan glomerulonefritis menjadi yang ketiga dengan 17%. Infeksi nefritis tubulointerstitial (pielonefritis kronik atau nefropati refluks) dan penyakit ginjal polikistik masing-masing 3,4%. Penyebab yang tidak sering terjadi yakni uropati obstruktif , lupus eritomatosus dan lainnya sebesar 21 %. (US Renal System, 2000 dalam Price & Wilson, 2006). Penyebab gagal ginjal kronis yang menjalani hemodialisis di Indonesia tahun 2000 menunjukkan glomerulonefritis menjadi etiologi dengan prosentase tertinggi dengan 46,39%, disusul dengan diabetes melitus dengan 18,65%, obstruksi dan infeksi dengan 12,85%, hipertensi dengan 8,46%, dan sebab lain dengan 13,65% (Sudoyo, 2006).

 

4.      Patofisiologi

Pada waktu terjadi kegagalan ginjal sebagian nefron (termasuk glomerulus dan tubulus) diduga utuh sedangkan yang lain rusak (hipotesa nefron utuh). Nefron-nefron yang utuh hipertrofi dan memproduksi volume filtrasi yang meningkat disertai reabsorpsi walaupun dalam keadaan penurunan GFR / daya saring. Metode adaptif ini memungkinkan ginjal untuk berfungsi sampai ¾ dari nefron–nefron rusak. Beban bahan yang harus dilarut menjadi lebih besar daripada yang bisa direabsorpsi berakibat diuresis osmotik disertai poliuri dan haus. Selanjutnya karena jumlah nefron yang rusak bertambah banyak oliguri timbul disertai retensi produk sisa. Titik dimana timbulnya gejala-gejala pada pasien menjadi lebih jelas dan muncul gejala-gejala khas kegagalan ginjal bila kira-kira fungsi ginjal telah hilang 80% - 90%. Pada tingkat ini fungsi renal yang demikian nilai kreatinin clearance turun sampai 15 ml/menit atau lebih rendah itu. ( Barbara C Long, 1996, 368)

Fungsi renal menurun, produk akhir metabolisme protein (yang normalnya diekskresikan ke dalam urin) tertimbun dalam darah. Terjadi uremia dan mempengaruhi setiap sistem tubuh. Semakin banyak timbunan produk sampah maka gejala akan semakin berat. Banyak gejala uremia membaik setelah dialisis. (Brunner & Suddarth, 2001 : 1448).

Perjalanan umum gagal ginjal progresif dapat dibagi menjadi tiga stadium yaitu:

a.       Stadium 1 (penurunan cadangan ginjal) : Ditandai dengan kreatinin serum dan kadar Blood Ureum Nitrogen (BUN) normal dan penderita asimtomatik.

b.      Stadium 2 (insufisiensi ginjal) : Lebih dari 75% jaringan yang berfungsi telah rusak (Glomerulo filtration Rate besarnya 25% dari normal). Pada tahap ini Blood Ureum Nitrogen mulai meningkat diatas normal, kadar kreatinin serum mulai meningklat melabihi kadar normal, azotemia ringan, timbul nokturia dan poliuri.

c.       Stadium 3 (Gagal ginjal stadium akhir / uremia) : Timbul apabila 90% massa nefron telah hancur, nilai glomerulo filtration rate 10% dari normal, kreatinin klirens 5-10 ml permenit atau kurang. Pada tahap ini kreatinin serum dan kadar blood ureum nitrgen meningkat sangat mencolok dan timbul oliguri. (Price, 1992: 813-814

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

PATHWAY



 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 


5.      Pengkajian

1.      Primery Survey

a.       Airway (jalan nafas) dengan control servical

Kaji :

-          Bersihan jalan nafas

-          Adanya/tidaknya sumbatan jalan nafas

-          Distress pernafasan

-          Tanda-tanda perdarahan di jalan nafas, muntahan, edema laring

b.      Breathing dan ventilasi

Kaji :

-          Frekuensi nafas, usaha nafas dan pergerakan dinding dada

-          Suara pernafasan melalui hidung atau mulut

-          Udara yang dikeluarkan dari jalan nafas

c.       Circulasi dengan kontrol perdarahan

Kaji :

-          Denyut nadi carotis

-          Tekanan darah

-          Warna kulit, kelembapan kulit

-          Tanda-tanda perdarahan eksternal dan internal

d.      Disability

Kaji :

-          Tingkat kesadaran

-          Gerakan ekstremitas

-          GCS, alert, respon verbal, respon nyeri, unresponsive

e.       Eksposure control

Kaji :

-          Tanda-tanda trauma

f.       Foley Cateter

Kaji :

-          Monitor cairan

-          Kontraindikasi pemasangan foley cateter

-           

g.      Gastric Tube

Kaji :

-          Adakah distensi abdomen

-          Adakah kontraindikasi NGT

h.      Heart Monitor

Kaji :

-          Pemasangan EKG

-          Adakah aritmia

2.      Secondary Survey

Pengkajian fokus yang disusun berdasarkan pada Gordon dan mengacu pada Doenges (2001), serta Carpenito (2006) sebagai berikut :

a.       Demograf: Penderita CKD kebanyakan berusia diantara 30 tahun, namun ada juga yang mengalami CKD dibawah umur tersebut yang diakibatkan oleh berbagai hal seperti proses pengobatan, penggunaan obat-obatan dan sebagainya. CKD dapat terjadi pada siapapun, pekerjaan dan lingkungan juga mempunyai peranan penting sebagai pemicu kejadian CKD. Karena kebiasaan kerja dengan duduk / berdiri yang terlalu lama dan lingkungan yang tidak menyediakan cukup air minum / mengandung banyak senyawa/ zat logam dan pola makan yang tidak sehat.

b.      Riwayat penyakit yang diderita pasien sebelum CKD seperti DM, glomerulo nefritis, hipertensi, rematik, hiperparatiroidisme, obstruksi saluran kemih, dan traktus urinarius bagian bawah juga dapat memicu kemungkinan terjadinya CKD.

c.       Pola nutrisi dan metabolik: Gejalanya adalah pasien tampak lemah, terdapat penurunan BB dalam kurun waktu 6 bulan. Tandanya adalah anoreksia, mual, muntah, asupan nutrisi dan air naik atau turun.

d.      Pola eliminasi : Gejalanya adalah terjadi ketidak seimbangan antara output dan input. Tandanya adalah penurunan BAK, pasien terjadi konstipasi, terjadi peningkatan suhu dan tekanan darah atau tidak singkronnya antara tekanan darah dan suhu.

 

e.       Pengkajian fisik

-          Penampilan / keadaan umum: Lemah, aktifitas dibantu, terjadi penurunan sensifitas nyeri. Kesadaran pasien dari compos mentis sampai coma.

-          Tanda-tanda vital: Tekanan darah naik, respirasi riet naik, dan terjadi dispnea, nadi meningkat dan reguler.

-          Antropometri. : Penurunan berat badan selama 6 bulan terahir karena kekurangan nutrisi, atau terjadi peningkatan berat badan karena kelebihan cairan.

-          Kepala: Rambut kotor, mata kuning / kotor, telinga kotor dan terdapat kotoran telinga, hidung kotor dan terdapat kotoran hidung, mulut bau ureum, bibir kering dan pecah-pecah, mukosa mulut pucat dan lidah kotor.

-          Leher dan tenggorok : Peningkatan kelenjar tiroid, terdapat pembesaran tiroid pada leher.

-          Dada : Dispnea sampai pada edema pulmonal, dada berdebar-debar. Terdapat otot bantu napas, pergerakan dada tidak simetris, terdengar suara tambahan pada paru (rongkhi basah), terdapat pembesaran jantung, terdapat suara tambahan pada jantung.

-          Abdomen : Terjadi peningkatan nyeri, penurunan pristaltik, turgor jelek, perut buncit.

-          Genital : Kelemahan dalam libido, genetalia kotor, ejakulasi dini, impotensi, terdapat ulkus.

-          Ekstremitas : Kelemahan fisik, aktifitas pasien dibantu, terjadi edema, pengeroposan tulang, dan Capillary Refill lebih dari 1 detik.

-          Kulit : Turgor jelek, terjadi edema, kulit jadi hitam, kulit bersisik dan mengkilat / uremia, dan terjadi perikarditis.

 

 

 

 

6.      Masalah Keperawatan yang Mungkin Muncul

1.      Kelebihan volume cairan b.d penurunan haluaran urin, retensi urin dan natrium sekunder terhadap penurunan fungsi ginjal

2.       Intoleransi aktivitas b.d penurunan produksi energi dari anemia

3.       Resiko tinggi perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan b.d mual muntah

4.       Resiko tinggi kerusakan integritas b.d gangguan status metabolic dan kulit kering.

 

7.      Perencanaan

Kelebihan volume cairan b.d penurunan haluaran urin, retensi urin dan natrium sekunder terhadap penurunan fungsi ginjal.

NOC

Fluid balance

Nutritional Status : food and fluid intake

Elektrolit dan asam basa seimbang

hidrasi

Kriteria hasil :

-       Terbebas dari edema, efusi dan anaskara

-       Bunyi nafas bersih, tidak ada dyspnue/orthopnue

Intervensi

Rasional

Kaji adanya oedema

Oedema menunjukan adanya kelebihan volume cairan

Ukur denyut jantung dan awasi TD

Perawatan invasif diperlukan untuk mengkaji volume intravaskuler khususnya pada pasien dengan fungsi jantung buruk

Monitor pemasukan cairan.

Untuk menentukan fungsi ginjal

Ukur balance cairan

Untuk menentukan output dan input cairan

Beri informasi untuk sedikit minum

Sedikit minum untuk menyeimbangkan cairan

Kolaborasi pemberian obat diuritika dengan dokter

Untuk mempercepat pengeluaran urine

 

 

 

 

Intoleransi aktivitas b.d penurunan produksi energi dari anemia

NOC

Energy conservation

Activity tolerance

Self care : ADLS

Kriteria hasil :

-       Berpartisipasi dalam aktivitas fisik tanpa disertai peningkatan tekanan darah, nadi dan RR

-       Mampu melakukan aktivitas sehari-hari (ADLs) secara mandiri

-       TTV normal

-       Mampu berpindah dengan atau tanpa bantuan

-       Level kelemahan

 

Intervensi

Rasional

Monitor intake nutrisi untuk memastikan kecukupan sember energi.

Nutrisi yang cukup memberikan sumber energi.

Beri bantuan dalam aktifitas dan ambulasi.

Memberikan keamanan pada pasien

 

Ajarkan teknik mengontrol pernafasan saat beraktifitas

Menghemat energi dalam tubuh.

Kolaborasi dengan ahli fisioterapi untuk merencanakan program terapi yang tepat

Memulihkan kembali otot yang mengalami kekakuan

 

Resiko tinggi perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan b.d mual muntah

NOC

Nutritional status : food and fluid intake

Nutrient intake

Weight control

Kriteria hasil :

-       Mampu menidentifikasi kebutuhan nutrisi

-       Tidak terjadi penurunan berat badan yang berarti

-       Tidak ada tanda tanda mal nutrisi

Intervensi

Rasional

kaji/catat pemasukan diet.

Membantu dalam mengidentifikasi defisiensi dan kebutuhan diet.

Tawarkan perawatan mulut / sering cuci mulut.

memberi kesegaran pada mulut dan miningkatkan selera makan.

Ajurkan / berikan makan sedikit tapi sering.

Meminimalkan anoreksia.

Kolaborasi dengan ahli gizi untuk diit rendah protein dan rendah garam

diit untuk pasien gagal ginjal

 

Resiko tinggi kerusakan integritas kulit b.d gangguan status metabolic dan kulit kering.

NOC

Tissue integrity

Mucous membranes

Kriteria hasil :

-       Integritas kulit yang baik bisa dipertahankan (sensasi, elastisitas, temperatur, hidrasi, pigmentasi)

-       Tidak ada luka/lesi pada kulit

-       Perfusi jaringan kulit

 

Intervensi

Rasional

Kaji keluhan pasien.

Mengetahui tingkat perkembangan kesehatan pasien

Inspeksi kulit terhadap warna turgor,vaskuler perhatikan kemerahan.

Menandakan area sirkulasi buruk.

Ubah posisi pasien secara perlahan dan sering

Menurunkan tekanan pada edema jaringan dengan perfusi buruk.untuk menurunkan iskemia.

Ajurkan pasien untuk menggunakan pakain yang longgar

Meningkatkan evaporasi lembab pada kulit.

Pertahankan linen kering dan bebas keriput.

Menurunkan resiko iritasi dan kerusakan kulit.

Kolaborasi pemberian obat topikal.

Untuk mengurangi obat topikal.

 

8.      Daftar Pustaka

-       www.academia.edu>BAB_II_LAPORA.....

-       Digilib.unimus.ac.id>files>disk1>jtptu....

-       Amin Huda Nurarif dan Hardhi Kusuma. 2016. Asuhan Keperawatan Praktis Berdasarkan Penerapan Diagnosa Nanda, NIC, NOC, dalam Berbagai Kasus. Jilid 1. Mediaction Publishing.

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

LAPORAN PENDAHULUAN SYOK

  LAPORAN PENDAHULUAN SYOK       Diajukan untuk memenuhi tugas Program Profesi Ners angkatan XV DepartemenGawatDarurat&Kri...