Sabtu, 28 November 2020

LAPORAN PENDAHULUAN KERACUNAN

 

 

LAPORAN PENDAHULUAN

GANGGUAN SISTEM PENCERNAAN

DIAGNOSA INTOKSIKASI (KERACUNAN)

 

 

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Menyelesaikan

 Departemen Keperawatan Gawat Darurat

Program Profesi Ners Stikes Bina Putera Banjar

 

 

Description: logo STIKes.jpg

 

Disusun Oleh :

Risnawati, S.Kep

NIM : 4012200021

 

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BINA PUTERABANJAR

PROGRAM STUDI NERS ANGKATAN KE-15

TAHUN AKADEMIK 2019-2020

 

Jl. MayjenLiliKusumah-Sumanding Wetan No. 33 Kota Banjar

Tlp (0265) 741100 Fax (0265) 744043

web: www.stikesbp.ac.id

 

 

 

 

1.      Definisi

Racun adalah suatu zat yang memiliki kemampuan untuk merusak sel dan sebagian fungsi tubuh secara tidak normal (Arisman, 2009). Junaidi (2011) menyatakan racun adalah suatu zat atau makanan yang menyebabkan efek bahaya bagi tubuh.

Keracunan atau intoksikasi adalah keadaan patologik yang disebabkan oleh obat, serum, alkohol, bahan serta senyawa kimia toksik, dan lain-lain. Keracunan dapat diakibatkan oleh kecelakaan atau tindakan tidak disengaja, tindakan yang disengaja seperti usaha bunuh diri atau dengan maksud tertentu yang merupakan tindakan kriminal. Keracunan yang tidak disengaja dapat disebabkan oleh faktor lingkungan, baik lingkungan rumah tangga maupun lingkungan kerja.

 

2.      Tanda dan Gejala

Onset (Masa Awitan)

Gejala Utama

Jasad Renik/Toksin

Gejala Saluran Cerna Atas (Mual, Muntah) yang Dominan

< 1 jam

Mual, muntah, rasa yang tak lazim di mulut, mulut terasa panas

Garam logam

1-2 jam

Mual, muntah, sianosis, sakit kepala, pusing, sesak nafas, gemetar, lemah, pingsan.

Nitrit

1-6 jam (rerata 2-4)

Mual, muntah, diare, nyeri perut.

Staphylococcus Aureus dan enterotoksinnya

8-16 jam (2-4 muntah)

Muntah, kram perut, diare, rasa mual.

Bacillus Cereus.

6-24 jam

Mual, muntah, diare, rasa haus, pelebaran pupil, pingsan, koma.

Jamur berjenis Amanita.

Radang Tengorokan Dan Gejala Saluran Napas

12-72 jam

Radang tengorokan, demam, mual, muntah, pengeluaran secret dari hidung, terkadang ruam kulit.

Streptococcus Pyogene

2-5 hari

Radang tengorokan dan hidung, eksudat berwarna keabuan, demam, mengigil, nyeri tengorokan, lemah, sulit menelan, pembengkakan kelenjar getah bening leher.

Corynebacterium diphtheria

 

 

 

Gejala Saluran Cerna Bawah (kram perut, diare) yang Dominan

2-36 jam (rerata 6-12)

Kram perut, diare, diare yang disebabkan Clostridium perfringens, kadang-kadang rasa mual dan muntah

C. perfringens; B. cereus; S; faecalis; S.  faecium

 

12-72 jam (rerata 18-36)

Kram perut, diare, muntah, demam, mengigil, lemah hebat, mual, sakit kepala, kadang-kadang diare berdarah dan berlendir, lesi kulit yang disebabkan Vibrio vulnificuis. Yersinia enterocolitica menyebabkan gejala yang menyerupai flu apendisitis akut.

Salmonella spp (termasuk S. Arizonae), E. coli enteropatogenik, dan Enterobakteriacae, V. cholera (01 dan non-01), vulvinicus, V. fluvialis.

3-5 hari

Diare, demam, muntah dengan nyeri perut, gejala saluran nafas

Virus-virus enterik

1-6 minggu

Diare lengket (tinja berlemak), sakit perut, berat badan menurun

Giardia lamblia

1-beberapa minggu

Sakit perut, diare, sembelit, sakit kepala, mengantuk, kadang tanpa gejala

Entamoeba hystolitica

3-6 bulan

Sulit tidur, tak ada nafsu makan, berat badan menurun, sakit perut, kadang gastroenteritis

Taenia sanginata dan  taenia solium

Gejala Neurologis (Gangguan Visual, Vertigo, Gell, Paralisis)

< 1 jam

Gastroenteritis, cemas, penglihatan kabur, nyeri dada, sianosis, kedutan, kejang.

Salvias berlebihan, berkeringat, gastroenteritis, nadi tak teraratur, pupil mengecil, bernafas seperti orang asma.

Fosfat organic

 

 

Jamur jenis muscaria

 

1-6 jam

Rasa baal atau gatal, pusing, pucat, pendarahan perut, pengelupasan kulit, mata terfiksasi, reflek hilang, kedutan, paralisis otot.

Rasa baal atau gatal, gastroenteritis, pusing, mulut kering, otot nyeri, pupil melebar, pandangan kabur, paralisis otot.

Tetrodotoxin

 

 

 

 

Ciguatoxin

 

2 jam-6 hari (12-36 jam)

Rasa mual, muntah, rasa (geli) seperti dikaruk, pusing, lemah, tak ada nafsu makan, berat badan menurun, bingung.

Vertigo, pandangan kabur atau diplobia, reflek cahaya hilang, sulit menelan, berbicara dan bernafas; mulut kering, lemah, paralisis pernafasan.

Chlorinated hydrocarbon

 

 

 

Clostridium botulinum dan toksinnya.

>72 jam

Rasa baal, kaki lemah, paralisis, spastic, penglihatan berkurang, buta, dan koma.

Gastroenteritis, nyeri pada kaki, kaki dan tangan jatuh.

Air raksa organic

 

 

Triortrocresyl phosphate.

Terjadi Gejala Alergi (Muka Memerah dan Rasa Gatal)

< 1 jam

Sakit kepala, pusing, mual, muntah, rasa panas pada mulut, tengorok terasa terbakar, muka sembab dan merah, sakit perut, gatal dikulit.

Rasa baal disekitar muluit, rasa seperti digaruk (geli), kemerahan, pusing, sakit  kepala, mual.

Kemerahan, rasa panas, gatal, sakit perut, edema lutut dan wajah.

Scombrotoxin (histamine)

 

 

 

 

 

Monosodium glutamate (MSG)

 

 

Asam nikotinat

Gejala Gastroenteritis Dan/atau Neurologis (Toksin Kerang)

0,5-2 jam

 

Rasa seperti digaruk (geli), terbakar, baal, mengantuk, bicara inkoheren, paralisis pernafasan.

Saxitoxin (paralytic shelifish poisoning: PSP)

2-5 menit sampai 3-4 jam

Sensasi panas dan dingin bergantian, rasa geli; baal disekitar bibir, lidah dan tengorokan; nyeri otot, pusing, diare, muntah.

Brevetoxin (neurotoxic shelifish poisoning: NSP)

 

30 menit sampai 2-3 jam

Rasa mual, muntah, diare, sakit perut, mengigil, demam.

Dinophysis toxin, okadaic acid, pectenotoxin, yessotoxin (Diarrheic shelifish poisoning:DSP)

24 jam  (gastrointestinal) sampai 48 jam (neurologis)

Muntah, diare, sakit perut, bingung, hilang ingatan, deisorientasi, kejang dan koma.

Domoic Acid (Amnestic shelifish poisoning: ASP)

Gejala Infeksi Umum (Demam, Mengigil, Lemah, Sakit, Pembengkakan Kelenjar Limfe)

4-28 hari (rerata 9 hari)

 

Gastroenteritis, demam, edema disekitar mata, berkeringat, nyeri otot, mengigil, lemah, sulit bernafas.

Trichinella spiralis

7-28 hari (rerata 14 hari)

Lemah yang hebat, sakit kepala, sakit kepala, demam, batuk, mual, muntah, sembelit, sakit perut, mengigil, bintik merah dikulit, tinja berdarah.

Salmonella typhi

10-13 hari

 

10-50 hari (rerata 25-30)

Demam, sakit kepala, nyeri otot, kemerahan.

Demam, lemah-lesu, tak ada nafsu makan, mual, sakit perut, kuning (ikterus).

Toxoplasma gondii

 

Mungkin virus

 

Bervariasi, bergantung pada tipe penyakit

Demam, mengigil, sakit kepala atau sendi, lemah-lesu, bengkak dikelenjar getah bening, dan gejala yang khas untuk penyakit lain.

Bacillus anthracis, brucella melitensis, B. abortus, B. suis, coxiella bernetti, francisella tularensis, listeria monocytogenes, M. tuberculosis, mycobacterium sp, pasteurella multocida, streptobacillus moniliformis, campylobacter jejuni, leptospira SSP.

 

3.      Penyebab

Keracunan dapat terjadi karena berbagai macam penyebab yang mengandung bahan berbahaya dan potensial dapat menjadi racun. Penyebab-penyebab tersebut antara lain:

1)      Makanan : Proses pembusukan merupakan proses awal dari akibat aktivitas mikroorganisme yang mempengaruhi langsung kepada nilai bahan makanan tersebut untuk kepentingan manusia. Selain itu, keracunan bahan makanan dapat juga disebabkan oleh bahan makanannya sendiri yang beracun, terkontaminasi oleh protozoa, parasit, bakteri yang patogen dan juga bahan kimia yang bersifat racun. Di Indonesia ada beberapa jenis makanan yang sering mengakibatkan keracunan, antara lain:

a.       Keracunan botolinum : Clostridium botolinum adalah kuman yang hidup secara anaerobik, yaitu di tempat-tempat yang tidak ada udaranya. Kuman ini mampu melindungi dirinya dari suhu yang agak tinggi dengan jalan membentuk spora. Karena cara hidupnya yang demikian itu, kuman ini banyak dijumpai pada makanan kaleng yang diolah secara kurang sempurna. Pencegahan: sebelum dihidangkan, makanan kaleng dibuka dan kemudian direbus bersama kalengnya di dalam air sampai mendidih.

b.      Keracunan jamur : Gejala muncul dalam jarak bebarapa menit sampai 2 jam sesudah makan jamur yang beracun (Amanita sp). Gejala tersebut berupa sakit perut yang hebat, muntah, mencret, haus, berkeringat banyak, kekacauan mental, pingsan.

c.       Keracunan jengkol : Keracunan jengkol terjadi karena terbentuknya kristal asam jengkol dalam saluran kencing. Ada beberapa hal yang diduga mempengaruhi timbulnya keracunan, yaitu: jumlah yang dimakan, cara penghidangan dan makanan penyerta lainnya. Gejala klinisnya seperti: sakit pinggang yang disertai dengan sakit perut, nyeri sewaktu kencing, dan kristal-kristal asam jengkol yang berwarna putih nampak keluar bersama air kencing, kadang-kadang disertai darah.

d.      Keracunan ikan laut : Beberapa jenis ikan laut dapat menyebabkan keracunan. Diduga racun tersebut terbawa dari ganggang yang dimakan oleh ikan itu. Gejala-gejala keracunan berbagai binatang laut tersebut muncul kira-kira 20 menit sesudah memakannya.Gejala itu berupa: mual, muntah, kesemutan di sekitar mulut, lemah badan dan susah bernafas..

2)      Baygon : Baygon adalah insektisida kelas karbamat, yaitu insektisida yang berada dalam golongan propuxur. Penanganan keracunan Baygon dan golongan propuxur lainnya adalah sama. Contoh golongan karbamat lain adalah carbaryl (sevin), pirimicarb (rapid, aphox), timethacarb (landrin) dan lainnya. Gejala keracunan sangat mudah dikenali yaitu diare, inkontinensia urin, miosis, fasikulasi otot, cemas dan kejang. Miosis, salvias, lakrimasi, bronkospasme, keram otot perut, muntah, hiperperistaltik dan letargi biasanya terlihat sejak awal. Kematian biasanya karena depresi pernafasan.

a.       Efek muskarinik (parasimpatik) berupa: miosis (pinpoint), Hipersalivasi, lakrimasi, Hipersekresi bronchial, Bronkospasme, Hiperperistaltik : mual, muntah, diare, kram perut., Inkontinensia urin, Pandangan kabur, Bradikardi

b.      Efek nikotinik berupa: fasikulasi otot, kejang, kelumahan otot, paralysis, ataksia, takikardi (hipertensi).

c.       Efek SSP berupa: sakit kepala, bicara ngawur, bingung, kejang, koma, dan depresi pernafasan.

d.      Efek pada kardiovaskular bergantung pada reseptor mana yang lebih dominan.

3)      Bahan Kimia : Keracunan bahan kimia biasanya melibatkan bahan-bahan kimia biasa seperti bahan kimia rumah, produk pertanian, produk tumbuhan atau produk industri. Beberapa jenis bahan kimia yang harus diperhatikan karena berbahaya adalah:

 

Bahan Kimia

Penjelasan

Potensi Bahaya Kesehatan

AgNO3

Senyawa ini beracun dan korosif. Simpanlah dalam botol berwarna dan ruang yang gelap serta jauhkan dari bahan-bahan yang mudah terbakar.

Dapat menyebabkan luka bakar dan kulit melepuh. Gas/uapnya juga menebabkan hal yang sama.

HCl

Senyawa ini beracun dan bersifat korosif terutama dengan kepekatan tinggi.

Dapat menyebabkan luka bakar dan kulit melepuh. Gas/uapnya juga menebabkan hal yang sama.

H2S

Senyawa ini mudah terbakar dan beracun

Menghirup bahan ini dapat menyebabkan pingsan, gangguan pernafasan, bahkan kematian.

H2SO4

Senyawa ini sangat korosif, higroskopis, bersifat membakar bahan organik dan dapat merusak jaringan tubuh
Gunakan ruang asam untuk proses pengenceran dan hidupkan kipas penghisapnya.

Jangan menghirup uap asam sulfat pekat karena dapat menyebabkan kerusakan paru-paru, kontak dengan kulit menyebabkan dermatitis, sedangkan kontak dengan mata menyebabkan kebutaan.

NaOH

Senyawa ini bersifat higroskopis dan menyerap gas CO2.

Dapat merusak jaringan tubuh.

NH3

Senyawa ini mempunyai bau yang khas.

Menghirup senyawa ini pada konsentrasi tinggi dapat menyebabkan pembengkakan saluran pernafasan dan sesak nafas. Terkena amonia pada konsentrasi 0.5% (v/v) selama 30 menit dapat menyebabkan kebutaan.

HCN

Senyawa ini sangat beracun.

Hindarkan kontak dengan kulit. Jangan menghirup gas ini karena dapat menyebabkan pingsan dan kematian.

HF

Gas/uap maupun larutannya sangat beracun.

Dapat menyebabkan iritasi kulit, mata, dan saluran pernafasan.

HNO3

Senyawa ini bersifat korosif.

Dapat menyebabkan luka bakar, menghirup uapnya dapat menyebabkan kematian.




4)      Asidosis metabolic

a.       peningkatan produksi asam atau mengkonsumsi makanan atau zatyang dapat dikonversi menjadi asam

b.       Hilangnya bikarbonat

c.       Akumulasi Asam laktat terjadi karena tidak tersedianya cukup oksigen untuk melakukan metabolism karbohidrat.

d.      Kelainan metabolic

5)      Gigitan ular berbisa : Gigitan ular yang berbisa, biasanya hanya meninggalkan bekas gigitan yang lebih sedikit, dan yang paling menonjol adalah bekas gigi taring yang runcing dan lebih besar dari gigi lainnya. Sedangkan bekas gigitan ular yang tidak berbisa, biasanya akan meninggalkan bekas gigitan berupa dua baris bekas gigi yang kecil-kecil, tetapi tidak ada bekas gigi taring.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

4.      Patofisiologi

 

 

 

 

5.      Pengkajian

1.    Survei Primer

Penatalaksanaan awal pasien koma, kejang, atau perubahan keadaan mental lainnya harus mengikuti cara pendekatan yang sama tanpa memandang jenis racun penyebab. Usaha untuk membuat diagnosis toksikologi khusus hanya memperlambat penggunaan tindakan suportif yang merupakan bentuk dasar “ABCD” pada pengobatan keracunan.

Pertama, saluran napas (A) harus dibersihkan dan muntah atau beberapa gangguan lain dan, bila diperlukan, suatu alat yang mengalirkan napas melalui oral atau dengan memasukkan pipa endotrakea. Pada kebanyakan pasien, penempatan pada posisi sederhana dalam posisi dekubitus lateral cukup untuk menggerakkan lidah yang kaku (flaccid) keluar dan saluran napas. Pernapasan (B) yang adekuat harus diuji dengan mengobservasi dan mengukur gas darah arteri. Pada pasien dengan insufisiensi pernapasan harus dilakukan intubasi dan ventilasi mekanik. Sirkulasi (C) yang cukup harus diuji dengan mengukur denyut nadi, tekanan darah, urin yang keluar, dan evaluasi perfusi perifer. Alat untuk intravena harus dipasang dan darah diambil untuk penentuan serum glukosa dan untuk pemeriksaan rutin lainnya.

Pada waktu ini, setiap pasien dengan keadaan mental yang berubah harus diberi larutan dekstrosa pekat (D). Orang dewasa diberikan larutan dekstrosa sebanyak 25 g (50 mL larutan dekstrosa 50% secara intravena). Dekstrosa ini harus diberikan secara rutin, karena pasien koma akibat hipoglikemia yang dengan cepat dan ireversibel akan kehilangan sel-sel otak. Pasien hipoglikemia mungkin tampak sebagai pasien keracunan, dan tidak ada metode yang cepat dan dapat dipercaya untuk membedakannya dan pasien keracunan. Pada umumnya pemberian glukosa tidak berbahaya sementara menunggu hasil pemeriksaan gula darah. Pada waktu ini, pasien alkoholik atau malnutrisi juga harus diberi 100 mg tiamin intramuskular untuk mencegah timbulnya sindrom Wernicke.

Antagonis narkotik nalokson (Narcan) dapat diberikan dengan dosis 0,4-2 mg intravena. Nalokson akan memulihkan pernapasan dan depresi sistem saraf pusat akibat semua jenis obat narkotika. Ada manfaatnya untuk mengingat bahwa obat-obat ini menimbulkan kematian terutama akibat depresi pernapasan; karena itu, bila bantuan pernapasan dan pembebasan saluran pernapasan telah diberikan, nalokson mungkin tidak diperlukan lagi. Antagonis benzodiazepin flumazenil bermanfaat pada pasien dengan kecurigaan takar lajak benzodiazepin, tetapi tidak boleh digunakan bila terdapat riwayat kejang atau takar lajak antidepresan trisiklik, dan obat ini tidak boleh digunakan sebagai pengganti penatalaksanaan saluran napas secara hati-hati.

Penatalaksanaan keracunan memerlukan suatu pengetahuan tentang bagaimana mengobati hipoventilasi, koma, syok, kejang, dan psikosis. Pertimbangan toksikokinetik yang mendetil titik banyak artinya bila fungsi-fungsi vital tidak dipertahankan. Hipoventilasi dan koma memerlukan perhatian khusus pada penatalaksanaan saluran napas. Gas darah arteri harus sering diperiksa, dan aspirasi isi lambung harus dicegah. Penatalaksanaan cairan dan elektrolit mungkin kompleks. Monitoring berat badan, tekanan vena sentral, tekanan yang mendesak kapiler paru, dan gas darah arteri diperlukan untuk memastikan pemberian cairan mencukupi tetapi tidak berlebihan. Dengan tindakan suportif yang tepat untuk koma, syok, kejang, dan agitasi, umumnya memberikan harapan hidup bagi pasien keracunan.

 

2.    Survei Sekunder

Setelah dilakukan intervensi awal yang esensial, dapat dimulai evaluasi yang terinci untuk membuat diagnosis spesifik. Hal ini meliputi pengumpulan riwayat yang ada dan melakukan pemeriksaan fisik singkat yang berorientasi pada toksikologi. Penyebab koma lainnya atau kejang seperti trauma pada kepala, meningitis, atau kelainan metabolisme harus dicari dan diobati.

a.         Riwayat: Pernyataan dengan mulut tentang jumlah dan jenis obat yang ditelan dalam kedaruratan toksik mungkin tidak dapat dipercayai. Bahkan anggota keluarga, polisi, dan pemadam kebakaran atau personil paramedis harus ditanyai tintuk menggambarkan lingkungan di mana kedaruratan toksik ditemukan dan semua alat suntik, botol-botol kosong, produk rumah tangga, atau obat-obat bebas di sekitar pasien yang kemungkinan dapat meracuni pasien harus dibawa ke ruang gawat darurat.

b.        Pemeriksaan Fisik: Pemeriksaan yang cepat harus dilakukan dengan penekanan pada daerah yang paling mungkin memberikan petunjuk ke arah diagnosis toksikologi. Hal ini termasuk tanda-tanda vital, mata dan mulut, kulit, abdomen, dan sistem saraf.

1)        Tanda-tanda vital. Evaluasi dengan teliti tanda-tanda vital (tekanan darah, denyut nadi, pernapasan, dan suhu tubuh) merupakan hal yang esensial dalam kedaruratan toksikologi. Hipertensi dan takikardia adalah khas pada obat-obat amfetamin, kokain, fensiklidin, nikotin, dan antimuskarinik. Hipotensi dan bradikardia, merupakan gambaran karakteristik dan takar lajak narkotika, kionidin, sedatif-hipnotik dan beta bloker. Takikardia dan hipotensi sering terjadi dengan antidepresan trisiklik, fenotiazin, dan teofihin. Pernapasan yang cepat adalah khas pada amfetamin dan simpatomimetik lainnya, salisilat, karbon monoksida dan toksin lain yang menghasilkan asidosis metabolik. Hipertermia dapat disebabkan karena obat-obat simpatomimetik, antimuskarinik. salisilat dan obat-obat yang menimbulkan kejang atau kekakuan otot. Hipotermia dapat disebabkan oleh takar lajak yang berat dengan obat narkotik, fenotiazin, dan obat sedatif, terutama jika disertai dengan pemaparan pada lingkungan yang dingin atau infus intravena pada suhu kamar.

2)        Mata. Mata merupakan sumber informasi toksikologi yang berharga. Konstriksi pupil (miosis) adalah khas utituk keracunan narkotika, klonidin, fenotiazin, insektisida organofosfat dan penghambat kolinesterase lainnya, serta koma yang dalam akibat obat sedatif. Dilatasi pupil (midriasis) umumnya terdapat pada amfetamin, kokain, LSD, atropin, dan obat antirnuskarinik lain. Nistagmus riorizontal dicirikan pada keracunan dengan fenitoin, alkohol, barbiturat, dan obat seclatit lain. Adanya nistagmus horizontal dan vertikal memberi kesan yang kuat keracunan fensiklidin. Ptosis dan oftalmoplegia merupakan gambaran karakteristik dari botulinum.

3)        Mulut. Mulut dapat memperlihatkan tanda-tanda luka bakar akibat zat-zat korosif. atau jelaga dan inhalasi asap. Bau yang khas dan alkohol, pelarut hidrokarbon. Paraldehid atau amonia mungkin perlu dicatat. Keracunan dengan sianida dapat dikenali oleh beberapa pemeiriksa sebagai bau seperti bitter almonds. Arsen dan organofosfat telah dilaporkan menghasilkan bau seperti bau bawang putih.

4)        Kulit. Kulit sering tampak merah, panas, dan kering pada keracunan dengan atropin dan antimuskarinik lain. Keringat yang berlebihan ditemukan pada keracunan dengan organofosfat, nikotin, dan obat-obat simpatomimetik. Sianosis dapat disebabkan oleh hipoksemia atau methemoglohinemia. Ikterus dapat memberi kesan adanya nekrosis hati akibat keracunan asetaminofen atau jamur A manila phailoides.

5)        Abdomen. Pemeriksaan abdomen dapat menunjukkan ileus, yang khas pada keracunan dengan antimuskarinik, narkotik, dan obat sedatif. Bunyi usus yang hiperaktif, kram perut, dan diare adalah urnum terjadi pada keracunan dengan organofosfat, besi, arsen, teofihin, dan A.phalloides.

6)        Sistem saraf. Pemeriksaan neurologik yang teliti adalah esensial. Kejang fokal atau defisit motorik lebih menggambarkan lesi struktural (seperti perdarahan intrakranial akibat trauma) daripada ensefalopati toksik atau metabolik. Nistagmus, disartria, dan ataksia adalah khas pada keracunan fenitoin, alkohol, barbiturat, dan keracunan sedatif lainnya. Kekakuan dan hiperaktivitas otot umum ditemukan pada metakualon, haloperidol, fensiklidin (PCP), dan obat-obat simpatomimetik. Kejang sering disehabkan oleh takar lajak antidepresan trisiktik, teotilin, isoniazid, dan fenotiazin. Koma ringan tanpa refleks dan bahkan EEG isoelektrik mungkin terlihat pada koma yang dalam karena obat narkotika dan sedatif-hipnotik, dan mungkin menyerupai kematian otak.

c.         Pemeriksaan diagnostik

1)        Pemeriksaan laboratorium. Laboratorium rutin (darah, urin, feses, lengkap)tidak banyak membantu.

2)        Pemeriksaan darah lengkap, kreatinin serum (N: 0,5-1,5 mg/dl), elektrolit serum (termasuk kalsium (N: 9-11 mg/dl).

3)        Foto thorax kalau ada kecurigaan udema paru.

4)        Pemeriksaan EKG. Pemeriksaan ini juga perlu dilakukan pada kasus keracunan karena sering diikuti terjadinya gangguan irama jantung yang berupa sinus takikardi, sinus bradikardi, takikardi supraventrikuler, takikardi ventrikuler, fibrilasi ventrikuler, asistol, disosiasi elektromekanik. Beberapa faktor predosposisi timbulnya aritmia pada keracunan adalah keracunan obat kardiotoksik, hipoksia, nyeri dan ansietas, hiperkarbia, gangguan elektrolit darah, hipovolemia, dan penyakit dasar jantung iskemik.

 

6.      Masalah Keperawatan yang Mungkin Muncul

1.         Nyeri akut b/d agen cedera biologis.

2.         Pola nafas tidak efektif b/d distress pernafasan.

3.         Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan b/d intake tidak adekuat (anoreksia, mual dan muntah), kesulitan menelan.

4.         Defisit volume cairan b/d muntah, diare.

5.         Hambatan mobilitas fisik b/d paralisis, ketidakmampuan otot berkontraksi.

6.         Intoleransi aktivitas b/d kelemahan fisik.

7.      Perencanaan

No

Tujuandan Kriteria Hasil

Intervensi

1.

Setelah dilakukan tindakan keperawatan 1x 24 jam diharapkan nyeri berkurang, menghilang dengan kriteria hasil:

Pain level, dibuktikan dengan respon nonverbal pasien menunjukkan tidak ada nyeri, tanda vital dalam batas normal, tidak ada masalah pola tidur, pasien melaporkan nyeri berkurang.

Pain control, dibuktikan dengan pasien dapat melakukan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi nyeri.

1)             Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif termasuk lokasi, durasi frekuensi, karakteristik, kualitas dan faktor presipitasi

2)             Observasi reaksi nonverbal dari ketidaknyamanan

3)             Bantu pasien dan keluarga untuk mencari  dan menemukan dukungan

4)             Kontrol lingkungan yang dapat mempengaruhi nyeri seperti    suhu ruangan,  pencahayaan dan kebisingan

5)             Kurangi faktor presipitasi nyeri

6)             Kaji tipe dan sumber nyeri untuk menentukan intervensi

7)             Ajarkan tentang teknik non farmakologi: napas dalam,relaksasi,distraksi,kompres hangat/ dingin

8)             Berikananalgetikuntukmenguranginyeri:

9)             Tingkatkan istirahat

10)         Berikan informasi tentang nyeri seperti penyebab nyeri, berapa lama nyeri akan berkurang dan antisipasi ketidaknyamanan dari prosedur

11)         Monitor vital sign sebelum dan sesudah pemberian analgesik pertama kali

2.

Setelah dilakukan tindakan keperawatan 1x 24 jam diharapkan pola nafas menjadi efektif dengan kriteria hasil:

Status Pernapasan :

Pertukaran Gas tidak akan terganggu dibuktikan dengan:

Kesadaran composmentis, TTV menjadi normal, pernafasan menjadi normal yaitu tidak mengalami nafas

Dangkal

 

1)   Monitor vital sign

2)   Identifikasi kebutuhan insersi jalan nafas buatan

3)   Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi

4)   Monitor status respirasi: adanya suara nafas tambahan

5)   Kolaborasi dengan tim medis: pemberian oksigen

3.

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1 x 24 jam pemenuhan nutrisi dapat adekuat/terpenuhi dengan kriteria hasil:

Status Gizi Asupan Makanan dan Cairan ditandai pasien nafsu makan meningkat, mual dan muntah hilang, pasien tampak segar

Status Gizi; Nilai Gizi terpenuhi

dibuktikan dengan BB meningkat, BB tidak turun.

1)   Monitor intake dan output makanan/cairan dan hitung masukan kalori perhari sesuai kebutuhan

2)   Kaji kebutuhan nutrisi parenteral

3)   Pilih suplemen nutrisi sesuai kebutuhan

4)   Bantu pasien memilih makanan yang lunak dan lembut

5)   Berikan nutrisi yang dibutuhkan sesuai batas diet yang dianjurkan

6)   Kolaborasikan pemberian anti emesis sesuai indikasi

4.

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24 jam diharapkan kebutuhan cairan terpenuhi dengan kriteria hasil:

a.       Tidak adanya tanda-tanda dehidrasi

b.      Vital sign dalam batas normal

1)   Monitor intake dan output, karakter serta jumlah feses

2)   Observasi kulit kering berlebihan dan membran mukosa, penurunan turgor kulit

3)   Anjurkan klien untuk meningkatkan asupan cairan per oral

4)   Kolaborasi pemberian cairan paranteral sesuai indikasi

5.

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24 jam diharapkan kemampuan mobilitas fisik meningkat dengan kriteria hasil:

a.    Kekuatan otot meningkat

b.    Tidak ada kaku sendi

c.     Dapat bergerak dengan mudah

1)   Tentukan batasan pergerakan sendi dan efeknya terhadap fungsi sendi

2)   Monitor lokasi dan kecenderungan adanya nyeri dan ketidaknyamanan selama pergerakan/aktivitas

3)   Lakukan latihan ROM pasif atau ROM dengan bantuan, sesuai indikasi

4)   Jelaskan pada pasien atau keluarga manfaat dan tujuan melakukan latihan sendi

5)   Dukung pasien untuk melihat gerakan tubuh sebelum memulai latihan

6.

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24 jam diharapkan klien dapat memenuhi kebutuhan dirinya dengan kriteria hasil:

a.    Ketidaknyamanan setelah beraktivitas berkurang

b.    Dapat memenuhi kebutuhan sehari-hari

1)   Observasi adanya pembatasan klien dalam melakukan aktivitas

2)   Kaji adanya fakor yang menyebabkan kelelahan

3)   Monitor nutrisi dan sumber energi yang adekuat

4)   Bantu klien dalam memenuhi kebutuhannya

5)   Bantu klien dalam melakukan aktivitas sehari-hari

 

8.      Daftar Pustaka

-          Doheny K. Most common foods for foodborne illness: CDC report. Medscape Medical News. January 30, 2013.

-          Fajri. (2012). Keracunan Obat dan bahan Kimia Berbahaya. Dari: http://fajrismart.wordpress.com/2011/02/22/keracunan-obat-dan-bahan-kimia-berbahaya/. Diakses tanggal 17 Agustus 2017.

-          Mansjoer Arif, 2009, Kapita Selekta Kedokteran Edisi 3 jilid 1 Media Aesculapius, FKUI, Jakarta.

 

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

LAPORAN PENDAHULUAN SYOK

  LAPORAN PENDAHULUAN SYOK       Diajukan untuk memenuhi tugas Program Profesi Ners angkatan XV DepartemenGawatDarurat&Kri...